TES
PROYEKTIF KEPRIBADIAN
TES
GRAFIS
Pendahuluan
Sebagian
dari cara individu mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress
atau pun konflik adalah dengan melakukan mekanisme pertahanan diri
baik yang ia lakukan secara sadar atau pun tidak..
Sebagaimana
pendapat yang dikemukakan oleh Freud “Such
defense mechanisms are put into operation whenever anxiety signals a
danger that the original unacceptable impulses may reemerge”
(Microsoft
Encarta Encyclopedia 2002). Freud
menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (defence
mechanism)
sebagai gambaran proses tak sadar untuk melindungi individu tersebut
dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan.
Pada
dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya
dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah
itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur “penipuan
diri.” Istilah
mekanisme bukan merupakan istilah yang paling tepat karena menyangkut
semacam peralatan mekanik. Istilah tersebut mungkin karena Freud
banyak dipengaruhi oleh kecenderungan abad ke-19 yang memandang
manusia sebagai mesin yang kompleks.
Salah
satu yang mendasari terjadinya proyeksi adalah mekanisme pertahanan
diri (defence
mechanism).
Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat
dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai
dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan.
Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena
dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri.
Konsepsi
Tes Proyektif
Dr.
Leopold Bellak mencoba menelusuri sejarah perkembangan dari konsep
proyeksi yang pada saat sekarang ini sudah sedemikian luas dan kabur
arti
penggunaannya.
Di
dalam usaha verifikasi eksperimental pembuktian terhadap konsep
klinis
mengenai
proyeksi seperti yang dikemukakan Freud, ia berpendapat bahwa
pentinglah
kiranya
untuk mengadakan redefinisi terhadap proses-proses perseptual yang
terkandung di dalam proyeksi itu, dan inilah yang merupakan dasar
dari metode proyektif.
Beberapa
definisi awal tentang konsep proyeksi
(projection) sebagai
suatu proses defensif, seperti
yang
dikemukakan oleh Freud, Frank, dan di dalam eksperimen Bealy,
Bromier, dan Bowers.
Definisi
proyeksi
(projection)
berdasarkan
hasil penyelidikan-penyelidikan eksperimental yang kemudian,
merupakan verifikasi terhadap definisi-definisi awal, dan
dikemukakannya istilah
apperception
dan
apperceptive
distortion sebagai
terminologi pengganti istilah projection
(Dr.
Leopold Bellak), dengan pengertian yang tidak terbatas pada proses
defensif
semata-mata.
Istilah apperception
tersebut
sebagai suatu kondisi yang mendekati persepsi kognitif murni yang
objektif (nearly
pure cognitive objective perception),
dan
setiap interpretasi yang subjektif akan membentuk apperceptive
distortion.
Proyeksi
merupakan suatu istilah yang banyak digunakan di dalam bidang-bidang
psikologi
klinis,
dinamis dan sosial. Frank mengemukakan bahwa metode proyektif adalah
merupakan
suatu
tipe pendekatan yang bersifat dinamis dan holistik
di
dalam disiplin psikologi. Istilah proyeksi pertama kali dikemukakan
oleh Freud, di dalam karyanya The
Anxiety Neurosis (1894),
dimana ia mengemukakan bahwa “Psyche
akan
mengembangkan suatu kecemasan neurotik apabila psyche
merasa
tidak berdaya untuk mengatasi rangsangan-rangsangan (seksual) yang
berasal dari dalam (endogenous),
sehingga
rangsangan-rangsangan tersebut akan diproyeksikan ke dunia luar”.
Di
dalam karyanya On
the Defense Neuropsychoses (1896),
Freud memberikan elaborasi terlebih jauh terhadap konsep proyeksi.
Dikemukakannya secara lebih eksplisit, bahwa proyeksi adalah suatu
proses pemetaan (pelampiasan ke luar) dorongan-dorongan,
perasaan-perasaan dan sentimen-sentimen individu kepada orang lain
atau ke dunia luar, sebagai proses yang bersifat defensif, dimana
individu yang bersangkutan tidak menyadari munculnya gejala yang di
luar kehendaknya itu (undesireable
phenomena).
Suatu
proses defensif yang dikendalikan oleh prinsip kenikmatan
(pleasure-principle),
dimana
ego, yang berpedoman kepada dunia luar, akan merasa tercela bila
keinginan-keinginan dan idea-idea ketidaksadaran muncul ke dalam
kesadaran. Kalaupun konsep proyeksi yang mulanya berasal dari apa
yang terdapat pada psikosis dan neurosis, diterapkan kepada
bentuk-bentuk tingkah laku yang lain, seperti yang dikemukakan Freud
di dalam The
Future of an illusion dan
Totem
and Taboo, maka
proyeksi juga merupakan suatu mekanisme yang terpenting di dalam
pembentukan kepercayaan beragama. Aplikasi
konsep proyeksi paling banyak dilakukan di dalam bidang psikologi
klinis yang kita kenal sebagai teknik proyektif. Termasuk di dalamnya
adalah tes Rorschach, TAT, CAT tes Szondi, dan lain-lainnya.
Dasar
asumsi yang melandasi tes-tes tersebut adalah, bahwa bila subjek
dihadapkan pada sejumlah stimulus yang ambiguous
(kabur)
dan ia diminta untuk memberikan respon terhadap stimulus itu, subjek
akan memproyeksikan need
dan
press-nya
sebagai
responnya terhadap stimulus tersebut.
Namun
kekurangan dari teknik proyeksi ini adalah:
1.
Tidak seobyektif dan seakurat tes kognitif atau tes inventori
2.
Tidak terstrukturnya stimulus memberi kesulitan dalam membuat
penilaian
3.
Akibat masalah penilaian, kebanyakan teknik proyeksi tidak memenuhi
standar konvensional dari validitas dan reliabilitas
Untuk
mengatasi penilaian yang ”kurang tepat” terhadap hasil tes
proyektif, dibutuhkan banyak latihan dan kepekaan psikolog. Disamping
itu diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang psikoanalisa dan
teori psikodinamik lainnya yang menjadi latar belakang kebanyakan
tes-tes proyeksi.
TES
GRAFIS
Tes
grafis adalah bagian dari tes proyektif di ilmu psikologi. Awal mula
tes ini berkembang pada abad 20 permulaan meskipun pada jauh dekade
sebelumnya sudah terdapat berbagai aplikasi grafologi berupa
pembacaan tulisan tangan, tanda-tangan dan coretan-coretan manusia
yang dapat diintepretasikan. Tokoh penting akhir abad ke-19 seperti
Fechne, Wundt dan Ebbinghaus sebagai psikiater di bidang gangguan
mental mempengaruhi teknik-teknik untuk melakukan asesmen klinis
terhadap para pasiennya.
Di
bidang grafologi salah satu tokoh penting tentu saja Goodenough,
Machover, Moch, Kinget, Wartegg dan lain sebagainya. Bidang ilmu ini
sebenarnya terus berkembang sampai saat ini dengan metode kualitatif
maupun kuantitatif untuk mengungkap proyeksi dari grafis. Beberapa
tes yang akan dibahas kali ini adalah BAUM, DAP, HTP dan Tes Wartegg.
BAUM
- Tes ini diciptakan oleh Emil Jucker.
- Awalnya tes ini digunakan untuk pemilihan jurusan di sekolah.Tes ini kemudian dikembangkan Charles Koch.
- Alasan memilih pohon (Jucker) :
- Pohon selalu tumbuh dan berkembang
- Dari hasil penelitian budaya dikatakan pohon memiliki arti dan makna yang penting bagi manusia. Oleh karena itu pohon dianggap mewakili manusia
- Pendekatan yang digunakan dalam BAUM :
- Psikoanalisa fokus pada masalah-masalah ketidaksadaran diri.
Pohon
termasuk dalam tes proyeksi karena dapat memancing hal-hal yang tidak
disadari oleh orang tersebut
- Fenomenologis Sesuatu yang dibuat orang merupakan gejala yang ditampilkan. Gejala tsb memiliki makna bagi orang tersebut
- Perkembangan Sifatnya eksperimental. Pada usia tertentu ternyata gambar-gambarnya sama
DAP
Ada
dua jenis utama tes grafis menggambar orang, yaitu berdasarkan teori
goodenough-harris
dan dari teori machover.
Tes goodenough-harris
mengungkap kemampuan IQ dengan dasar bahwa sebelum orang dapat
membaca dan menulis, maka yang dilakukan adalah menggambar atau
melakukan coretan. Menurut Florence Laura Goodenough, individu
melakukan coretan lebih karena proses mental berdasarkan perkembangan
intelektual.
- Naglieri (1988) mengembangkan Draw A Man Person: A Qualitative Scoring System sistem skoring dapat mendeteksi ganguan emosional
- Karen Machover (1949) melibatkan intepretasi berdasarkan teori proyeksi.
- Dasar pengunaan teori adalah psikoanalisa banyak aspek kepribadian yang tidak tampak
- Hipotesa Machover
- Ukuran gambar berhubungan dengan level self esteem
- Penempatan berhubungan dengan mood dan social orientation.
- Setelah menggambar figur pertama, subyek diminta untuk menggambar figur lawan jenis gambar yang pertama.
- Kemudian subyek ditanya seputar figur yang digambar, mood, ketertarikan, dan apa yang membuat mereka marah
HTP
- Tahun 1949, JN Buck mempublikasikan House Tree Person (HTP)
- Pertama-tama ia merancang prosedur tes menggambar utk menilai penyesuaian kepribadian
- Jolles mengembangkan teknik dari JN. Buck dengan tiga cara prosedur : menggambar dengan pensil tdk berwarna, fase menanyai, menggambar dengan pensil tdk berwarna
- Prosedur administrasi : individu diberikan kertas putih kosong posisi horisontal, kemudian diberikan instruksi “gambarkan saya sebuah rumah”, jika sudah selesai diberikan lagi sebuah kertas dengan posisi vertikal “gambarkan saya sebuah gambar manusia”
- Variasi dari prosedur gambar.
Proses
menggambar tersebut akhirnya menjadi populer dalam bentuk seseorang
diberikan kertas dalam posisi horizontal dan seseorang diminta
menggambar dengan instruksi “gambarkan saya sebuah gambar dengan
isi gambar ada rumah, pohon dan manusia.
- Dasar interpretasinya : melihat tipe gambar, komposisi dalam menggambar, dan hubungan antara gambar. Jika perlu dapat pula diminta keterangan gambar yang dapat berguna untuk mengungkapkan perasaan seseorang dan sikap-sikapnya yang diwujudkan dalam bentuk gambar.
Kelebihan
dan kekurangan tes grafis:
Kelebihan
- tes dapat menjangkau lapisan-lapisan lebih dalam dari kepribadian, (tidak disadari subyek)
- Bersifat ekonomis
Kekurangan
- Tester harus memiliki keterampilan yang khusus dalam kaitannya dengan ketepatan melakukan diagnosa
- Tidak se-obyektif dan seakurat tes kognitif
- Tidak terstrukturnya rangsang memberi kesulitan dalam membuat penilaian
- Akibat masalah penilaian, kebanyakan tehnik proyeksi tidak memenuhi standar konvensional dari validitas dan reliabilitas
Wartegg
- Berkembang dari eksperimental psikologi gestalt oleh F. Krueger dan F. Sander.
- Asumsi tidak hanya dari subyek pengalaman tapi juga subyek yang mengalami harus dilihat sebagai suatu struktur
- Phantasie test – subyek dihadapkan pada lembar yang mengandung sejumlah garis yang tidak teratur dan harus diatur secara bebas muncul banyak perbedaan yang mencerminkan sifat-sifat struktural yang khas pada subyek
- Tes Wartegg / Drawing Completion Test (DCT) adalah bentuk pemeriksaan kepribadian dengan menggunakan gambar-gambar yang diperoleh melalui sarana tes
- Sarana tes merupakan sejumlah elemen grafis kecil yang berfungsi sebagai suatu seri tema-tema formal yang harus dikembangkan menurut cara subyek itu sendiri.
- Tujuan utama tes DCT
Mengeksplorasi
struktur kepribadian dalam istila yang disebut fungsi-fungsi dasar.
Yaitu: emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol, dan reality
function.
- Sifat Rangsang pada tes wartegg :
- Rangsang 1 – titik
- Sesuatu yang kecil, ringan, bundar, dan sentral
- Tidak mencolok dan mudah terlewat (tidak terlihat)
- Posisi tepat ditengah -> penting, menahan perhatian dan minta pengakuan
- Rangsang 2 – garis lengkung
- Memberi sugesti sesuatu yang hidup, Bergerak, Lepas, Bergetar, Tumbuh atau mengalir.
- Menolak perlakuan teknis
- Menuntut integrasi menjadi sesuatu yang organis atau dinamis
- Rangsang 3 – tiga garis sejajar bertahap dari pendek ke tinggi
- Menyatakan sifat kekakuan, kekerasan, keteraturan,keurutan, dan kemajuan
- Menghasilkan kesan rumit dari pengaturan yang dinamis, perkembangan terhadap konstruksi metodis dan konsep-konsep serupa
- Rangsang 4 – segi empat hitam
- Berat, kokoh, massive, kaku dan statis
- Membangkitkan meterialitas kongkrit
- Rangsang Inorganic dan pasif
- Menghasilkan asosiasi yang agak depresif dan kadang kala bersifat mengancam
- Rangsang 5 – dua garis yang berlawanan
- Ide konflik dan dinamis
- Posisi garis menunjukkan kepastian penunjukkan keatas
- Kekakuan garis dan hubungan garis tegak lurus juga memberi sugesti ke arah konstruksi dan penggunaan teknis
- Rangsang 6 – garis horizontal dan vertikal
- Matter of fact (tidak berbelit) sederhana, kaku, membosankan, dan tidak memberi ilham
- Tampak cocok untuk menyelesaikan pola geometrik sederhana dan obyek elementer
- Dapat dijadikan gambar yang menarik tetapi menuntut kegiatan perencanaan yang kuat
- Rangsang 7 – titik yang membentuk setengah lingkaran
- Memberi sugesti yang sangat halus, bulat lembut, dan lentur
- Pada saat yang bersamaan juga menarik dan sedikit membingungkan karena struktur yang rumit karena seperti manik-manik
- Menolak perlakuan kasar atau biasa
- Rangsang 8 – garis lengkung lebar
- Memiliki sifat organis dari sesuatu yang bulat dan lentur
- Tenang, besar, lancar, dan mudah diselesaikan.
- Menuntut penyelesaian yang organis, animate, atau inanimate.
- Mengandung arti ide menutup, naungan, perlindungan
- Dalam melakukan interpretasi ada 3 tahap yang harus dilakukan yaitu:
- Stimulus Drawing Relation, yaitu bagaimana hubungan antara rangsang dengan gambar yang dibuat. Apakah rangsang merupakan bagian dari gambar atau terlepas dari gambar? SDR merupakan dasar untuk eksplorasi struktus persepsi dan afektivitas.
- Content atau Isi, merupakan manifestasi dari asosiasi bebas. Gambar mempunyai isi apabila mewakili sebagian dunia fisik yang dapat dilihat. Manifestasi asosiasi bebas mengungkapkan pandangan ke orientas yang lebih kuat dari kecenderungan-kecenderungan, minat dan pekerjaan subyek dan ini merupakan sumber data proyektif tes.
- Execution (pelaksanaan)
Bagaimana
gambar dibuat? Penuh, kosong? Adakah ekspansi?
Tes
Warteg mencoba untuk mencari tahu pola reaksi yang permanen
dari kepribadian si penggambar. Dari penilaian kuantitatif dapat
dibuat suatu profil kepribadian dalam istilah fungsi-fungsi
yaitu emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol dan reality function
yang ada pada tiap manusia.
- Keuntungan tes DCT
- Sebagai alat diagnostik
- Sifatnya praktis
- Dapat dijadikan prediksi inteligensi (tapi tidak berdiri sendiri)
- Dapat dilakukan individual maupun klasikal
- Kelemahan tes DCT
- Memerlukan pelatihan khusus utk menginterpretasi
Penilaian
tergantung pengalaman dan subjektif tester
DAFTAR
PUSTAKA
A.
Anastasi, Psychological
Testing,
(4th
ed.), McMillan, New York, 1976.
Cohen
Swerdlik, Psychological
Testing and Assesment,
Mayfield, USA, 1990.
G.
Marian Kinget, Wartegg:
Tes Melengkapi Gambar,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003
1 komentar:
Sangat membantu belajar saya. boleh mamipir ke sini http://www.snowlife-elisa.com
Posting Komentar