KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat
Allah SWT, karena berkah dan hikmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis,
sehingga mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “GENG REMAJA, MEREKA YANG MERASA TIDAK
PERNAH DIANGGAP ADA “.
Makalah ini ditulis
dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diampu Muncar Tyas Palupi, M.Hum. pada
Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas PGRI Yogyakarta. Berkat bimbingan dari berbagai pihak, maka
akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa
dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun
dalam penyusunannya, mengingat kemampuan yang masih terbatas serta sempitnya
pengetahuan. Oleh karena itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga
makalah ini dapat diambil manfaatnya bagi kita semua. Amin.
Yogyakarta, 2
Januari 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Perkumpulan,
geng, atau bahkan persatuan anak muda. Banyak yang menyalah artikan bahwa
setiap perkumpulan remaja yang suka nongkrong dipinggir jalan itu adalah sebuah
geng. Masyarakat menjadi kian dihinggapi rasa tidak nyaman apabila bertemu
dengan segerombolan remaja yang berpakaian dan bergaya berbeda dengan yang
lain. Jalanan masih dianggap sebagai tempat kotor pencetak orang-orang yang
pantas di pinggirkan.
2. Rumusan
Masalah
·
Apa definisi dari geng
remaja itu?
·
Berapa saja usia yang
bisa menjadi anggota geng remaja?
·
Apa saja penyebab
remaja masuk menjadi anggota geng remaja?
·
Apa saja Karakteristik
geng remaja itu?
·
Strategi seperti apa
yang digunakan untuk meminimalisir masuknya remaja kedalam geng remaja?
3. Tujuan
·
Mengetahui definisi
geng remaja.
·
Mengetahui usia berapa
saja yang bisa menjadi anggota geng remaja.
·
Mengetahui penyebab
remaja masuk menjadi anggota geng remaja.
·
Mengetahui
karakteristik geng remaja.
·
Mengetahui strategi
yang digunakan untuk meminimalisir remaja masuk kedalam geng remaja.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
DEFINISI
GENG REMAJA
Pada
titik ini sebenarnya tidak ada penjelasan yang jelas mengenai apa yang di
maksud sebagai geng remaja itu. Pada geng remaja tidak ada kriteria yang jelas
siapa saja yang bisa menjadi anggota geng dan siapa yang bukan merupakan
anggota geng. Dalam penelitian ilmu sosial tidak adanya definisi yang di
sepakati bersama tentang geng remaja adalah persoalan problematis ketika
mengembangkan deskripsi tentang geng remaja tersebut. Meskipun kita menggunakan
kata yang sama dalam menyebut mereka (geng remaja) namun sangat mungkin sekali
memiliki makna yang beragam.
Menurut
pemerinatah dan media masa di Australia yang di sebut geng remaja adalah remaja
yang suka nongkrong di pinggir jalan. Geng remaja yang terbentuk dari anak-anak
muda yang nongkrong bersama dan berbagi pengalaman yang sama karena mendapatkan
demoralisasi dan penolakan masyarakat adalah yang dianggap orang sebagai yang
di cari geng remaja itu. Pandangan yang lain menyatakan bahwa geng remaja
adalah organisasi yang lebih formal geng remaja yang terbentuk dari anak-anak
muda yang nongkrong bersama dan berbagi pengalaman yang sama karena mendaptkan
demoralisasi dan penolakan masyarakat adalah yang dianggap orang sebagai yang
di cari geng remaja itu. Pandangan yang lain menyatakan bahwa geng remaja
adalah organisasi yang lebih formal dengan kepemimpinan dan peran-peran jelas
yang dimainkan oleh para anggotannya di dalam rangka aturan, harapan, dan
sangsi-sangsi. Ini tentu semakin mempertegas bahwa aktivitas-aktivitas di
jalanan merupakan kegiatan yang selalu di pandang sebelah mata dan mereka yang
ada di jalanan adalah mereka yang sering di sebut sebagai sampah masyarakat. Aktivitas
ilegal merupakan satu pentunjuk aktivitas geng yang paling penting (Ball dan
Curry,1995). Ini dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh geng sebagian besar
adalah aktivitas yang negatif atau seringkali melanggar norma.
2.
USIA
DAN GENDER PARA ANGGOTA GENG
Usia
tampaknya menjadi unsur paling sederhana dalam permasalahan geng remaja, tetapi
pada kenyataannya tidaklah demikian. Ada kecenderungan terhadap perekrutan anak
kecil dan anak yang lebih tua dalam geng remaja, tetapi yang paling banyak
bertambah adalah anggota anak yang lebih tua (Howell, 1998; Moore,1990 ; Spregel, 1995). Usia para
anggota geng remaja berkisar antara 12 tahun samapai 24 tahun, usia ini jelas
mencakup pula usia remaja akhir.
Geng-geng
remaja yang anggotanya terdiri dari berbagai usia itu sangatlah lazim terjadi
pada geng-geng remaja di setiap wilayah di berbagai belahan dunia. Ini
dikarenakan setiap jenjang usia biasanya memiliki peran tersendiri dalam
keanggotaannya. Anak-anak biasanya mereka pakai sebagai lapis pertama bila geng
tersebut sedang tawuran, anak-anak ini sering di pakai sebagai pemancing untuk
mengeluarkan lawan dari sarangnya. Kemudian peran dari remaja akhir yang masuk
sebagai anggota geng adalah sebagai tameng atau sebagai perlindungan bila geng
tersebut mengalami kekalahan. Sebenarnya siapapun sangat berpeluang untuk
menjadi anggota geng. Termasuk wanita juga sangat berpeluang dan sekarang ini
sangatlah banyak wanita yang menjadi bagian dari geng remaja, di beberapa geng
remaja di Yogyakarta sendiri ada beberapa wanita yang memilik kedudukan penting
dalam keanggotannya di geng tersebut. Namun cukup jelas kalau anggota geng di
kebanyakan wilayah adalah laki-laki.
3.
KEJAHATAN
PERSEORANGAN, GENG, DAN TERGORGANISIR
Ada
hubungan timbal balik antara individu dan geng, karena geng memberi pengaruh
kuat terhadap individu tersebut. Pada saat yang sama kebutuhan pribadi anggota
geng pada tingkatan tertentu harus diakomodasi oleh geng tersebut. Tingkat anggota
geng remaja melakukan kenakalan dan kejahatan secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan mereka yang bukan merupakan anggota geng remaja (Howell,1998).
Geng remaja menunjukan aktivitas kejahatan berbasis kelompok yang semakin
serius dan banyak, mereka yang secara formal lebih terorganisir (fagan,1989).Kemampuan
sebuah geng remaja untuk melakuakan aktivitas kriminal pada tingkatan tertentu
adalah tergantung pada struktur dan taraf organisasinya.
Penelitian
lebih lanjut di perlukan untuk memahami hubungan antara geng remaja dan dengan
kejahatan yang terorganisir, dalam aktivitas pemakaian obat-obat terlarang.
Yang jelas ada hubungannya aktivitas kejahatan terorganisir dengan pemakaian
obat-obat terlarang di kalangan remaja saat ini.
Perilaku
anak muda terkait dengan geng remaja pada dasarnya bisa di kategorikan ke dalam
emap tipe aktivitas. Keempat tipe
aktivitas itu adalah :
·
Kriminal,
fokus utama aktivitas ini di arahkan untuk menciptakan uang melalui cara-cara
ilegal, seperti pencurian, pemerasan dan penjualan obat-obat terlarang. Jenis
aktivitas ini mungkin sporadis dan episodis dan mungkin bukanlah yang utama
bagi aktivitas geng remaja secara keseluruhan. Kemungkinan yang lain ini
melibatkan hubungan teknik dan ketrampilan yang kompleks dalam wujud pembagian
kerja yang terpelihara dan terorganisir dengan baik yang di dalamnya di peroleh
keuntungan.
·
Konflik,
fitur utamanaya adalah perkelahian jalanan dan
dimana kejahatan dikaitkan dengan memperoleh status sosial dan reputasi
jalanan. Jenis aktivitas ini ditandai dengan penekanan pada kehormatan,
intregitas pribadi, dan wilayah kekuasaan (mempertahnkan batas-batas fisik atau
komunitas seseorang). Isu-isu tentang mempertahankan diri dan identitas diri,
pencitraan kejantanan serta perlindungan tampaklah sangat luas ketika
memperhatikan mengapa konflik semacam ini terjadi terus menerus.
·
Sembunyi,
aktivitas utamanya adalah menggunakan obat-obat
terlarang serta minuman keras dan biasanya menghindari interaksi dengan
masyarakat pada umumnya. Aktivitas ilegal terjadi terutama dalam penggunaan
narkoba, pencurian, pemerasan dan perbuatan kriminal mungkin bisa terjadi
secara impulsif. Adanya pemakai narkoba (pecandu) menciptakan kepanikan moral
atau mengganggu sensitivitas masyarakat.
·
Budaya
Jalanan, karakteristik utamanya adalah mengambil
bentuk-bentuk budaya yang berkaitan dengan geng dan hadir ke masyarakat dengan
atribut-atribut yang mirip geng. Tekanannya adalah budaya geng jalanan, yang
menggunakan jenis musik tertentu, cara berpakaian, lambaian tangan, ornamen
tubuh (tato,tindik), cara berbicara yang berbeda dengan kebanyakan orang, dan
sebagainya. Ini mungkin menggambarkan dinamika dan formasi yang sesungguhnya
dari kelompok itu atau hanya sekedar menjadi jenis mimikri berdasarkan
stereotipe media dan mode budaya anak
muda (white,2002)
Bentuk
utrama dari aktivitas ini adalah bahwa mereka sesungguhnya menyinggung
anak-anak muda secara umum dan bukanlah secara khusus kepada geng-geng remaja,
yaitu pada saat dan lokasi yang berbeda anak-anak muda terlibat satu atau lebih
aktivitas yang telah di jelaskan diatas, tergantung pada latar belakang sosial
dan faktor lainnya. Mereka mungkin melakukan aktivitas tersebut seorang diri
atau berkelompok dan keterlibatan dalam aktivitas-aktivitas tertentu mungkin
terjadi dalam jangka waktu yang pendek atau lama. Dengan kata lain, yang di
jelaskan ini sebagai aktivitas yang terkait dengan geng tidak perlu sama dengan
keanggotaan geng. Mungkin inilah persoalannya bahwa para anggota perseorangan
dalam sebuah geng terlibat dalam jenis aktivitas ilegal tertentu, seperti
penjualan narkoba dan pembunuhan, tapi ini bukanlah fungsi atau hasil dari geng
secara keseluruhan.
4.
MARGINALISASI,
PENGUCILAN, DAN PENERIMAAN
Marginalisasi
adalah keadaan dimana remaja merasa
berada di tepian atau di pinggiran masyarakat, di tinggalkan dan
benar-benar tidak dilibatkan. Karena diasingkan atau di pinggirkan kemungkinan
besar anak-anak remaja seperti inilah yang bergabung dengan geng di bandingkan
dengan orang-orang yang sepenuhnya bekerja dan bersekolah. Penerimaan dalam
masyarakat melibatkan beberapa kadar kepemilikan pribadi atas nilai-nilai
dominan dari budaya seseorang dan komunitas itu. Pada taraf pribadi, masuk
menjadi anggota masyarakat membuat mereka merasa memiliki, bahwa mereka adala
bagian dari apa yang sedang terjadi, dan apa yang mereka pikirkan itu penting
dan akan membuat perbedaan atau perubahan. Orang-orang yang diterima
masyarakat merasa dihargai dan memiliki
suara. Dilibatkan secara sosial berarti memiliki ikatan dengan komunitas itu
yang berhubungan dengan orang lain dalam cara yang baik. Penerimaan berarti
akses dan kesempatan. Orang yang diterima itu berarti mereka adalah orang
dalam, dan mereka yang tidak di terima adalah orang luar.
Didalam
masyarakat-masyarakat tertentu, kelompok tertentu seringkali dipinggirkan
dibanding kelompok yang lain. Anak-anak muda dan kaum minoritas adalah contoh
dari kelompok-kelompok yang di pinggirkan itu. Ada sebuah indikator yang
menunjukkan keadaan marginalisasi didalam suatu
komunitas. Indikator-indikator ini meliputi kemiskinan, pengangguran,
kejahatan yang meningkat,tingkat gagal sekolah yang meningkat dan tingkat
kekerasan dan tuna wisma yang meningkat. Orang-orang yang tinggal didalam
komunitas marginal biasanya memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan
dengan mereka yang tinggal di dalam komunitas yang secara sosial yang lebih
menyatu dan seringkali kurang memiliki ketrampilan kerja yang diperlukan untuk
beralih ke dalam keadaan yang memiliki partisipasi sosial yang lebih baik.
Anak-anak muda yang tinggal dalam masyarakt miskin dan memiliki tingkat
kegagalan sekolah yang sangat tinggi dan yang hidupnya tidak teratur karna
penyalah gunaan obat-obat terlarang kemungkinan adalah termasuk orang yang di
kucilkan dan di anggap sebagai orang luar. Gabungan dari keadaan sosial dan
psikologis ini membuat seorang anak muda menjadi lebih beresiko menjadi anggota
suatu geng, dan para pemimpin yang merekrut anggotanya dalam linkungan yang
tertekan seperti ini. Istilah “KELAS BAWAH” juga digunakan untuk mendefinisikan
orang-orang marginal ini.
Sejumlah
teoritis tentang geng mengidentifikasikan hadirnya kelas bawah yang
anggota-anggotanya dikucilakn masyarakat ini sebagai ladang subur untuk
perkembangan dan kelagsungan hidup geng remaja (Bursik dan Grasmik, 1993; Huff,
1992; Moore, 1991). Faktor psikologis pribadi dan keluarga bisa berfungsi
sebagai faktor pencegah atau sebagai faktor penentu tambahan bagi mereka yang berada
pada komunitas-komunitas marginal. Peran model orang dewasa dalam keluarga,
pekerjaan dan rutinitas didalam keluarga itu dan tidak adanya kekerasan dan
kecanduan adalah faktor-faktor yang bersifat protektif. Ketidakteraturan
keluarga, perilaku kasar dan perilaku buruk orangtua meningkatkan resiko anak
muda yang sudah terpinggirkan tersebut untuk masuk menjadi anggota geng
(Esbensen, Huzinga dan Weiher, 1993).
5.
KARAKTERISTIK
GENG
Karakteristik
geng disini bukanlah menjadi patokan bahwa mereka yang memiliki ciri seperti
ini bisa disebut sebagai geng remaja, namun karakteristik ini hanya sekedar
observasi yang dilakukan pada beberapa geng yang ada di lingkungan kita. Karakteristik
dari geng remaja tersebut adalah :
·
Dipenuhi oleh laki-laki
yang pada akhirnya memperkuat ciri “maskulin” dengan seting kelompok itu,
seperti keberanian berkelahi, penahklukan lawan jenis, penggunaan zat
psikotropika, dan tindakan kriminal kecil-kecilan (balapan liar, minum-minuman
keras dan sebagainya)
·
Sangat tampak dimata
umum, karena kurangnya uang dan oleh karena itu menggantungkan pada ruang
publik yang bebas untuk tujuan rekreasional.
·
Pada prinsipnya
organisasi adalah untuk alasan sosial dan bukan untuk tujuan kriminal. Dengan demikian tingkat aktivitas
kriminal rendah seperti yang ditunjunkan dalam ketidak adanya aturan geng yang
formal dan dasar pemikiran sosial untuk berkumpul bersama.
·
Perbedaan antara
persepsi masyarakat tentang “masalah geng” dan dasar masalah itu yang
sesungguhnya, seperti yang digambarkan oleh fakta bahwa kebanyakan aktivitas
kriminal dipandang sebagai fokus batin, melibatkan perkekahian satu lawan satu
dan penyalahgunaan zat kimai.
Oleh
karena itu, banyak dari kriminalitas yang diperlihatkan oleh geng-geng remaja
kurang ditanggapi dan dikaitkan dengan perilaku merusak diri sendiri seperti
penggunaan narkoba, minum-minuman keras, dan sebagainya. Anggapan masyarakat
adalah bahwa geng-geng remaja berusaha mengganggu intregitas seseorang dan hak
milik pribadi dari masyarakat secara keseluruhan, penyelidikan lebih dekat
mengungkapkan dasar yang picik dari kebanyakan aktivitas mereka ini (Aumair dan
Warren, 1994).
6.
GENG
REMAJA DI YOGYAKARTA
Setelah
memahami berbagai keterangan, karakteristik dan aktivitas yang sering di
lakukan oleh geng remaja maka pada pembahasan ini akan di bicarakan tentang
geng remaja di Daerah Istimewa Yogyakarta. Banyak sekali geng remaja yang
bermunculan di Yogyakarta, sebut saja HUMORIEZT (HRZ), QZRUH (QZR), COELOEN,
ZHINCHAN, CHEXZHUT, MORENZA, OEZTAD, GRIXER, VOZTER, NOPENZA, NB@, R.P.M,
R.O.K, SMASE, RANGER, sampai JOXIN (JXZ) yang disebut-sebut sebagai geng remaja
paling besar yang pernah ada di Yogyakarta.
Diantara
banyak geng remaja yang disebutkan diatas ada salah satu geng yang telah
mendarah daging bagi saya, karena paman saya adalah salah satu pendiri dari
geng tersebut. Menurut buku kegiatan paman saya, mereka sebenarnya tidak
mendirikan sebuah geng. Mereka hanya berniat membentuk wadah untuk siswa-siswa
STM pada waktu itu yang mempunyai hobbi
balap motor. Mereka bermaksud untuk menciptakan perkumpulan agar siswa yang
suka balap motor tersebut tidak melakukan balapan liar di jalan lagi. Namun
dalam perkembangannya ternyata perkumpulan tersebut berubah menjadi sebuah geng
remaja.
Sebenarnya
sayapun pernah tiga tahun berkecimpung di dalam geng tersebut. Namun karena
ketidak sesuaian dengan cara pikir saya, saya akhirnya memutuskan untuk keluar
dari perkumpulan tersebut. Beberapa kali saya ditawari untuk kembali bergabung
dengan mereka, tapi saya tetap dengan pendirian saya. Sekarang saya malah
menganggap mereka yang mengikuti geng remaja itu adalah orang-orang pengecut.
Karna kebanyakan dari mereka hanya berani ketika berkelompok saja. Ketika
menghadapi masalah sendirian banyak sekali yang tidak berani.
7.
AKTIVITAS
GENG REMAJA DI YOGYAKARTA
Seperti
geng remaja di kebanyakan daerah, aktivitas geng remaja di Yogyakarta adalah
nongkrong, tawuran, melakukan aktivitas ilegal dan lain sebagainya. Geng remaja
di Yogyakarta ketika tawuran banyak memakai alat-alat yang tidak terduga.
Mereka biasanya memakai obeng, obeng mereka pakai untuk menyerang bagian perut
kemudian merobeknya atau untuk menusuk bagian manapun dari lawannya. Geng di
Yogyakarta juga banyak sekali memakai peralatan bengkel seperti “kunci
Inggris”. Ini mereka gunakan untuk memukul lawan, karena dengan memakai
peralatan seperti obeng dan kunci Inggris tersebut mereka tidak akan di tangkap
polisi bila sewaktu-waktu ada razia.
Geng
remaja di Yogyakarta sekarang ini sudah menyebar di hampir semua sekolah yang
ada, mulai dari sekolah di perkotaan sampai sekolah di pinggiran kota. Tak
jarang dalam satu sekolah tersebut ada anggota dari berbagai geng remaja yang
berbeda. Namun di sekolah-sekolah ternama biasanya mereka mendirikan geng hanya
khusus untuk sekolah mereka saja. Jadi siapaun yang menjadi siswa di sekolah
tersebut otomatis menjadi anggota dari geng tersebut. Meskipun tidak semuanya
menjadi anggota aktif namun kebesaran nama sekolah dan jumlah siswa yang ada di
dalamnya sudah menunjukkan bagaimana kekuatan dari geng tersebut.
Pada
malam tahun baru 2012 kemarin ada sebuah kejadian yang melibatkan dua geng
remaja di Yogyakarta, kejadian ini berlansung di sekitaran Jl. Ahmad Dahlan wilayah
Ngampilan. Kejadian ini menyebabkan dua orang dari salah satu geng mengalami
luka-luka dan mendapatkan jahitan. Bukan hanya sekedar tawuran, namun
pertikaian dua geng remaja dari dua sekolah ini juga diwarnai dengan
penyekapan. Menurut Kompol Edi Sugiarto,
Kapolsek Ngampilan menyebutkan bahwa mereka yang melakukan penyekapan dan
pengeroyokan ini akan di kenai pasal berlapis dengan ancaman hukuman 7 tahun
penjara. Pasal berlapis yang akan di sangkakan kepada semua tersangka ini
adalah pasal 170 tentang pengeroyokan, pasal 351 tentang penganiayaan dan pasal
333 KUHP tentang penyekapan. Tentu kita bertanya-tanya apakah penjara yang
mereka inginkan dari menjadi anggota geng, hanya mereka yang mampu menjawab
pertanyaan ini.
Tetapi
tidak semua perkumpulan atau geng remaja di Yogyakarta hanya melakukan
aktivitas-aktivitas negatif seperti diatas. Banyak perkumpulan remaja di sebuah
sekolah yang bermunculan hanya lahir untuk memberi dukungan bagi sekolah mereka
pada saat pertandingan. Beberapa dari perkumpulan ini adalah VOZTER, NOPENZA
dan NB@. Mereka hanya terbentuk untuk mendukung sekolah mereka. NB@ adalah
perkumplan yang saya dirikan di SMP dulu. Perkumpulan ini masih hidup dan makin
berkembang saat ini. NB@ ini berasal dari kalimat “Naughty But @gile” yang
mengandung makna, meskipun kami liar,nakal tapi kami tetaplah siswa yang cerdas
yang selalu menggunakan otak ketika bertindak. Sekarang kegiatan utama
perkumpulan ini adalah mengumpulkan dana pada hari jum’at untuk aksi-aksi
sosial, perkumpulan ini juga menjadi suporter paling setia bagi tim SMP 1
KRTEK. Karena saya dan beberapa teman saya sebagai pendiri maka kami selalu
dilibatkian dalam setiap pengambilan keputusan, termasuk ketika menghakimi
anggota yang ikut tawuran dan mengatasnamakan NB@. Kami sebagai pendiri tidak
pernah mengizinkan NB@ dijadikan atribut saat tawuran. Karena ketegasan dan
kesadaran dari pendiri dan anggota dari perkumpulan inilah yang membuat NB@
masih ada dan dapat restu dari pihak sekolah.
8.
STRATEGI
PENGEMBANGAN SOSIAL UNTUK MEMINIMALISIR KEGITAN NEGATIVE DARI GENG REMAJA
Sebenarnya
banyak strategi yang dapat diterapkan untuk meminimalisir kegiatan negative
yang di lakukan oleh berbagai geng remaja saat ini. Namun menurut White (1999)
ada lima strategi yang dapat diterapkan untuk menekan kegiatan menyimpang geng
remaja tersebut. Strategi itu adalah :
·
Strategi Pendidikan Umum.
Pemerintah harus memberikan fasilitas dan layanan pendidikan yang berkualitas
bagi anak-anak muda, terutama yang berdasarkan kurikulum dan suasana multikultural,
dimana para siswa diberikan dukungan pribadi dan kelompok yang sama, dimana
srtategi dan praktik antiras diterapkan di seluruh masyarakat sekolah.
·
Strategi
Pengajaran Khusus. Semua anak muda harus diberi
pendidikan khusus berdasarkan isu-isu lintas budaya sehingga asal-usul budaya
dan pola hidup yang menyinggung kelompok tertentu akan lebih bisa dipahami oleh
semua yang terlibat.
·
Strategi
Penjagaan. Dengan mengadopsi penjagaan ketertiban
komunitas yang tepat dan pembuatan protokol untuk melakukan interaksi yang
positif dan interaksi antara anak-anak muda, etnik minoritas dan polisi atau
satuan pengamanan sangat penting untuk mengembalikan kedamaian sosial dan
memperkecil hubungan negatif dengan jalanan.
·
Strategi
Pemerintahan Yang Luas. Tindakan strategis
diperlukan di daerah-daerah yang remajanya tidak bekerja dan ketika dan ketika
menciptakan peluang kerja untuk kelompok-kelompok dan komunitas yang kurang
beruntung, terutama karena ada bukti yang semakin banyak bahwa
linkungan-lingkungan tertentu tampaknya menjadi semakin miskin jika intervensi
yang terus-menerus pada masalah ini tidak dijalankan
·
Strategi
Media. Media perlu didorong secara lebih kuat
lagi untuk memeriksa program dan muatan acaranya, dengan maksud untuk
memberikan informasi yang lebih banyak dan cerita yang lebih baik tentang
kelompok minoritas tertentu sehingga penggunaan gambaran-gambaran dan deskripsi yang tidak beralasan berdasrkan
stereotipe bisa dikontrol dan dikurangi.
Namun
strategi yang sangatlah mendasar adalah penanaman budipekerti serta pendidikan
agama dalam lingkungan keluarga sebagai kelompok sosial yang paling kecil.
Pendidikan agama dalam keluarga sangatlah berpengaruh dalam perkembangan dan
pergaulan anak. Penanaman nilai agama yang kuat dapat membentengi anak untuk
ikut dalam geng remaja yang banyak kegiatannya menjurus kearah negatif atau
bertentangan dengan norma.
BAB III
SIMPULAN
Permasalahan
geng remaja adalah permasalahan yang kompleks. Bahkan untuk mendefinisikan
tentang apa itu geng remaja saja masih belum ditemukan titik temu. Usia yang
dapat menjadi anggota geng remaja sangatlah beragam,karena tidak pernah ada
aturan yang jelas tentang siapa saja yang berhak menjadi anggota geng remaja.
Geng remaja seringkali melakukan kegiatan kejahatan atau kegiatan yang
melanggar norma, misalnya tawuran, pemalakan, minum-minuman keras dan
penggunaan obat-obatan terlarang. Namun tidak semua yang masyarakat sebut
dengan geng remaja itu hanya melakukan kegiatan negatif. Banyak perkumpulan
remaja yang sering dilihat sebagai geng sesungguhnya banyak melakukan kegiatan
positif.
Orang-orang
yang memutuskan untuk bergabung atau mendirikan geng remaja ini biasanya
orang-orang yang merasa terpinggirkan, terkucilkan atau biasa disebut kaum
marginal. Orang-orang marginal ini biasanya banyak ditemukan dilingkungan yang
miskin,kumuh, dipinggiran kota biasanya. Sesungguhnya orang-orang yang masuk
kedalam geng remaja seperti ini adah orang-orang yang merasa sakit hati dengan
lingkungannya karena kurang diperhatikan. Mereka masuk geng hanya untuk mencari
perhatian lebih dari lingkungannya.
Banyak
cara untuk mencegah terjerumusnya remaja kedalam geng remaja yang bertingkah
dan melakukan hal-hal negatif atau kegiatan yang melanggar norma. Salah satunya
adalah pendekatan moral kepada orang-orang pinggiran. Cara yang paling efektif
sebenarnya adalah cara pencegahan dari lingkungan keluarga. Karena keluarga
adalah sebagai kelompok terkecil dan sebagai awal dimana seorang anak
mendapatkan pendidikan. Orangtua harus memperhatikan tingkah laku anak agar anak tidak merasa dikucilkan, merasa
tidak mendapat perhatian dan lari kedalam perkumpulan yang disebut geng remaja.
Penanaman agama yang kuat kepada anak menjadi faktor terpenting untuk
membentengi anak.
DAFTAR
PUSTAKA
Komala, Lentin Fira. 2008. Pendukung Setia SMP Tercinta. Volume 1. Dalam
Tangkas. Yogyakarta : OSIS SMP N 1 Kretek.
Setiyawan, Ridwan. 2009. Smase Revolution. Volume 3. Dalam
Tangkas. Yogyakarta : OSIS SMA N 1 Sewon.
White, Rob. Sigit Purnomo (Ed). 2004. Geng Remaja : Fenomena dan Tragedi Geng
Remaja. Yogyakarta : Gala Ilmu Semesta.
Wijayanti, Rina. 2012. Geng Remaja Di Jogja Kian Brutal. Volume
1209. Dalam Harian Jogja Express. Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar