Minggu, 16 Juni 2013

Tes Kepribadian


BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam kehidupan sehari-hari untuk memahami seseorang (konseli) dibutuhkan pengetahun mengenai kepribadian orang tersebut. Dalam suatu pekerjaanpun dibutuhkan informasi mengenai karakter karyawan agar pimpinan dapat menempatkan karyawan sesuai dengan kepribadiannya sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam Bimbingan Konseling, informasi mengenai siswa/konseli sangat dibutuhan demi tercapainya tujuan dari konseling dan memperlancar proses konseling itu sendiri. Untuk mengetahui karakter konseli maka digunakan salah satunya dengan cara melalui tes kepribadian.
B.  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian Tes Kepribadian itu?
2.      Apa saja macam-macam dari Tes Kepribadian?
3.      Kegunaan apa saja yang didapat dari Tes Kepribadian?

C.  TUJUAN
1.      Mengetahui Pengertian dari Tes Kepribadian .
2.      Mengetahui apa saja macam-macam Tes Kepribadian.
3.      Mengetahui manfaat atau kegunaan Tes Kepribadian.
  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN TES KEPRIBADIAN
Tes kepribadian adalah seperangkat alat tes yang disusun untuk mendeskripsikan bagaimana kecenderungan seseorang bertingkah laku. Tes kepribadian sebenarnya adalah deskripsi kualitatif dari kepribadian, bukannya deskripsi kuantitatif (angka-angka), karena sebenarnya kepribadian tidak dapat diukur, tetapi hanya dapat dideskripsikan. Untuk membantu menjelaskan kepribadian, alat tes kepribadian menggunakanbantuanangka-angkadankemudian hasilnya diinterpretasikan/didiskripsikan kedalam kualitatif. Angka yang dilekatkan/didapatkan seseorang pada tes kepribadian bukanlah angka sesungguhnya. Jika si A mendapatkan angka 9 dari tes kepribadian dan si B mendapatkan angka 6, bukan berarti kepribadian si A lebih tinggi dari kepribadian si B. Angka disini hanyalah alat bantu untuk mendeskripsikan kepribadian, misalnya si A lebih tahan dari gangguan emosi dibandingkan dengan si B.
Yang perlu diketahui pula dari tes kepribadian adalah bahwa kepribadian tidak mengandung unsur nilai “baik buruk, tinggi rendah, dan lain-lain”. Kepribadian adalah unik, sehingga tidak bisa dibandingkan dengan orang lain dalam pendeskripsiannya. Tetapi, untuk mempermudah pengukuran dalam psikologi, disusunlah suatu criteria kepribadian dalam bentuk pengelompokan. Saat ini, kita mengenal pengelompokan kepribadian yang terkenal seperti DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders). Tetapi kekurangan dari pengelompokan kepribadaian ini adalah, hanya individu-indivdu yang mengalami masalah/gangguan yang dimasukkan dalam criteria tersebut.

B.     Jenis-jenis Tes Kepribadian
Banyak macam dari tes kepribadian yang dipakai oleh para psikolog. Mulai dari tes inventori sampai pada tes grafis, dimana masing-masing jenis tes saling melengkapi satu sama lain. Jenis soal tes kepribadian, boleh saya sebut memiliki beberapa macam bagian, diantaranya : tes dalam bentuk invetori, bentuk isian, dan tes grafis. 

Konsepsi Tes Proyektif
Dr. Leopold Bellak mencoba menelusuri sejarah perkembangan dari konsep proyeksi yang pada saat sekarang ini sudah sedemikian luas dan kabur arti penggunaannya. Di dalam usaha verifikasi eksperimental pembuktian terhadap konsep klinis mengenai proyeksi seperti yang dikemukakan Freud, ia berpendapat bahwa pentinglah kiranya untuk mengadakan redefinisi terhadap proses-proses perseptual yang terkandung di dalam proyeksi itu, dan inilah yang merupakan dasar dari metode proyektif.
Beberapa definisi awal tentang konsep proyeksi (projection) sebagai suatu proses defensif, seperti yang dikemukakan oleh Freud, Frank, dan di dalam eksperimen Bealy, Bromier, dan Bowers. Definisi proyeksi (projection) berdasarkan hasil penyelidikan-penyelidikan eksperimental yang kemudian, merupakan verifikasi terhadap definisi-definisi awal, dan dikemukakannya istilah apperception dan apperceptive distortion sebagai terminologi pengganti istilah projection (Dr. Leopold Bellak), dengan pengertian yang tidak terbatas pada proses defensif semata-mata. Istilah apperception tersebut sebagai suatu kondisi yang mendekati persepsi kognitif murni yang objektif (nearly pure cognitive objective perception), dan setiap interpretasi yang subjektif akan membentuk apperceptive distortion.
Proyeksi merupakan suatu istilah yang banyak digunakan di dalam bidang-bidang psikologi klinis, dinamis dan sosial. Frank mengemukakan bahwa metode proyektif adalah merupakan suatu tipe pendekatan yang bersifat dinamis dan holistik di dalam disiplin psikologi. Istilah proyeksi pertama kali dikemukakan oleh Freud, di dalam karyanya The Anxiety Neurosis (1894), dimana ia mengemukakan bahwa “Psyche akan mengembangkan suatu kecemasan neurotik apabila psyche merasa tidak berdaya untuk mengatasi rangsangan-rangsangan (seksual) yang berasal dari dalam (endogenous), sehingga rangsangan-rangsangan tersebut akan diproyeksikan ke dunia luar”.
Di dalam karyanya On the Defense Neuropsychoses (1896), Freud memberikan elaborasi terlebih jauh terhadap konsep proyeksi. Dikemukakannya secara lebih eksplisit, bahwa proyeksi adalah suatu proses pemetaan (pelampiasan ke luar) dorongan-dorongan, perasaan-perasaan dan sentimen-sentimen individu kepada orang lain atau ke dunia luar, sebagai proses yang bersifat defensif, dimana individu yang bersangkutan tidak menyadari munculnya gejala yang di luar kehendaknya itu (undesireable phenomena).
Suatu proses defensif yang dikendalikan oleh prinsip kenikmatan (pleasure-principle), dimana ego, yang berpedoman kepada dunia luar, akan merasa tercela bila keinginan-keinginan dan idea-idea ketidaksadaran muncul ke dalam kesadaran. Kalaupun konsep proyeksi yang mulanya berasal dari apa yang terdapat pada psikosis dan neurosis, diterapkan kepada bentuk-bentuk tingkah laku yang lain, seperti yang dikemukakan Freud di dalam The Future of an illusion dan Totem and Taboo, maka proyeksi juga merupakan suatu mekanisme yang terpenting di dalam pembentukan kepercayaan beragama. Aplikasi konsep proyeksi paling banyak dilakukan di dalam bidang psikologi klinis yang kita kenal sebagai teknik proyektif. Termasuk di dalamnya adalah tes Rorschach, TAT, CAT tes Szondi, dan lain-lainnya.
Dasar asumsi yang melandasi tes-tes tersebut adalah, bahwa bila subjek dihadapkan pada sejumlah stimulus yang ambiguous (kabur) dan ia diminta untuk memberikan respon terhadap stimulus itu, subjek akan memproyeksikan need dan press-nya sebagai responnya terhadap stimulus tersebut. Namun kekurangan dari teknik proyeksi ini adalah:
1.      Tidak seobyektif dan seakurat tes kognitif atau tes inventori
2.      Tidak terstrukturnya stimulus memberi kesulitan dalam membuat penilaian
3.      Akibat masalah penilaian, kebanyakan teknik proyeksi tidak memenuhi standar konvensional dari validitas dan reliabilitas

Untuk mengatasi penilaian yang ”kurang tepat” terhadap hasil tes proyektif, dibutuhkan banyak latihan dan kepekaan psikolog. Disamping itu diperlukan pengetahuan yang  mendalam tentang psikoanalisa dan teori psikodinamik lainnya yang menjadi latar belakang kebanyakan tes-tes proyeksi.
TES GRAFIS
Tes grafis adalah bagian dari tes proyektif di ilmu psikologi. Awal mula tes ini berkembang pada abad 20 permulaan meskipun pada jauh dekade sebelumnya sudah terdapat berbagai aplikasi grafologi berupa pembacaan tulisan tangan, tanda-tangan dan coretan-coretan manusia yang dapat diintepretasikan. Tokoh penting akhir abad ke-19 seperti Fechne, Wundt dan Ebbinghaus sebagai psikiater di bidang gangguan mental mempengaruhi teknik-teknik untuk melakukan asesmen klinis terhadap para pasiennya.
Di bidang grafologi salah satu tokoh penting tentu saja Goodenough, Machover, Moch, Kinget, Wartegg dan lain sebagainya. Bidang ilmu ini sebenarnya terus berkembang sampai saat ini dengan metode kualitatif maupun kuantitatif untuk mengungkap proyeksi dari grafis. Beberapa tes yang akan dibahas kali ini adalah BAUM, DAP, HTP dan Tes Wartegg.

BAUM
·      Tes ini diciptakan oleh Emil Jucker.
·      Awalnya tes ini digunakan untuk pemilihan jurusan di sekolah.Tes ini kemudian dikembangkan Charles Koch.
·      Alasan memilih pohon (Jucker) :
-     Pohon selalu tumbuh dan berkembang
-     Dari hasil penelitian budaya dikatakan pohon memiliki arti dan makna yang penting bagi manusia. Oleh karena itu pohon dianggap mewakili manusia
·      Pendekatan yang digunakan dalam BAUM :
-     Psikoanalisa ® fokus pada masalah-masalah ketidaksadaran diri.
Pohon termasuk dalam tes proyeksi karena dapat memancing hal-hal yang tidak disadari oleh orang tersebut
-     Fenomenologis  ® Sesuatu yang dibuat orang merupakan gejala yang ditampilkan. Gejala tsb memiliki makna bagi orang tersebut
-     Perkembangan ® Sifatnya eksperimental. Pada usia tertentu ternyata gambar-gambarnya sama

DAP
Ada dua jenis utama tes grafis menggambar orang, yaitu berdasarkan teori goodenough-harris dan dari teori machover. Tes goodenough-harris mengungkap kemampuan IQ dengan dasar bahwa sebelum orang dapat membaca dan menulis, maka yang dilakukan adalah menggambar atau melakukan coretan. Menurut Florence Laura Goodenough, individu melakukan coretan lebih karena proses mental berdasarkan perkembangan intelektual.
        Naglieri (1988) mengembangkan Draw A Man Person: A Qualitative Scoring System àsistem skoring dapat mendeteksi ganguan emosional
        Karen Machover (1949) melibatkan intepretasi berdasarkan teori proyeksi.
        Dasar pengunaan teori adalah psikoanalisa à banyak aspek kepribadian yang tidak tampak
        Hipotesa Machover
-        Ukuran gambar berhubungan dengan level self esteem
-        Penempatan berhubungan dengan mood dan social orientation.
        Setelah menggambar figur pertama, subyek diminta untuk menggambar figur lawan jenis gambar yang pertama.
        Kemudian subyek ditanya seputar figur yang digambar, mood, ketertarikan, dan apa yang membuat mereka marah

HTP
·           Tahun 1949, JN Buck mempublikasikan House Tree Person (HTP)
·           Pertama-tama ia merancang prosedur tes menggambar utk menilai penyesuaian kepribadian
·           Jolles mengembangkan teknik dari JN. Buck dengan tiga cara prosedur : menggambar dengan pensil tdk berwarna, fase menanyai, menggambar dengan pensil tdk berwarna
·           Prosedur administrasi : individu diberikan kertas putih kosong posisi horisontal, kemudian diberikan instruksi “gambarkan saya sebuah rumah”, jika sudah selesai diberikan lagi sebuah kertas dengan posisi vertikal “gambarkan saya sebuah gambar manusia”
·           Variasi dari prosedur gambar.
Proses menggambar tersebut akhirnya menjadi populer dalam bentuk seseorang diberikan kertas dalam posisi horizontal dan seseorang diminta menggambar dengan instruksi “gambarkan saya sebuah gambar dengan isi gambar ada rumah, pohon dan manusia.
·           Dasar interpretasinya : melihat tipe gambar, komposisi dalam menggambar, dan hubungan antara gambar. Jika perlu dapat pula diminta keterangan gambar yang dapat berguna untuk mengungkapkan perasaan seseorang dan sikap-sikapnya yang diwujudkan dalam bentuk gambar.

Kelebihan dan kekurangan tes grafis:
Kelebihan
        tes dapat menjangkau lapisan-lapisan lebih dalam dari kepribadian, (tidak disadari subyek)
        Bersifat ekonomis

Kekurangan
        Tester harus memiliki keterampilan yang khusus dalam kaitannya dengan ketepatan melakukan diagnose
        Tidak se-obyektif dan seakurat tes kognitif
        Tidak terstrukturnya rangsang memberi kesulitan dalam membuat penilaian
        Akibat masalah penilaian, kebanyakan tehnik proyeksi tidak memenuhi standar konvensional dari validitas dan reliabilitas

Wartegg
·           berkembang dari eksperimental psikologi gestalt oleh F. Krueger dan F. Sander.
·           Asumsi tidak hanya dari subyek pengalaman tapi juga subyek yang mengalami harus dilihat sebagai suatu struktur
·           Phantasie test – subyek dihadapkan pada lembar yang mengandung sejumlah garis yang tidak teratur dan harus diatur secara bebas à muncul banyak perbedaan yang mencerminkan sifat-sifat struktural yang khas pada subyek
·           Tes Wartegg / Drawing Completion Test (DCT) adalah bentuk pemeriksaan kepribadian dengan menggunakan gambar-gambar yang diperoleh melalui sarana tes
·           Sarana tes merupakan sejumlah elemen grafis kecil yang berfungsi sebagai suatu seri tema-tema formal yang harus dikembangkan menurut cara subyek itu sendiri.
·           Tujuan utama tes DCT
Mengeksplorasi struktur kepribadian dalam istila yang disebut fungsi-fungsi dasar. Yaitu: emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol, dan reality function.

·            Dalam melakukan interpretasi ada 3 tahap yang harus dilakukan yaitu:
1.      Stimulus Drawing Relation, yaitu bagaimana hubungan antara rangsang dengan gambar yang dibuat. Apakah rangsang merupakan bagian dari gambar atau terlepas dari gambar? SDR merupakan dasar untuk eksplorasi struktus persepsi dan afektivitas.
2.      Content atau Isi, merupakan manifestasi dari asosiasi bebas. Gambar mempunyai isi apabila mewakili sebagian dunia fisik yang dapat dilihat. Manifestasi asosiasi bebas mengungkapkan pandangan ke orientas yang lebih kuat dari kecenderungan-kecenderungan, minat dan pekerjaan subyek dan ini merupakan sumber data proyektif tes.
3.      Execution (pelaksanaan)
Bagaimana gambar dibuat? Penuh, kosong? Adakah ekspansi?
Tes Warteg mencoba untuk mencari tahu pola reaksi yang permanen dari kepribadian si penggambar. Dari penilaian kuantitatif dapat dibuat suatu profil kepribadian dalam istilah fungsi-fungsi yaitu emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol dan reality function yang ada pada tiap manusia.
·         Keuntungan tes DCT
-       Sebagai alat diagnostik
-       Sifatnya praktis
-       Dapat dijadikan prediksi inteligensi (tapi tidak berdiri sendiri)
-       Dapat dilakukan individual maupun klasikal
·           Kelemahan tes DCT
-       Memerlukan pelatihan khusus utk menginterpretasi
Penilaian tergantung pengalaman dan subjektif tester

C.  Fungsi
1)   Fungsi seleksi
Tes psikologi berfungsi sebagai seleksi jika digunakan untuk memilih individu-individu yang cocok/sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan.. misalnya tes masuk suatu lembaga pendidikan atau tes seleksi jabatan tertentu. Berdasarkan hasilh-asil tes psikologis yang dilakukan, pimpinan lembaga dapat memutuskan calon-calon pelamar yang dapat diterima dan menolak alon-calon lainnya.
2)   Fungsi Klasifikasi
Yaitu mengelompokkan individu-individu dalam kelompok sejenis. Misalnya mengelompokkan siswa yang mempunyai masalah sejenis, sehingga dapat diberi bantuan yang sesuai dengan masalahnya. Atau mengelompokkan siswa ke dalam program khusus tertentu.
3)   Fungsi deskripsi
Tes ini berfungsi untuk menjelaskan profil seseorang, baik kepribadian, tingkahlaku, kemampuan, minat dan bakat dan sebagainya
4)   Mengevaluasi suatu treatment
Tes psikologi digunakan juga untuk mengavaluasi suatu treatment/tindakan yang telah dilakukan terhadap seseorang atau sekelompok individu. Ini untuk mengavaluasi sampai tingkat mana keberhasilan treatment yang sudah diberikan. Evalusi ini sangat membantu untuk meneruskan tindakan selanjutnya yang akan diambil.


5)   Menguji suatu hipotesis
Tes psikologi juga bisa digunakan menguji sebuah hipotesis dan asumsi yang ada. Ini dikarenakan, bahwa tes psikologi terbuat/disusun dari sejumlah penelitian yang ilmiah sebelumnya. Contoh penggunaan tes psikologi untuk menguji hipotesis ini seperti membandingkan hasil eksperimen yang sudah didapatkan dengan tes psikologi yang sudah dibakukan. Jadi hasilnya dapat di compare (membandingkan), ataupun tes psikologi bisa langsung menguji hipotesis dengan menurunkan indikator-indokator dari tes psikologi yang baku.
  
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Tes kepribadian merupakan seperangkat alat tes yang disusun untuk mendeskripsikan bagaimana kecenderungan seseorang bertingkah laku. Tes kepribadian sebenarnya adalah deskripsi kualitatif dari kepribadian, bukannya deskripsi kuantitatif (angka-angka), karena sebenarnya kepribadian tidak dapat diukur, tetapi hanya dapat dideskripsikan.

0 komentar: