Minggu, 16 Juni 2013

Teori Belajar Burrhus Frederick Skinner


BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Banyak  teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan  oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang betul-betul cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif.

B.       Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah riwayat hidup B.F Skinner?
2. Apa sajakah karya-karya B.F Skinner?
3. Bagaimanakah teori kondisioning operan menurut B.F Skinner?
4. Sebutkan macam-macam penguatan menurut B.F Skinner!
5. Sebutkan macam-macam respons menurut B.F Skinner!
6. Bagaimanakah prinsip-prinsip belajar menurut B.F Skinner?
7. Bagaimanakah aplikasi B.F Skinner terhadap pembelajaran?
8. Apakah yang dimaksud dengan generalisasi dan diskriminasi menurut B.F                                       Skinner?
9. Jelaskan kelebihan dan kelemahan teori B.F Skinner!

C.      Tujuan Penulisan
v  Agar pembaca dapat mengetahui riwayat hidup B.F Skinner
v  Mengetahui karya-karya B.F Skinner
v  Mengetahui teori belajar B.F Skinner
v  Mengetahui prinsip-prinsip belajar menurut Skinner
v  Mengetahui aplikasi B.F Skinner terhadap pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN


A.    Riwayat Hidup Burrhus Frederick Skinner
   
Skiner dilahirkan pada 20 Mei 1904 di Susquehanna, Pennsylvania, Amerika Serikat. Masa kanak-kanaknya dilalui dengan kehidupan yang penuh kehangatan namun cukup ketat dalam disiplin. Meraih sarjana muda di hamilton College, New York, dalam bidang sastra Inggris. Pada tahun 1928, Skinner mulai memasuki kuliah psikologi di Universitas Harvard dengan mengkhususkan diri pada bidang tingkah laku hewan dan meraih doktor pada tahun 1931.
    Dari tahun 1931 hingga 1936, Skinner bekerja di Harvard. Penelitian yang dilakukannya difokuskan pada penelitian mengenai saraf hewan. Pada tahun 1936 sampai 1945, Skinner meniti karirnya sebagai tenaga pengajar pada Universitas Mingoesta. Dalam kariernya Skinner menunjukkan produktifitas yang tinggi sehingga ia dikukuhkan sebagai pemimpin Behaviorisme yang terkemuka di Amerika Serikat.
    Bidang psikologi yang didalami Skinner adalah analisis eksperimental atas tingkah laku. Ia melakukan penyilidikan terutama pada organisme infrahuman, biasanya tikus atau merpati. Di samping itu, Skinner juga menerapkan prinsip-prinsip pengondisian operan (operant conditioning) pada penyelidikan tentang psikotik pada orang dewasa, anak autis, analisis bahasa, dan perancangan mesin-mesin pengajaran. Diantara peraalatan rancangannya yang terkenal adalah kotak Skinner (Skinner Box). Skinner telah memberikan sumbangan yang berarti kepada pemahaman tingkah laku, khususnya menyangkut belajar.
B.        Karya- Karya Burrhus Frederick Skinner
  1. The Behavior of Organisme (1938)
  2. Walden Two (1948)
  3. Science and Human Behavior (1953)
  4.  Verbal Behavior (1957)
  5.  Shedules of Reinforcement (1957), dll.
C.        Teori Kondisioning Operan Menurut B.F.Skiner
  1. Sejarah teori Kondisioning Operan menurut B.F. Skinner
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat  pada pelaksanaan penelitian.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.
  1. Kajian Teori Kondisioning Operan Menurut B.F.Skiner
Kondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122).

Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
a)      Belajar itu adalah tingkah laku.
b)      Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
c)      Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
d)     Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
Menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).Penguatan dan Hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.

D.        Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1)      Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
2)      Penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
Contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274).

v  Penguatan positif
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang bagus    Konsekuensi
Guru menguji murid    Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan
v  Penguatan negatif
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu    Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid    Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
v  Hukuman
Perilaku
Murid menyela guru    Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung    Prilaku kedepan
Murid berhenti menyela guru
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai fungsi urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan dalam “kontigensi terminal”. Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur yang mengena ialah membentuktingkahlaku binatang itu melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara seksama.

Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat berkondisi dan alami, penguat positif dan negative, dan penguat umum.

E.                 Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu:
1)      Respondens Response (reflexive response), yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu, yang disebut eleciting stimuli, menimbulkan renspons-renspons yang secara relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respons yang ditimbulkannya.
2)      Operant respons (instrumental respons) yaitu respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikianitu disebut reinforcing stimuli atau einforcer, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat renspons yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang anak belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka dia akan menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat).
v  Perbedaan antara operant conditioning dengan classical conditioning adalah bahwa pada classical, terbentuknya suatu tingkah laku yang diharapkan tidak memerlukan adanya reinforcer, karena stimulusnya sendiri sudah menimbulkan respons yang diharapkan.
Sedangkan pada operant conditioning, suatu respons atau tingkah laku dibuat menjadi blebih kuat dengan memberikan reinforcer (stimulus yang memperkuat renspons).
    
Dalam salah satu eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang disebut dengan Skinner Box. Kotak Skinner ini berisi dua macam komponen pokok, yaitu manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengungkit.
     Dalam eksperimen tadi mula-mula tikus itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya. Tingkah laku tikus yang demikian disebut dengan ‘’ emmited behavior ” (tingkah laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organism tanpa memedulikan stimulus tertentu. Kemudian salah satu tingkah laku tikus (seperti cakaran kaki, sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya.
     Butir-butir makanan yang muncul merupakan reinforce bagi tikus yang disebut dengan tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila diiringi reinforcement, yaitu penguatan berupa butiran-butiran makanan kedalam wadah makanan.
     Teori belajar operant conditioning ini juga tunduk pada dua hukum operant yang berbeda lainnya, yaitu law operant conditioning dan law extinction. Menurut hukum operant conditioning, jika suatu tingkah diriingi oleh sebuah penguat (reinforcement), maka tingkah laku tersebut meningkat. Sedangkan menurut hukum law extinction, jika suatu tingkah laku yang diperkuat dengan stimulus penguat dalam kondisioning, tidak diiringi stimulus penguat, maka tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan musnah. Kedua hukum ini pada dasarnya juga memiliki kesamaan dengan hukum pembiasaan klasik (classical conditioning).

F.         Prinsip-prinsip belajar menurut Skinner
Hasil eksperimen yang dilakukan oleh Skinner menghasilkan beberapa prinsip-prinsip belajar yang menghasilkan perubahan perilaku, yaitu:
A.    Reinforcement
Reinfoecemen didefinisikan sebagai sebagai sebuah konsekuen yang menguatkan tingkah laku (atau frekuensi tingkah laku). Keefektifan sebuah reinforcemen dalam proses belajar perlu ditunjukkan. Karena kita tidak dapat mengasumsikan sebuah konsekuen adalah reinforcer sampai terbukti bahwa konsekuen tersebut dapat menguatkan perilaku. Misalnya, pemen pada umumnya dapat menjadi reinforce bagi perilaku anak kecil, tetapi ketika mereka beranjak dewasa permen bukan lagi sesuatu yang menyenangkan, bahkan beberapa anak kecil juga tidak menyukai permen.
Secara umum reinforcemen dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a.       Dari segi jenisnya, reinforcemen dibagi menjadi dua kategori yaitu, reinforcemen primer dan reinforcemen sekunder. Reinforcemen primer adalah reinforcemen berupa kebutuhan dasar manusia seperti, makanan, air, keamanan, kehangatan, dan lain sebagainya. Sedangkan reinforcemen sekunder adalah reinforcemen yang diasosiakan dengan reinforcemen primer.
b.      Dari segi bentuknya, reinforcemen dibagi menjadi dua, yaitu reinforcemen positif dan reinforcemen negative. Reinforcemen positif adalah konsekuen yang diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan perilaku seperti hadiah, pujian, kelulusan dan lain sebagainya. Sedangkan reinforcemen negative adalah menarik diri dari situasi yang tidak menyenangkan untuk menguatkan tingkah laku. Misalnya, guru yang membebaskan muridnya dari tugas membersihkan kamar mandi jika muridnya dapat menyelesaikan rumahnya.
c.       Waktu pemberian reinforcement, keefektifan reinforcemen dalam perilaku tergantung pada berbagai factor, salah satu diantaranya adalah frekuensi atau jadwal pemberian reinforcement. Ada empat macam pemberian jadwal reinforcemen, yaitu:
 Fixed Ratio
 Variabel- Ratio
 Fixed Interval
 Variabel Interval
B.     Punishment
Punishment adalah menghadirkan atau memberikan sebuah situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah laku.
C.    Shaping
Istilah shaping digunakan dalam teori belajar behaviorisme untuk menunjukkan pengajaran keterampilan-keterampilan baru atau perilaku-perilaku baru dengan memberikan penguatan kepada siswa untuk menguasai keterampilan atau perilaku tersebut dengan baik.
Adapun langkah-langkah dalam pemberian shaping adalah:
1)      Memilih tujuan yang ingin dicapai;
2)      Mengetahui kesiapan belajar siswa;
3)      Mengembangkan sejumlah langkah yang akan memberikan bimbingan kepada siswa untuk melalui tahap demi tahap tujuannya dengan menyesuaikan kemampuan siswa;
4)      Memberi feedback terhadap hasil belajar siswa.
D.    Extinction
     Extinction adalah mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan menarik        reinforcement yang menyebabkan perilaku tersebut terjadi. Extinction ini terjadi     melalui proses perlahan-lahan. Biasanya ketika reinforcement ditarik atau dihentikan       perilaku individu sering meningkat seketika

E.     Anteseden dan perubahan perilaku
Dalam operant conditioning, anteseden dapat memberikan petunjuk apakah sebuah   perilaku akan mendapatkan konsekuen yang positif atau negatif.
     Menurut Skinner, untuk menghasilkan perubahan perilaku pada diri individu, selain           dengan memerhatikan konsekuen (consecuens), dapat juga digunakan   anteseden-anteseden. Karena, sebagaimana telah disebutkan seebelumnya, perilaku     manusia seperti sebuah sandwich atau serangkaian antesedents-behavior-consequens    (A-B-C). Dalam hal ini, ada dua cara untuk mengontrol anteseden agar menghasilkan       perilaku baru atau perubahan perilaku, yaitu dengan cueing dan prompting.

G.        Aplikasi Skinner terhadap pembelajaran.
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
  1. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
  2. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
  3. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
  4. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
  5. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
  6. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
  7. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
  8. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
  9. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
  10. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
  11. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).
  12. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
  13. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
  14. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
H.        Generalisasi dan Diskriminasi Menurut B.F Skinner
Dua fenomena besar dari sistem Skinner merupakan penemuan penting sebagai alat pembelajaran. Fenomena yang dimaksud adalah generalization (generalisasi) dan discrimination (diskriminasi).
Dengan proses generalisasi stimulus, organisme akan          dapat membuat respon yang sama terhadap satu situasi ketika dia dihadapkan pada          situasi yang lain namun hampir mirip dengan situasi sebelumnya. Dengan proses      diskriminasi stimulus, organisme dapat membedakan mana situasi yang diberi         penguat dan yang tidak, sehingga organisme akan berespon hanya pada situasi tertentu saja.

Perilaku Sosial
Dalam berbicara mengenai perilaku sosial, Skinner tidak membahas mengenai persoality traits atau karakteristik yang dimiliki seseorang. Bagi Skinner, deskripsi kepribadian direduksi dalam kelompok atau respon spesifik yang cenderung diasosiasikan dalam situasi tertentu.
Bagi Skinner, respon muncul karena adanya penguatan. Ketika dia mengeluarkan respon tertentu pada kondisi tertentu, maka ketika ada penguatan atas hal itu, dia akan cenderung mengulangi respon tersebut hingga akhirnya dia berespon pada situasi yang lebih luas. Penguatan tersebut akan berlangsung stabil dan menghasilkan perilaku yang menetap.

Perilaku Abnormal
            Skinner berpendapat bahwa perilaku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan perilaku normal. Lebih jauh, ia mengatakan bahwa perilaku abnormal dapat diubah menjadi perilaku normal dengan memanipulasi lingkungan. Salah satu contohnya adalah dalam kasus yang terjadi pada seorang tentara yang terluka di medan perang. Setelah menjalani perawatan di rumah sakit lalu dikirim kembali ke medan perang, ia mengalami kelumpuhan pada satu lengannya yang membuatnya ditarik dari tugas. Pemeriksaan secara fisiologis menunjukkan tidak ada masalah pada dirinya.
Skinner mengungkapkan bahwa kondisi terluka telah menjadi negative reinforcer, yaitu sebuah stimulus yang tidak disukai yang akan berusaha untuk dihindari oleh tentara tersebut. Medan perang yang telah diasosiasikan dengan luka adalah sebuah conditioned negative reinforcer, sehingga sang tentara akan berusaha juga untuk menghindarinya.
Namun demikian, ketika menolak untuk dikirim berperang, maka dirinya akan menghadapi penolakan sosial, pengadilan, dan mungkin penjara atau bahkan kematian, yang kesemuanya adalah konsekuensi aversive. Hasilnya, muncul beberapa perilaku yang menghubungkan kedua conditioned negative reinforcer tadi. Perilaku tersebut akan menguat dan dipertahankan, karena pada umumnya seorang tentara tidak dikenakan tanggung jawab ketika dirinya mengalami kelumpuhan sehingga dirinya tidak akan dihukum.
     Lalu bagaimana kita menyembuhkan tentara tersebut? Secara teoritis, jika da dikembalkan ke medan perang (conditioned renforcer) dengan tidak terluka lagi (unconditioned reinforcer), respon terkondisinya (kelumpuhan) akan hilang. Namun demikian, si tentara tentunya tidak akan mau kembali ke medan perang secara sukarela. Kita dapat mendorong dia untuk kembali dan berharap bahwa berada dalam situasi aversive tanpa konsekunsi aversive yang dialami sebelumnya akan menghilangkan respon dia terhadap kelumpuhan. Prosedur ini disebut dengan flooding, yang dilakukan dengan cara mendorong pasien ke dalam situasi anxiety-arousing dan menghadapinya, hingga dirinya sadar bencana yang diharapkan muncul tidak akan terjadi.

I.  
Kelebihan dan kekurangan Menurut B.F. Skinner
v  Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
v  Kekurangan
     Beberapa kelemahan  dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii) keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian.
Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
     Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.


BAB III
PENUTUP
Simpulan

Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya.

Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
Kelemahan
Beberapa kelemahan  dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii) keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian.
Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.



DAFTAR PUSTAKA

http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner/
http://blog.unsri.ac.id/desipandora/welcome/teori-penguatan-skinner/mrdetail/15164

Drs. H. Baharuddin M.Pd.I, Teori Belajar dan Pembelajaran,(Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008),

http://www.newfoundations.com/GALLERY/Skinner.html

Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta, CV. Rajawali:1991) hal 115.

Jhon W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group: 2008), hal 267.

Dr. C. Asri Budiningsih, Belajar dan pembelajaran, (Jakarta, Rineka Cipta: 2005), hal 26.

Muhibbin, Psikologi belajar , (Jakarta, RajaGrafindo:2003),hal 100.







0 komentar: