Rabu, 20 November 2013

Modal Cinta Saja Tidak Cukup Untuk Menikah



Merencanakan pernikahan adalah hal yang mulia, namun cukupkah hanya bermodalkan cinta? Menurut psikolog Ratih Ibrahim, membina hubungan pernikahan tidak cukup bila hanya bermodal cinta.
Ia mengatakan, anggapan yang mengatakan bahwa cinta sudah cukup untuk menjalin hubungan rumah tangga bisa menjadi sangat menjerumuskan. Bila pasangan tahu bahwa hubungan mereka hanya bermodal cinta, seharusnya jangan dilanjutkan terlalu dalam.
Ratih menganjurkan aspek pertama yang harus dipertimbangkan saat akan menikah adalah akal sehat. Emosi cinta perlu diselaraskan dengan rasional akal sehat.
“Ih gila ya nggak berperasaan, bukan begitu. Tapi akal sehat harus dipakai benar-benar. Apalagi perkawinan. Perkawinan itu akal sehat juga harus jalan, bukan pakai makan perasaan saja,” jelasnya di kantor Taman Aries, Kembangan, Jakarta Barat, Senin (7/5/2012).
Mengapa perasaan bukan dijadikan satu-satunya modal dalam pernikahan? Menurut Ratih, perasaan bisa hanya bertahan sementara dan yang menyelamatkan pernikahan justru akal sehat.
“Kalau akal sehat nggak dipakai terus cuma rasa aja, terus rasanya memudar, mau ngapain coba,” ujar Direktur Personal Growth.
Aspek lain selain akal sehat saat mempertimbangkan akan menikah adalah kestabilan. Aspek ini bisa meliputi banyak hal. Pertama bisa kestabilan dalam hal pangan, sandang, dan papan, bukan hanya cinta.
“Cinta kan cukup untuk kita saling memiliki itu cuma ada di lagu aja. Kalau nggak makan, nggak akan sehat, otak juga nggak jalan, juga nggak berfungsi,” tutur psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.
Ia melihat banyak pernikahan yang justru berakhir dengan ketidakstabilan sandang, pangan dan papan. “Bubaran lantaran ternyata laper itu nggak enak,” katanya.
Menurutnya, pasangan juga tidak boleh melupakan kalau menjalin pernikahan nanti akan dikaruniai anak. Mendampingi setiap perkembangan anak pasti tidak hanya cukup bermodalkan cinta.
“Memang anak-anak itu bisa dikasih makan atau hidup karena bapak ibunya saling cinta? Bapak ibunya harus punya akal sehat, supaya tahu bagaimana bertanggungjawab untuk memberikan kehidupan yang pantas buat anaknya,” paparnya.

Sumber : psikologizone

0 komentar: