BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Dalam kehidupan
sehari-hari untuk memahami seseorang (konseli) dibutuhkan pengetahun mengenai
kepribadian orang tersebut. Dalam suatu pekerjaanpun dibutuhkan informasi
mengenai karakter karyawan agar pimpinan dapat menempatkan karyawan sesuai
dengan kepribadiannya sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam Bimbingan
Konseling, informasi mengenai siswa/konseli sangat dibutuhan demi tercapainya
tujuan dari konseling dan memperlancar proses konseling itu sendiri. Untuk
mengetahui karakter konseli maka digunakan salah satunya dengan cara melalui
tes kepribadian.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa pengertian Tes Kepribadian itu?
2.
Apa saja macam-macam dari Tes
Kepribadian?
3.
Kegunaan apa saja yang didapat dari Tes
Kepribadian?
C. TUJUAN
1.
Mengetahui
Pengertian dari Tes Kepribadian .
2.
Mengetahui apa saja macam-macam Tes
Kepribadian.
3.
Mengetahui manfaat atau kegunaan Tes
Kepribadian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TES KEPRIBADIAN
Tes kepribadian adalah seperangkat alat tes yang disusun
untuk mendeskripsikan bagaimana kecenderungan seseorang bertingkah laku. Tes
kepribadian sebenarnya adalah deskripsi kualitatif dari kepribadian, bukannya
deskripsi kuantitatif (angka-angka), karena sebenarnya kepribadian tidak dapat
diukur, tetapi hanya dapat dideskripsikan. Untuk membantu menjelaskan
kepribadian, alat tes kepribadian menggunakanbantuanangka-angkadankemudian
hasilnya diinterpretasikan/didiskripsikan kedalam kualitatif. Angka yang
dilekatkan/didapatkan seseorang pada tes kepribadian bukanlah angka
sesungguhnya. Jika si A mendapatkan angka 9 dari tes kepribadian dan si B
mendapatkan angka 6, bukan berarti kepribadian si A lebih tinggi dari
kepribadian si B. Angka disini hanyalah alat bantu untuk mendeskripsikan
kepribadian, misalnya si A lebih tahan dari gangguan emosi dibandingkan dengan
si B.
Yang perlu diketahui pula dari tes kepribadian adalah bahwa
kepribadian tidak mengandung unsur nilai “baik buruk, tinggi rendah, dan
lain-lain”. Kepribadian adalah unik, sehingga tidak bisa dibandingkan dengan
orang lain dalam pendeskripsiannya. Tetapi, untuk mempermudah pengukuran dalam
psikologi, disusunlah suatu criteria kepribadian dalam bentuk pengelompokan.
Saat ini, kita mengenal pengelompokan kepribadian yang terkenal seperti DSM (Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders). Tetapi kekurangan dari
pengelompokan kepribadaian ini adalah, hanya individu-indivdu yang mengalami
masalah/gangguan yang dimasukkan dalam criteria tersebut.
B. Jenis-jenis Tes Kepribadian
Banyak macam dari tes kepribadian yang dipakai oleh para
psikolog. Mulai dari tes inventori sampai pada tes grafis, dimana masing-masing
jenis tes saling melengkapi satu sama lain. Jenis soal tes kepribadian, boleh
saya sebut memiliki beberapa macam bagian, diantaranya : tes dalam bentuk
invetori, bentuk isian, dan tes grafis.
Konsepsi Tes
Proyektif
Dr. Leopold Bellak mencoba menelusuri sejarah
perkembangan dari konsep proyeksi yang pada saat sekarang ini sudah sedemikian
luas dan kabur arti penggunaannya. Di dalam usaha verifikasi
eksperimental pembuktian terhadap konsep klinis mengenai proyeksi
seperti yang dikemukakan Freud, ia berpendapat bahwa pentinglah kiranya
untuk mengadakan redefinisi terhadap proses-proses perseptual yang terkandung
di dalam proyeksi itu, dan inilah yang merupakan dasar dari metode proyektif.
Beberapa
definisi awal tentang konsep proyeksi
(projection) sebagai suatu proses defensif, seperti yang
dikemukakan oleh Freud, Frank, dan di dalam eksperimen Bealy, Bromier, dan
Bowers. Definisi proyeksi (projection)
berdasarkan hasil penyelidikan-penyelidikan eksperimental yang kemudian,
merupakan verifikasi terhadap definisi-definisi awal, dan dikemukakannya
istilah apperception dan apperceptive distortion sebagai
terminologi pengganti istilah projection (Dr. Leopold Bellak), dengan
pengertian yang tidak terbatas pada proses defensif semata-mata. Istilah
apperception tersebut sebagai suatu kondisi yang mendekati persepsi
kognitif murni yang objektif (nearly pure cognitive objective perception),
dan setiap interpretasi yang subjektif akan membentuk apperceptive
distortion.
Proyeksi
merupakan suatu istilah yang banyak digunakan di dalam bidang-bidang psikologi
klinis, dinamis dan sosial. Frank mengemukakan bahwa metode proyektif
adalah merupakan suatu tipe pendekatan yang bersifat dinamis dan
holistik di dalam disiplin psikologi. Istilah proyeksi pertama kali
dikemukakan oleh Freud, di dalam karyanya The Anxiety Neurosis (1894),
dimana ia mengemukakan bahwa “Psyche akan mengembangkan suatu kecemasan
neurotik apabila psyche merasa tidak berdaya untuk mengatasi
rangsangan-rangsangan (seksual) yang berasal dari dalam (endogenous), sehingga
rangsangan-rangsangan tersebut akan diproyeksikan ke dunia luar”.
Di dalam
karyanya On the Defense Neuropsychoses (1896), Freud memberikan
elaborasi terlebih jauh terhadap konsep proyeksi. Dikemukakannya secara lebih
eksplisit, bahwa proyeksi adalah suatu proses pemetaan (pelampiasan ke luar)
dorongan-dorongan, perasaan-perasaan dan sentimen-sentimen individu kepada orang
lain atau ke dunia luar, sebagai proses yang bersifat defensif, dimana individu
yang bersangkutan tidak menyadari munculnya gejala yang di luar kehendaknya itu
(undesireable phenomena).
Suatu proses defensif yang dikendalikan oleh
prinsip kenikmatan (pleasure-principle), dimana ego, yang berpedoman
kepada dunia luar, akan merasa tercela bila keinginan-keinginan dan idea-idea
ketidaksadaran muncul ke dalam kesadaran. Kalaupun konsep proyeksi yang mulanya
berasal dari apa yang terdapat pada psikosis dan neurosis, diterapkan kepada
bentuk-bentuk tingkah laku yang lain, seperti yang dikemukakan Freud di dalam The
Future of an illusion dan Totem and Taboo, maka proyeksi juga
merupakan suatu mekanisme yang terpenting di dalam pembentukan kepercayaan
beragama. Aplikasi konsep proyeksi paling banyak dilakukan di dalam bidang
psikologi klinis yang kita kenal sebagai teknik proyektif. Termasuk di dalamnya
adalah tes Rorschach, TAT, CAT tes Szondi, dan lain-lainnya.
Dasar asumsi yang melandasi tes-tes tersebut
adalah, bahwa bila subjek dihadapkan pada sejumlah stimulus yang ambiguous (kabur)
dan ia diminta untuk memberikan respon terhadap stimulus itu, subjek akan
memproyeksikan need dan press-nya sebagai responnya
terhadap stimulus tersebut. Namun
kekurangan dari teknik proyeksi ini adalah:
1.
Tidak
seobyektif dan seakurat tes kognitif atau tes inventori
2.
Tidak terstrukturnya stimulus memberi kesulitan
dalam membuat penilaian
3.
Akibat masalah penilaian, kebanyakan teknik
proyeksi tidak memenuhi
standar konvensional dari validitas dan reliabilitas
Untuk mengatasi penilaian yang
”kurang tepat” terhadap hasil tes proyektif, dibutuhkan banyak latihan dan
kepekaan psikolog. Disamping itu diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang psikoanalisa dan teori
psikodinamik lainnya yang menjadi latar belakang kebanyakan tes-tes proyeksi.
TES GRAFIS
Tes grafis
adalah bagian dari tes proyektif di ilmu psikologi. Awal mula tes ini
berkembang pada abad 20 permulaan meskipun pada jauh dekade sebelumnya sudah
terdapat berbagai aplikasi grafologi berupa pembacaan tulisan tangan,
tanda-tangan dan coretan-coretan manusia yang dapat diintepretasikan. Tokoh
penting akhir abad ke-19 seperti Fechne, Wundt dan Ebbinghaus sebagai psikiater
di bidang gangguan mental mempengaruhi teknik-teknik untuk melakukan asesmen
klinis terhadap para pasiennya.
Di bidang
grafologi salah satu tokoh penting tentu saja Goodenough, Machover, Moch,
Kinget, Wartegg dan lain sebagainya. Bidang ilmu ini sebenarnya terus
berkembang sampai saat ini dengan metode kualitatif maupun kuantitatif untuk
mengungkap proyeksi dari grafis. Beberapa tes yang akan dibahas kali ini adalah
BAUM, DAP, HTP dan Tes Wartegg.
BAUM
·
Tes
ini diciptakan oleh Emil Jucker.
·
Awalnya
tes ini digunakan untuk pemilihan jurusan di sekolah.Tes ini kemudian dikembangkan
Charles Koch.
·
Alasan
memilih pohon (Jucker) :
-
Pohon
selalu tumbuh dan berkembang
-
Dari hasil penelitian budaya dikatakan pohon memiliki arti
dan makna yang penting bagi manusia. Oleh karena itu pohon dianggap
mewakili manusia
·
Pendekatan yang digunakan dalam
BAUM :
-
Psikoanalisa ® fokus pada
masalah-masalah ketidaksadaran diri.
Pohon termasuk dalam tes proyeksi karena dapat memancing hal-hal yang tidak
disadari oleh orang tersebut
-
Fenomenologis ®
Sesuatu yang dibuat orang merupakan gejala yang ditampilkan. Gejala tsb
memiliki makna bagi orang tersebut
-
Perkembangan ®
Sifatnya eksperimental. Pada usia tertentu ternyata gambar-gambarnya sama
DAP
Ada
dua jenis utama tes grafis menggambar orang, yaitu berdasarkan teori goodenough-harris dan dari teori machover. Tes goodenough-harris mengungkap kemampuan IQ dengan dasar bahwa
sebelum orang dapat membaca dan menulis, maka yang dilakukan adalah menggambar
atau melakukan coretan. Menurut Florence Laura Goodenough, individu melakukan
coretan lebih karena proses mental berdasarkan perkembangan intelektual.
•
Naglieri (1988) mengembangkan Draw
A Man Person: A Qualitative Scoring System àsistem skoring dapat mendeteksi
ganguan emosional
•
Karen
Machover (1949)
melibatkan intepretasi berdasarkan teori proyeksi.
•
Dasar
pengunaan teori adalah psikoanalisa à banyak aspek kepribadian yang
tidak tampak
•
Hipotesa
Machover
-
Ukuran
gambar berhubungan dengan level self esteem
-
Penempatan
berhubungan dengan mood dan social orientation.
•
Setelah
menggambar figur pertama, subyek diminta untuk menggambar figur lawan jenis gambar yang pertama.
•
Kemudian
subyek ditanya seputar figur yang digambar, mood, ketertarikan, dan apa yang
membuat mereka marah
HTP
·
Tahun
1949, JN Buck mempublikasikan House Tree Person (HTP)
·
Pertama-tama
ia merancang prosedur tes menggambar utk menilai penyesuaian kepribadian
·
Jolles
mengembangkan teknik dari JN. Buck dengan tiga cara prosedur : menggambar
dengan pensil tdk berwarna, fase menanyai, menggambar dengan pensil tdk
berwarna
·
Prosedur
administrasi : individu diberikan kertas putih kosong posisi horisontal,
kemudian diberikan instruksi “gambarkan saya sebuah rumah”, jika sudah selesai
diberikan lagi sebuah kertas dengan posisi vertikal “gambarkan saya sebuah
gambar manusia”
·
Variasi
dari prosedur gambar.
Proses menggambar
tersebut akhirnya menjadi populer dalam bentuk seseorang diberikan kertas dalam
posisi horizontal dan seseorang diminta menggambar dengan instruksi “gambarkan
saya sebuah gambar dengan isi gambar ada rumah, pohon dan manusia.
·
Dasar
interpretasinya : melihat tipe gambar, komposisi dalam menggambar, dan hubungan
antara gambar. Jika perlu dapat pula diminta keterangan gambar yang dapat
berguna untuk mengungkapkan perasaan seseorang dan sikap-sikapnya yang
diwujudkan dalam bentuk gambar.
Kelebihan dan
kekurangan tes grafis:
Kelebihan
•
tes
dapat menjangkau lapisan-lapisan lebih dalam dari kepribadian, (tidak disadari
subyek)
•
Bersifat
ekonomis
Kekurangan
•
Tester
harus memiliki keterampilan yang khusus dalam kaitannya dengan ketepatan
melakukan diagnose
•
Tidak se-obyektif dan seakurat tes kognitif
•
Tidak terstrukturnya rangsang memberi kesulitan dalam
membuat penilaian
•
Akibat
masalah penilaian, kebanyakan tehnik proyeksi tidak memenuhi standar
konvensional dari validitas dan reliabilitas
Wartegg
·
berkembang
dari eksperimental psikologi gestalt oleh F. Krueger dan F. Sander.
·
Asumsi
tidak hanya dari subyek pengalaman tapi juga subyek yang mengalami harus
dilihat sebagai suatu struktur
·
Phantasie
test – subyek dihadapkan pada lembar yang mengandung sejumlah garis yang tidak
teratur dan harus diatur secara bebas à muncul banyak perbedaan yang mencerminkan
sifat-sifat struktural yang khas pada subyek
·
Tes
Wartegg / Drawing Completion Test (DCT) adalah bentuk pemeriksaan
kepribadian dengan menggunakan gambar-gambar yang diperoleh melalui sarana tes
·
Sarana
tes merupakan sejumlah elemen grafis kecil yang berfungsi sebagai suatu seri
tema-tema formal yang harus dikembangkan menurut cara subyek itu sendiri.
·
Tujuan
utama tes DCT
Mengeksplorasi
struktur kepribadian dalam istila yang disebut fungsi-fungsi dasar. Yaitu:
emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol, dan reality function.
·
Dalam melakukan interpretasi ada 3 tahap yang
harus dilakukan yaitu:
1.
Stimulus
Drawing Relation, yaitu bagaimana hubungan antara rangsang dengan gambar
yang dibuat. Apakah rangsang merupakan bagian dari gambar atau terlepas
dari gambar? SDR merupakan dasar untuk eksplorasi struktus persepsi dan
afektivitas.
2.
Content
atau Isi, merupakan manifestasi dari asosiasi bebas. Gambar mempunyai isi
apabila mewakili sebagian dunia fisik yang dapat dilihat. Manifestasi
asosiasi bebas mengungkapkan pandangan ke orientas yang lebih kuat dari
kecenderungan-kecenderungan, minat dan pekerjaan subyek dan ini merupakan
sumber data proyektif tes.
3.
Execution
(pelaksanaan)
Bagaimana gambar
dibuat? Penuh, kosong? Adakah ekspansi?
Tes Warteg mencoba
untuk mencari tahu pola reaksi yang permanen dari kepribadian si
penggambar. Dari penilaian kuantitatif dapat dibuat suatu
profil kepribadian dalam istilah fungsi-fungsi yaitu emosi, imajinasi,
dinamisme, kontrol dan reality function yang ada pada tiap manusia.
·
Keuntungan
tes DCT
-
Sebagai
alat diagnostik
-
Sifatnya
praktis
-
Dapat
dijadikan prediksi inteligensi (tapi tidak berdiri sendiri)
-
Dapat
dilakukan individual maupun klasikal
·
Kelemahan
tes DCT
-
Memerlukan
pelatihan khusus utk menginterpretasi
Penilaian tergantung
pengalaman dan subjektif tester
C.
Fungsi
1) Fungsi
seleksi
Tes psikologi berfungsi sebagai seleksi jika digunakan untuk memilih
individu-individu yang cocok/sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan..
misalnya tes masuk suatu lembaga pendidikan atau tes seleksi jabatan tertentu.
Berdasarkan hasilh-asil tes psikologis yang dilakukan, pimpinan lembaga dapat
memutuskan calon-calon pelamar yang dapat diterima dan menolak alon-calon
lainnya.
2) Fungsi
Klasifikasi
Yaitu mengelompokkan individu-individu dalam kelompok sejenis. Misalnya
mengelompokkan siswa yang mempunyai masalah sejenis, sehingga dapat diberi
bantuan yang sesuai dengan masalahnya. Atau mengelompokkan siswa ke dalam program
khusus tertentu.
3) Fungsi
deskripsi
Tes ini berfungsi untuk menjelaskan profil seseorang, baik kepribadian,
tingkahlaku, kemampuan, minat dan bakat dan sebagainya
4) Mengevaluasi
suatu treatment
Tes psikologi digunakan juga untuk mengavaluasi suatu treatment/tindakan
yang telah dilakukan terhadap seseorang atau sekelompok individu. Ini untuk
mengavaluasi sampai tingkat mana keberhasilan treatment yang sudah diberikan.
Evalusi ini sangat membantu untuk meneruskan tindakan selanjutnya yang akan
diambil.
5) Menguji
suatu hipotesis
Tes psikologi juga bisa digunakan menguji sebuah hipotesis dan asumsi
yang ada. Ini dikarenakan, bahwa tes psikologi terbuat/disusun dari sejumlah
penelitian yang ilmiah sebelumnya. Contoh penggunaan tes psikologi untuk
menguji hipotesis ini seperti membandingkan hasil eksperimen yang sudah
didapatkan dengan tes psikologi yang sudah dibakukan. Jadi hasilnya dapat di
compare (membandingkan), ataupun tes psikologi bisa langsung menguji hipotesis
dengan menurunkan indikator-indokator dari tes psikologi yang baku.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tes kepribadian merupakan
seperangkat alat tes yang disusun untuk mendeskripsikan bagaimana kecenderungan
seseorang bertingkah laku. Tes kepribadian sebenarnya adalah deskripsi kualitatif
dari kepribadian, bukannya deskripsi kuantitatif (angka-angka), karena
sebenarnya kepribadian tidak dapat diukur, tetapi hanya dapat dideskripsikan.
0 komentar:
Posting Komentar