Minggu, 16 Juni 2013

Tes Proyektif Kepribadian Tes Grafis


TES PROYEKTIF KEPRIBADIAN
TES GRAFIS
Pendahuluan
Sebagian dari cara individu mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress atau pun konflik adalah dengan melakukan mekanisme pertahanan diri baik yang ia lakukan secara sadar atau pun tidak.. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Freud “Such defense mechanisms are put into operation whenever anxiety signals a danger that the original unacceptable impulses may reemerge” (Microsoft Encarta Encyclopedia 2002). Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) sebagai gambaran proses tak sadar untuk melindungi individu tersebut dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan.

Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur “penipuan diri.” Istilah mekanisme bukan merupakan istilah yang paling tepat karena menyangkut semacam peralatan mekanik. Istilah tersebut mungkin karena Freud banyak dipengaruhi oleh kecenderungan abad ke-19 yang memandang manusia sebagai mesin yang kompleks.
Salah satu yang mendasari terjadinya proyeksi adalah mekanisme pertahanan diri (defence mechanism). Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri.
Konsepsi Tes Proyektif
Dr. Leopold Bellak mencoba menelusuri sejarah perkembangan dari konsep proyeksi yang pada saat sekarang ini sudah sedemikian luas dan kabur arti penggunaannya. Di dalam usaha verifikasi eksperimental pembuktian terhadap konsep klinis mengenai proyeksi seperti yang dikemukakan Freud, ia berpendapat bahwa pentinglah kiranya untuk mengadakan redefinisi terhadap proses-proses perseptual yang terkandung di dalam proyeksi itu, dan inilah yang merupakan dasar dari metode proyektif. Beberapa definisi awal tentang konsep proyeksi (projection) sebagai suatu proses defensif, seperti yang dikemukakan oleh Freud, Frank, dan di dalam eksperimen Bealy, Bromier, dan Bowers. Definisi proyeksi (projection) berdasarkan hasil penyelidikan-penyelidikan eksperimental yang kemudian, merupakan verifikasi terhadap definisi-definisi awal, dan dikemukakannya istilah apperception dan apperceptive distortion sebagai terminologi pengganti istilah projection (Dr. Leopold Bellak), dengan pengertian yang tidak terbatas pada proses defensif semata-mata. Istilah apperception tersebut sebagai suatu kondisi yang mendekati persepsi kognitif murni yang objektif (nearly pure cognitive objective perception), dan setiap interpretasi yang subjektif akan membentuk apperceptive distortion.
Proyeksi merupakan suatu istilah yang banyak digunakan di dalam bidang-bidang psikologi klinis, dinamis dan sosial. Frank mengemukakan bahwa metode proyektif adalah merupakan suatu tipe pendekatan yang bersifat dinamis dan holistik di dalam disiplin psikologi. Istilah proyeksi pertama kali dikemukakan oleh Freud, di dalam karyanya The Anxiety Neurosis (1894), dimana ia mengemukakan bahwa “Psyche akan mengembangkan suatu kecemasan neurotik apabila psyche merasa tidak berdaya untuk mengatasi rangsangan-rangsangan (seksual) yang berasal dari dalam (endogenous), sehingga rangsangan-rangsangan tersebut akan diproyeksikan ke dunia luar”.
Di dalam karyanya On the Defense Neuropsychoses (1896), Freud memberikan elaborasi terlebih jauh terhadap konsep proyeksi. Dikemukakannya secara lebih eksplisit, bahwa proyeksi adalah suatu proses pemetaan (pelampiasan ke luar) dorongan-dorongan, perasaan-perasaan dan sentimen-sentimen individu kepada orang lain atau ke dunia luar, sebagai proses yang bersifat defensif, dimana individu yang bersangkutan tidak menyadari munculnya gejala yang di luar kehendaknya itu (undesireable phenomena).
Suatu proses defensif yang dikendalikan oleh prinsip kenikmatan (pleasure-principle), dimana ego, yang berpedoman kepada dunia luar, akan merasa tercela bila keinginan-keinginan dan idea-idea ketidaksadaran muncul ke dalam kesadaran. Kalaupun konsep proyeksi yang mulanya berasal dari apa yang terdapat pada psikosis dan neurosis, diterapkan kepada bentuk-bentuk tingkah laku yang lain, seperti yang dikemukakan Freud di dalam The Future of an illusion dan Totem and Taboo, maka proyeksi juga merupakan suatu mekanisme yang terpenting di dalam pembentukan kepercayaan beragama. Aplikasi konsep proyeksi paling banyak dilakukan di dalam bidang psikologi klinis yang kita kenal sebagai teknik proyektif. Termasuk di dalamnya adalah tes Rorschach, TAT, CAT tes Szondi, dan lain-lainnya.
Dasar asumsi yang melandasi tes-tes tersebut adalah, bahwa bila subjek dihadapkan pada sejumlah stimulus yang ambiguous (kabur) dan ia diminta untuk memberikan respon terhadap stimulus itu, subjek akan memproyeksikan need dan press-nya sebagai responnya terhadap stimulus tersebut. Namun kekurangan dari teknik proyeksi ini adalah:
1. Tidak seobyektif dan seakurat tes kognitif atau tes inventori
2. Tidak terstrukturnya stimulus memberi kesulitan dalam membuat penilaian
3. Akibat masalah penilaian, kebanyakan teknik proyeksi tidak memenuhi standar konvensional dari validitas dan reliabilitas

Untuk mengatasi penilaian yang ”kurang tepat” terhadap hasil tes proyektif, dibutuhkan banyak latihan dan kepekaan psikolog. Disamping itu diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang psikoanalisa dan teori psikodinamik lainnya yang menjadi latar belakang kebanyakan tes-tes proyeksi.

TES GRAFIS
Tes grafis adalah bagian dari tes proyektif di ilmu psikologi. Awal mula tes ini berkembang pada abad 20 permulaan meskipun pada jauh dekade sebelumnya sudah terdapat berbagai aplikasi grafologi berupa pembacaan tulisan tangan, tanda-tangan dan coretan-coretan manusia yang dapat diintepretasikan. Tokoh penting akhir abad ke-19 seperti Fechne, Wundt dan Ebbinghaus sebagai psikiater di bidang gangguan mental mempengaruhi teknik-teknik untuk melakukan asesmen klinis terhadap para pasiennya.
Di bidang grafologi salah satu tokoh penting tentu saja Goodenough, Machover, Moch, Kinget, Wartegg dan lain sebagainya. Bidang ilmu ini sebenarnya terus berkembang sampai saat ini dengan metode kualitatif maupun kuantitatif untuk mengungkap proyeksi dari grafis. Beberapa tes yang akan dibahas kali ini adalah BAUM, DAP, HTP dan Tes Wartegg.

BAUM
  • Tes ini diciptakan oleh Emil Jucker.
  • Awalnya tes ini digunakan untuk pemilihan jurusan di sekolah.Tes ini kemudian dikembangkan Charles Koch.
  • Alasan memilih pohon (Jucker) :
  • Pohon selalu tumbuh dan berkembang
  • Dari hasil penelitian budaya dikatakan pohon memiliki arti dan makna yang penting bagi manusia. Oleh karena itu pohon dianggap mewakili manusia
  • Pendekatan yang digunakan dalam BAUM :
  • Psikoanalisa fokus pada masalah-masalah ketidaksadaran diri.
Pohon termasuk dalam tes proyeksi karena dapat memancing hal-hal yang tidak disadari oleh orang tersebut
  • Fenomenologis  Sesuatu yang dibuat orang merupakan gejala yang ditampilkan. Gejala tsb memiliki makna bagi orang tersebut
  • Perkembangan Sifatnya eksperimental. Pada usia tertentu ternyata gambar-gambarnya sama

DAP
Ada dua jenis utama tes grafis menggambar orang, yaitu berdasarkan teori goodenough-harris dan dari teori machover. Tes goodenough-harris mengungkap kemampuan IQ dengan dasar bahwa sebelum orang dapat membaca dan menulis, maka yang dilakukan adalah menggambar atau melakukan coretan. Menurut Florence Laura Goodenough, individu melakukan coretan lebih karena proses mental berdasarkan perkembangan intelektual.
  • Naglieri (1988) mengembangkan Draw A Man Person: A Qualitative Scoring System sistem skoring dapat mendeteksi ganguan emosional
  • Karen Machover (1949) melibatkan intepretasi berdasarkan teori proyeksi.
  • Dasar pengunaan teori adalah psikoanalisa banyak aspek kepribadian yang tidak tampak
  • Hipotesa Machover
  • Ukuran gambar berhubungan dengan level self esteem
  • Penempatan berhubungan dengan mood dan social orientation.
  • Setelah menggambar figur pertama, subyek diminta untuk menggambar figur lawan jenis gambar yang pertama.
  • Kemudian subyek ditanya seputar figur yang digambar, mood, ketertarikan, dan apa yang membuat mereka marah

HTP
  • Tahun 1949, JN Buck mempublikasikan House Tree Person (HTP)
  • Pertama-tama ia merancang prosedur tes menggambar utk menilai penyesuaian kepribadian
  • Jolles mengembangkan teknik dari JN. Buck dengan tiga cara prosedur : menggambar dengan pensil tdk berwarna, fase menanyai, menggambar dengan pensil tdk berwarna
  • Prosedur administrasi : individu diberikan kertas putih kosong posisi horisontal, kemudian diberikan instruksi “gambarkan saya sebuah rumah”, jika sudah selesai diberikan lagi sebuah kertas dengan posisi vertikal “gambarkan saya sebuah gambar manusia”
  • Variasi dari prosedur gambar.
Proses menggambar tersebut akhirnya menjadi populer dalam bentuk seseorang diberikan kertas dalam posisi horizontal dan seseorang diminta menggambar dengan instruksi “gambarkan saya sebuah gambar dengan isi gambar ada rumah, pohon dan manusia.
  • Dasar interpretasinya : melihat tipe gambar, komposisi dalam menggambar, dan hubungan antara gambar. Jika perlu dapat pula diminta keterangan gambar yang dapat berguna untuk mengungkapkan perasaan seseorang dan sikap-sikapnya yang diwujudkan dalam bentuk gambar.

Kelebihan dan kekurangan tes grafis:
Kelebihan
  • tes dapat menjangkau lapisan-lapisan lebih dalam dari kepribadian, (tidak disadari subyek)
  • Bersifat ekonomis
Kekurangan
  • Tester harus memiliki keterampilan yang khusus dalam kaitannya dengan ketepatan melakukan diagnosa
  • Tidak se-obyektif dan seakurat tes kognitif
  • Tidak terstrukturnya rangsang memberi kesulitan dalam membuat penilaian
  • Akibat masalah penilaian, kebanyakan tehnik proyeksi tidak memenuhi standar konvensional dari validitas dan reliabilitas

Wartegg
  • Berkembang dari eksperimental psikologi gestalt oleh F. Krueger dan F. Sander.
  • Asumsi tidak hanya dari subyek pengalaman tapi juga subyek yang mengalami harus dilihat sebagai suatu struktur
  • Phantasie test – subyek dihadapkan pada lembar yang mengandung sejumlah garis yang tidak teratur dan harus diatur secara bebas muncul banyak perbedaan yang mencerminkan sifat-sifat struktural yang khas pada subyek
  • Tes Wartegg / Drawing Completion Test (DCT) adalah bentuk pemeriksaan kepribadian dengan menggunakan gambar-gambar yang diperoleh melalui sarana tes
  • Sarana tes merupakan sejumlah elemen grafis kecil yang berfungsi sebagai suatu seri tema-tema formal yang harus dikembangkan menurut cara subyek itu sendiri.
  • Tujuan utama tes DCT
Mengeksplorasi struktur kepribadian dalam istila yang disebut fungsi-fungsi dasar. Yaitu: emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol, dan reality function.

  • Sifat Rangsang pada tes wartegg :
  • Rangsang 1 – titik
  • Sesuatu yang kecil, ringan, bundar, dan sentral
  • Tidak mencolok dan mudah terlewat (tidak terlihat)
  • Posisi tepat ditengah -> penting, menahan perhatian dan minta pengakuan
  • Rangsang 2 – garis lengkung
  • Memberi sugesti sesuatu yang hidup, Bergerak, Lepas, Bergetar, Tumbuh atau mengalir.
  • Menolak perlakuan teknis
  • Menuntut integrasi menjadi sesuatu yang organis atau dinamis
  • Rangsang 3 – tiga garis sejajar bertahap dari pendek ke tinggi
  • Menyatakan sifat kekakuan, kekerasan, keteraturan,keurutan, dan kemajuan
  • Menghasilkan kesan rumit dari pengaturan yang dinamis, perkembangan terhadap konstruksi metodis dan konsep-konsep serupa
  • Rangsang 4 – segi empat hitam
  • Berat, kokoh, massive, kaku dan statis
  • Membangkitkan meterialitas kongkrit
  • Rangsang Inorganic dan pasif
  • Menghasilkan asosiasi yang agak depresif dan kadang kala bersifat mengancam
  • Rangsang 5 – dua garis yang berlawanan
  • Ide konflik dan dinamis
  • Posisi garis menunjukkan kepastian penunjukkan keatas
  • Kekakuan garis dan hubungan garis tegak lurus juga memberi sugesti ke arah konstruksi dan penggunaan teknis
  • Rangsang 6 – garis horizontal dan vertikal
  • Matter of fact (tidak berbelit) sederhana, kaku, membosankan, dan tidak memberi ilham
  • Tampak cocok untuk menyelesaikan pola geometrik sederhana dan obyek elementer
  • Dapat dijadikan gambar yang menarik tetapi menuntut kegiatan perencanaan yang kuat
  • Rangsang 7 – titik yang membentuk setengah lingkaran
  • Memberi sugesti yang sangat halus, bulat lembut, dan lentur
  • Pada saat yang bersamaan juga menarik dan sedikit membingungkan karena struktur yang rumit karena seperti manik-manik
  • Menolak perlakuan kasar atau biasa

  • Rangsang 8 – garis lengkung lebar
  • Memiliki sifat organis dari sesuatu yang bulat dan lentur
  • Tenang, besar, lancar, dan mudah diselesaikan.
  • Menuntut penyelesaian yang organis, animate, atau inanimate.
  • Mengandung arti ide menutup, naungan, perlindungan

  • Dalam melakukan interpretasi ada 3 tahap yang harus dilakukan yaitu:
  1. Stimulus Drawing Relation, yaitu bagaimana hubungan antara rangsang dengan gambar yang dibuat. Apakah rangsang merupakan bagian dari gambar atau terlepas dari gambar? SDR merupakan dasar untuk eksplorasi struktus persepsi dan afektivitas.
  2. Content atau Isi, merupakan manifestasi dari asosiasi bebas. Gambar mempunyai isi apabila mewakili sebagian dunia fisik yang dapat dilihat. Manifestasi asosiasi bebas mengungkapkan pandangan ke orientas yang lebih kuat dari kecenderungan-kecenderungan, minat dan pekerjaan subyek dan ini merupakan sumber data proyektif tes.
  3. Execution (pelaksanaan)
Bagaimana gambar dibuat? Penuh, kosong? Adakah ekspansi?
Tes Warteg mencoba untuk mencari tahu pola reaksi yang permanen dari kepribadian si penggambar. Dari penilaian kuantitatif dapat dibuat suatu profil kepribadian dalam istilah fungsi-fungsi yaitu emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol dan reality function yang ada pada tiap manusia.
  • Keuntungan tes DCT
  • Sebagai alat diagnostik
  • Sifatnya praktis
  • Dapat dijadikan prediksi inteligensi (tapi tidak berdiri sendiri)
  • Dapat dilakukan individual maupun klasikal
  • Kelemahan tes DCT
  • Memerlukan pelatihan khusus utk menginterpretasi
Penilaian tergantung pengalaman dan subjektif tester




DAFTAR PUSTAKA

A. Anastasi, Psychological Testing, (4th ed.), McMillan, New York, 1976.
Cohen Swerdlik, Psychological Testing and Assesment, Mayfield, USA, 1990.
G. Marian Kinget, Wartegg: Tes Melengkapi Gambar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003

1 komentar:

elisa mengatakan...

Sangat membantu belajar saya. boleh mamipir ke sini http://www.snowlife-elisa.com