Rabu, 20 November 2013

Anak dengan Autisme itu Karunia Tuhan yang Harus Disyukuri

Semua orang tua pasti merasa sedih ketika mengetahui buah hatinya didiagnosis autis. Shock, sedih, dan kecewa pun bercampur jadi satu. Hal itu wajar adanya ketika melihat anggota keluarga yang 'berbeda'. Meski diri ini menerima, orang lain belum tentu berpikiran sama.

Karena itu muncullah perasaan semacam kehilangan dan sedih. Hal itu disampaikan psikolog RA. Oriza Sativa, S.Psi, Psi, CH,CCR, saat berbincang dengan detikHealth usai acara Talk Show ‘Biomarker Skrining untuk Autisme: Sebuah Langkah Besar untuk Pendeteksian Berbasis Ilmiah’ di RSIA Grand Family, Penjaringan, Jakarta Utara, dan ditulis pada Senin (18/11/2013).

Oriza mengatakan biasanya dibutuhkan waktu adaptasi tiga sampai enam bulan untuk menyembuhkan shock yang dirasakan orang tua, tapi tergatung juga dari kepribadiannya. Lebih lanjut, menurut Oriza, untuk membantu orang tua tidak terlalu merasa sedih dan shock, praktisi misalnya dokter atau psikolog ada baiknya sebelum menjelaskan diagnosis, disampaikan dulu bahwa setiap manusia pasti punya masalah.

"Kalau ternyata kita memiliki anak yang istilahnya memiliki keunikan, kekhususan kondisi, bukan berarti kita salah mendidik atau apa. Itu memang mungkin karunia Tuhan yang harus kita syukuri dan itu merupakan tantangan bahwa kita istilahnya diberikan kepercayaan dari Tuhan untuk mendidik anak berkebutuhan khusus," papar Oriza.

Dengan begitu, diharapkan harga diri orang tua juga bisa timbul dan dia tidak merasa terbebani. Ibarat kata, jika dokter atau psikolog langsung menuju ke diagnosis dengan mengatakan 'anak bapak dan ibu itu individu autistik nanti terapinya mahal, mengurus dan mencari sekolah untuknya agak sulit', sudah pasti membuat orang tua merasa down dan sangat terbebani di awal diagnosis.

"Menghadapi kenyataan itu jangan sendirian, libatkan orang lain termasuk keluarga besar dan juga guru di sekolahnya juga teman-teman. Saya sarankan untuk caregiver, sebaiknya orang tua yang bertindak sebagai caregiver utama karena bagaimana pun suster atau pengasuh itu kan orang lain, kalau orang tua pasti memiliki ikatan batin yang lebih erat," jelas Oriza.

Nah, untuk memilih caregiver yang baik bagi anak, Oriza menuturkan ada tiga hal yang sebaiknya diperhatikan yaitu si caregiver memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang autisme, pasti memiliki waktu empat sampai delapan jam untuk merawat si anak, dan mempunyai empati, bisa merasakan apa yang dirasakan orang dengan anak autisme.

Sumber : Detik

0 komentar: