Kamis, 11 Juli 2013

GENG REMAJA, MEREKA YANG MERASA TIDAK PERNAH DIANGGAP ADA


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkah dan hikmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “GENG REMAJA, MEREKA YANG MERASA TIDAK PERNAH DIANGGAP ADA “.
Makalah ini ditulis dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah  Bahasa Indonesia  yang diampu Muncar Tyas Palupi, M.Hum. pada Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Yogyakarta. Berkat bimbingan dari berbagai pihak, maka akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun dalam penyusunannya, mengingat kemampuan yang masih terbatas serta sempitnya pengetahuan. Oleh karena itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat diambil manfaatnya bagi kita semua. Amin.
                                                                         Yogyakarta, 2 Januari 2012
                                                                                                                       
                                                          Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
            Perkumpulan, geng, atau bahkan persatuan anak muda. Banyak yang menyalah artikan bahwa setiap perkumpulan remaja yang suka nongkrong dipinggir jalan itu adalah sebuah geng. Masyarakat menjadi kian dihinggapi rasa tidak nyaman apabila bertemu dengan segerombolan remaja yang berpakaian dan bergaya berbeda dengan yang lain. Jalanan masih dianggap sebagai tempat kotor pencetak orang-orang yang pantas di pinggirkan.

2.      Rumusan Masalah
·         Apa definisi dari geng remaja itu?
·         Berapa saja usia yang bisa menjadi anggota geng remaja?
·         Apa saja penyebab remaja masuk menjadi anggota geng remaja?
·         Apa saja Karakteristik geng remaja itu?
·         Strategi seperti apa yang digunakan untuk meminimalisir masuknya remaja kedalam geng remaja?

3.      Tujuan
·         Mengetahui definisi geng remaja.
·         Mengetahui usia berapa saja yang bisa menjadi anggota geng remaja.
·         Mengetahui penyebab remaja masuk menjadi anggota geng remaja.
·         Mengetahui karakteristik geng remaja.
·         Mengetahui strategi yang digunakan untuk meminimalisir remaja masuk kedalam geng remaja.

BAB II
PEMBAHASAN
1.      DEFINISI GENG REMAJA
            Pada titik ini sebenarnya tidak ada penjelasan yang jelas mengenai apa yang di maksud sebagai geng remaja itu. Pada geng remaja tidak ada kriteria yang jelas siapa saja yang bisa menjadi anggota geng dan siapa yang bukan merupakan anggota geng. Dalam penelitian ilmu sosial tidak adanya definisi yang di sepakati bersama tentang geng remaja adalah persoalan problematis ketika mengembangkan deskripsi tentang geng remaja tersebut. Meskipun kita menggunakan kata yang sama dalam menyebut mereka (geng remaja) namun sangat mungkin sekali memiliki makna yang beragam.
            Menurut pemerinatah dan media masa di Australia yang di sebut geng remaja adalah remaja yang suka nongkrong di pinggir jalan. Geng remaja yang terbentuk dari anak-anak muda yang nongkrong bersama dan berbagi pengalaman yang sama karena mendapatkan demoralisasi dan penolakan masyarakat adalah yang dianggap orang sebagai yang di cari geng remaja itu. Pandangan yang lain menyatakan bahwa geng remaja adalah organisasi yang lebih formal geng remaja yang terbentuk dari anak-anak muda yang nongkrong bersama dan berbagi pengalaman yang sama karena mendaptkan demoralisasi dan penolakan masyarakat adalah yang dianggap orang sebagai yang di cari geng remaja itu. Pandangan yang lain menyatakan bahwa geng remaja adalah organisasi yang lebih formal dengan kepemimpinan dan peran-peran jelas yang dimainkan oleh para anggotannya di dalam rangka aturan, harapan, dan sangsi-sangsi. Ini tentu semakin mempertegas bahwa aktivitas-aktivitas di jalanan merupakan kegiatan yang selalu di pandang sebelah mata dan mereka yang ada di jalanan adalah mereka yang sering di sebut sebagai sampah masyarakat. Aktivitas ilegal merupakan satu pentunjuk aktivitas geng yang paling penting (Ball dan Curry,1995). Ini dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh geng sebagian besar adalah aktivitas yang negatif atau seringkali melanggar norma.

2.      USIA DAN GENDER PARA ANGGOTA GENG
            Usia tampaknya menjadi unsur paling sederhana dalam permasalahan geng remaja, tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian. Ada kecenderungan terhadap perekrutan anak kecil dan anak yang lebih tua dalam geng remaja, tetapi yang paling banyak bertambah adalah anggota anak yang lebih tua (Howell, 1998;  Moore,1990 ; Spregel, 1995). Usia para anggota geng remaja berkisar antara 12 tahun samapai 24 tahun, usia ini jelas mencakup pula usia remaja akhir.
            Geng-geng remaja yang anggotanya terdiri dari berbagai usia itu sangatlah lazim terjadi pada geng-geng remaja di setiap wilayah di berbagai belahan dunia. Ini dikarenakan setiap jenjang usia biasanya memiliki peran tersendiri dalam keanggotaannya. Anak-anak biasanya mereka pakai sebagai lapis pertama bila geng tersebut sedang tawuran, anak-anak ini sering di pakai sebagai pemancing untuk mengeluarkan lawan dari sarangnya. Kemudian peran dari remaja akhir yang masuk sebagai anggota geng adalah sebagai tameng atau sebagai perlindungan bila geng tersebut mengalami kekalahan. Sebenarnya siapapun sangat berpeluang untuk menjadi anggota geng. Termasuk wanita juga sangat berpeluang dan sekarang ini sangatlah banyak wanita yang menjadi bagian dari geng remaja, di beberapa geng remaja di Yogyakarta sendiri ada beberapa wanita yang memilik kedudukan penting dalam keanggotannya di geng tersebut. Namun cukup jelas kalau anggota geng di kebanyakan wilayah adalah laki-laki.
           
3.      KEJAHATAN PERSEORANGAN, GENG, DAN TERGORGANISIR
            Ada hubungan timbal balik antara individu dan geng, karena geng memberi pengaruh kuat terhadap individu tersebut. Pada saat yang sama kebutuhan pribadi anggota geng pada tingkatan tertentu harus diakomodasi oleh geng tersebut. Tingkat anggota geng remaja melakukan kenakalan dan kejahatan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan mereka yang bukan merupakan anggota geng remaja (Howell,1998). Geng remaja menunjukan aktivitas kejahatan berbasis kelompok yang semakin serius dan banyak, mereka yang secara formal lebih terorganisir (fagan,1989).Kemampuan sebuah geng remaja untuk melakuakan aktivitas kriminal pada tingkatan tertentu adalah tergantung pada struktur dan taraf organisasinya.
            Penelitian lebih lanjut di perlukan untuk memahami hubungan antara geng remaja dan dengan kejahatan yang terorganisir, dalam aktivitas pemakaian obat-obat terlarang. Yang jelas ada hubungannya aktivitas kejahatan terorganisir dengan pemakaian obat-obat terlarang di kalangan remaja saat ini.
            Perilaku anak muda terkait dengan geng remaja pada dasarnya bisa di kategorikan ke dalam emap  tipe aktivitas. Keempat tipe aktivitas itu adalah :
·         Kriminal, fokus utama aktivitas ini di arahkan untuk menciptakan uang melalui cara-cara ilegal, seperti pencurian, pemerasan dan penjualan obat-obat terlarang. Jenis aktivitas ini mungkin sporadis dan episodis dan mungkin bukanlah yang utama bagi aktivitas geng remaja secara keseluruhan. Kemungkinan yang lain ini melibatkan hubungan teknik dan ketrampilan yang kompleks dalam wujud pembagian kerja yang terpelihara dan terorganisir dengan baik yang di dalamnya di peroleh keuntungan.
·         Konflik, fitur utamanaya adalah perkelahian jalanan dan dimana kejahatan dikaitkan dengan memperoleh status sosial dan reputasi jalanan. Jenis aktivitas ini ditandai dengan penekanan pada kehormatan, intregitas pribadi, dan wilayah kekuasaan (mempertahnkan batas-batas fisik atau komunitas seseorang). Isu-isu tentang mempertahankan diri dan identitas diri, pencitraan kejantanan serta perlindungan tampaklah sangat luas ketika memperhatikan mengapa konflik semacam ini terjadi terus menerus.
·         Sembunyi, aktivitas utamanya adalah menggunakan obat-obat terlarang serta minuman keras dan biasanya menghindari interaksi dengan masyarakat pada umumnya. Aktivitas ilegal terjadi terutama dalam penggunaan narkoba, pencurian, pemerasan dan perbuatan kriminal mungkin bisa terjadi secara impulsif. Adanya pemakai narkoba (pecandu) menciptakan kepanikan moral atau mengganggu sensitivitas masyarakat.
·         Budaya Jalanan, karakteristik utamanya adalah mengambil bentuk-bentuk budaya yang berkaitan dengan geng dan hadir ke masyarakat dengan atribut-atribut yang mirip geng. Tekanannya adalah budaya geng jalanan, yang menggunakan jenis musik tertentu, cara berpakaian, lambaian tangan, ornamen tubuh (tato,tindik), cara berbicara yang berbeda dengan kebanyakan orang, dan sebagainya. Ini mungkin menggambarkan dinamika dan formasi yang sesungguhnya dari kelompok itu atau hanya sekedar menjadi jenis mimikri berdasarkan stereotipe media dan mode budaya anak  muda (white,2002)
            Bentuk utrama dari aktivitas ini adalah bahwa mereka sesungguhnya menyinggung anak-anak muda secara umum dan bukanlah secara khusus kepada geng-geng remaja, yaitu pada saat dan lokasi yang berbeda anak-anak muda terlibat satu atau lebih aktivitas yang telah di jelaskan diatas, tergantung pada latar belakang sosial dan faktor lainnya. Mereka mungkin melakukan aktivitas tersebut seorang diri atau berkelompok dan keterlibatan dalam aktivitas-aktivitas tertentu mungkin terjadi dalam jangka waktu yang pendek atau lama. Dengan kata lain, yang di jelaskan ini sebagai aktivitas yang terkait dengan geng tidak perlu sama dengan keanggotaan geng. Mungkin inilah persoalannya bahwa para anggota perseorangan dalam sebuah geng terlibat dalam jenis aktivitas ilegal tertentu, seperti penjualan narkoba dan pembunuhan, tapi ini bukanlah fungsi atau hasil dari geng secara keseluruhan.

4.      MARGINALISASI, PENGUCILAN, DAN PENERIMAAN
            Marginalisasi adalah keadaan dimana remaja merasa  berada di tepian atau di pinggiran masyarakat, di tinggalkan dan benar-benar tidak dilibatkan. Karena diasingkan atau di pinggirkan kemungkinan besar anak-anak remaja seperti inilah yang bergabung dengan geng di bandingkan dengan orang-orang yang sepenuhnya bekerja dan bersekolah. Penerimaan dalam masyarakat melibatkan beberapa kadar kepemilikan pribadi atas nilai-nilai dominan dari budaya seseorang dan komunitas itu. Pada taraf pribadi, masuk menjadi anggota masyarakat membuat mereka merasa memiliki, bahwa mereka adala bagian dari apa yang sedang terjadi, dan apa yang mereka pikirkan itu penting dan akan membuat perbedaan atau perubahan. Orang-orang yang diterima masyarakat  merasa dihargai dan memiliki suara. Dilibatkan secara sosial berarti memiliki ikatan dengan komunitas itu yang berhubungan dengan orang lain dalam cara yang baik. Penerimaan berarti akses dan kesempatan. Orang yang diterima itu berarti mereka adalah orang dalam, dan mereka yang tidak di terima adalah orang luar.
            Didalam masyarakat-masyarakat tertentu, kelompok tertentu seringkali dipinggirkan dibanding kelompok yang lain. Anak-anak muda dan kaum minoritas adalah contoh dari kelompok-kelompok yang di pinggirkan itu. Ada sebuah indikator yang menunjukkan keadaan marginalisasi didalam suatu  komunitas. Indikator-indikator ini meliputi kemiskinan, pengangguran, kejahatan yang meningkat,tingkat gagal sekolah yang meningkat dan tingkat kekerasan dan tuna wisma yang meningkat. Orang-orang yang tinggal didalam komunitas marginal biasanya memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tinggal di dalam komunitas yang secara sosial yang lebih menyatu dan seringkali kurang memiliki ketrampilan kerja yang diperlukan untuk beralih ke dalam keadaan yang memiliki partisipasi sosial yang lebih baik. Anak-anak muda yang tinggal dalam masyarakt miskin dan memiliki tingkat kegagalan sekolah yang sangat tinggi dan yang hidupnya tidak teratur karna penyalah gunaan obat-obat terlarang kemungkinan adalah termasuk orang yang di kucilkan dan di anggap sebagai orang luar. Gabungan dari keadaan sosial dan psikologis ini membuat seorang anak muda menjadi lebih beresiko menjadi anggota suatu geng, dan para pemimpin yang merekrut anggotanya dalam linkungan yang tertekan seperti ini. Istilah “KELAS BAWAH” juga digunakan untuk mendefinisikan orang-orang marginal ini.
            Sejumlah teoritis tentang geng mengidentifikasikan hadirnya kelas bawah yang anggota-anggotanya dikucilakn masyarakat ini sebagai ladang subur untuk perkembangan dan kelagsungan hidup geng remaja (Bursik dan Grasmik, 1993; Huff, 1992; Moore, 1991). Faktor psikologis pribadi dan keluarga bisa berfungsi sebagai faktor pencegah atau sebagai faktor penentu tambahan bagi mereka yang berada pada komunitas-komunitas marginal. Peran model orang dewasa dalam keluarga, pekerjaan dan rutinitas didalam keluarga itu dan tidak adanya kekerasan dan kecanduan adalah faktor-faktor yang bersifat protektif. Ketidakteraturan keluarga, perilaku kasar dan perilaku buruk orangtua meningkatkan resiko anak muda yang sudah terpinggirkan tersebut untuk masuk menjadi anggota geng (Esbensen, Huzinga dan Weiher, 1993).

5.      KARAKTERISTIK GENG
            Karakteristik geng disini bukanlah menjadi patokan bahwa mereka yang memiliki ciri seperti ini bisa disebut sebagai geng remaja, namun karakteristik ini hanya sekedar observasi yang dilakukan pada beberapa geng yang ada di lingkungan kita. Karakteristik dari geng remaja tersebut adalah :
·         Dipenuhi oleh laki-laki yang pada akhirnya memperkuat ciri “maskulin” dengan seting kelompok itu, seperti keberanian berkelahi, penahklukan lawan jenis, penggunaan zat psikotropika, dan tindakan kriminal kecil-kecilan (balapan liar, minum-minuman keras dan sebagainya)
·         Sangat tampak dimata umum, karena kurangnya uang dan oleh karena itu menggantungkan pada ruang publik yang bebas untuk tujuan rekreasional.
·         Pada prinsipnya organisasi adalah untuk alasan sosial dan bukan untuk tujuan  kriminal. Dengan demikian tingkat aktivitas kriminal rendah seperti yang ditunjunkan dalam ketidak adanya aturan geng yang formal dan dasar pemikiran sosial untuk berkumpul bersama.
·         Perbedaan antara persepsi masyarakat tentang “masalah geng” dan dasar masalah itu yang sesungguhnya, seperti yang digambarkan oleh fakta bahwa kebanyakan aktivitas kriminal dipandang sebagai fokus batin, melibatkan perkekahian satu lawan satu dan penyalahgunaan zat kimai.
            Oleh karena itu, banyak dari kriminalitas yang diperlihatkan oleh geng-geng remaja kurang ditanggapi dan dikaitkan dengan perilaku merusak diri sendiri seperti penggunaan narkoba, minum-minuman keras, dan sebagainya. Anggapan masyarakat adalah bahwa geng-geng remaja berusaha mengganggu intregitas seseorang dan hak milik pribadi dari masyarakat secara keseluruhan, penyelidikan lebih dekat mengungkapkan dasar yang picik dari kebanyakan aktivitas mereka ini (Aumair dan Warren, 1994).

6.      GENG REMAJA DI YOGYAKARTA
            Setelah memahami berbagai keterangan, karakteristik dan aktivitas yang sering di lakukan oleh geng remaja maka pada pembahasan ini akan di bicarakan tentang geng remaja di Daerah Istimewa Yogyakarta. Banyak sekali geng remaja yang bermunculan di Yogyakarta, sebut saja HUMORIEZT (HRZ), QZRUH (QZR), COELOEN, ZHINCHAN, CHEXZHUT, MORENZA, OEZTAD, GRIXER, VOZTER, NOPENZA, NB@, R.P.M, R.O.K, SMASE, RANGER, sampai JOXIN (JXZ) yang disebut-sebut sebagai geng remaja paling besar yang pernah ada di Yogyakarta.
            Diantara banyak geng remaja yang disebutkan diatas ada salah satu geng yang telah mendarah daging bagi saya, karena paman saya adalah salah satu pendiri dari geng tersebut. Menurut buku kegiatan paman saya, mereka sebenarnya tidak mendirikan sebuah geng. Mereka hanya berniat membentuk wadah untuk siswa-siswa STM pada waktu  itu yang mempunyai hobbi balap motor. Mereka bermaksud untuk menciptakan perkumpulan agar siswa yang suka balap motor tersebut tidak melakukan balapan liar di jalan lagi. Namun dalam perkembangannya ternyata perkumpulan tersebut berubah menjadi sebuah geng remaja.
            Sebenarnya sayapun pernah tiga tahun berkecimpung di dalam geng tersebut. Namun karena ketidak sesuaian dengan cara pikir saya, saya akhirnya memutuskan untuk keluar dari perkumpulan tersebut. Beberapa kali saya ditawari untuk kembali bergabung dengan mereka, tapi saya tetap dengan pendirian saya. Sekarang saya malah menganggap mereka yang mengikuti geng remaja itu adalah orang-orang pengecut. Karna kebanyakan dari mereka hanya berani ketika berkelompok saja. Ketika menghadapi masalah sendirian banyak sekali yang tidak berani.

7.      AKTIVITAS GENG REMAJA DI YOGYAKARTA
            Seperti geng remaja di kebanyakan daerah, aktivitas geng remaja di Yogyakarta adalah nongkrong, tawuran, melakukan aktivitas ilegal dan lain sebagainya. Geng remaja di Yogyakarta ketika tawuran banyak memakai alat-alat yang tidak terduga. Mereka biasanya memakai obeng, obeng mereka pakai untuk menyerang bagian perut kemudian merobeknya atau untuk menusuk bagian manapun dari lawannya. Geng di Yogyakarta juga banyak sekali memakai peralatan bengkel seperti “kunci Inggris”. Ini mereka gunakan untuk memukul lawan, karena dengan memakai peralatan seperti obeng dan kunci Inggris tersebut mereka tidak akan di tangkap polisi bila sewaktu-waktu ada razia.
            Geng remaja di Yogyakarta sekarang ini sudah menyebar di hampir semua sekolah yang ada, mulai dari sekolah di perkotaan sampai sekolah di pinggiran kota. Tak jarang dalam satu sekolah tersebut ada anggota dari berbagai geng remaja yang berbeda. Namun di sekolah-sekolah ternama biasanya mereka mendirikan geng hanya khusus untuk sekolah mereka saja. Jadi siapaun yang menjadi siswa di sekolah tersebut otomatis menjadi anggota dari geng tersebut. Meskipun tidak semuanya menjadi anggota aktif namun kebesaran nama sekolah dan jumlah siswa yang ada di dalamnya sudah menunjukkan bagaimana kekuatan dari geng tersebut.
            Pada malam tahun baru 2012 kemarin ada sebuah kejadian yang melibatkan dua geng remaja di Yogyakarta, kejadian ini berlansung di sekitaran Jl. Ahmad Dahlan wilayah Ngampilan. Kejadian ini menyebabkan dua orang dari salah satu geng mengalami luka-luka dan mendapatkan jahitan. Bukan hanya sekedar tawuran, namun pertikaian dua geng remaja dari dua sekolah ini juga diwarnai dengan penyekapan. Menurut  Kompol Edi Sugiarto, Kapolsek Ngampilan menyebutkan bahwa mereka yang melakukan penyekapan dan pengeroyokan ini akan di kenai pasal berlapis dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara. Pasal berlapis yang akan di sangkakan kepada semua tersangka ini adalah pasal 170 tentang pengeroyokan, pasal 351 tentang penganiayaan dan pasal 333 KUHP tentang penyekapan. Tentu kita bertanya-tanya apakah penjara yang mereka inginkan dari menjadi anggota geng, hanya mereka yang mampu menjawab pertanyaan ini.
            Tetapi tidak semua perkumpulan atau geng remaja di Yogyakarta hanya melakukan aktivitas-aktivitas negatif seperti diatas. Banyak perkumpulan remaja di sebuah sekolah yang bermunculan hanya lahir untuk memberi dukungan bagi sekolah mereka pada saat pertandingan. Beberapa dari perkumpulan ini adalah VOZTER, NOPENZA dan NB@. Mereka hanya terbentuk untuk mendukung sekolah mereka. NB@ adalah perkumplan yang saya dirikan di SMP dulu. Perkumpulan ini masih hidup dan makin berkembang saat ini. NB@ ini berasal dari kalimat “Naughty But @gile” yang mengandung makna, meskipun kami liar,nakal tapi kami tetaplah siswa yang cerdas yang selalu menggunakan otak ketika bertindak. Sekarang kegiatan utama perkumpulan ini adalah mengumpulkan dana pada hari jum’at untuk aksi-aksi sosial, perkumpulan ini juga menjadi suporter paling setia bagi tim SMP 1 KRTEK. Karena saya dan beberapa teman saya sebagai pendiri maka kami selalu dilibatkian dalam setiap pengambilan keputusan, termasuk ketika menghakimi anggota yang ikut tawuran dan mengatasnamakan NB@. Kami sebagai pendiri tidak pernah mengizinkan NB@ dijadikan atribut saat tawuran. Karena ketegasan dan kesadaran dari pendiri dan anggota dari perkumpulan inilah yang membuat NB@ masih ada dan dapat restu dari pihak sekolah.

8.      STRATEGI PENGEMBANGAN SOSIAL UNTUK MEMINIMALISIR KEGITAN NEGATIVE DARI GENG REMAJA
            Sebenarnya banyak strategi yang dapat diterapkan untuk meminimalisir kegiatan negative yang di lakukan oleh berbagai geng remaja saat ini. Namun menurut White (1999) ada lima strategi yang dapat diterapkan untuk menekan kegiatan menyimpang geng remaja tersebut. Strategi itu adalah :
·         Strategi  Pendidikan Umum. Pemerintah harus memberikan fasilitas dan layanan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak muda, terutama yang berdasarkan kurikulum dan suasana multikultural, dimana para siswa diberikan dukungan pribadi dan kelompok yang sama, dimana srtategi dan praktik antiras diterapkan di seluruh masyarakat sekolah.
·         Strategi Pengajaran Khusus. Semua anak muda harus diberi pendidikan khusus berdasarkan isu-isu lintas budaya sehingga asal-usul budaya dan pola hidup yang menyinggung kelompok tertentu akan lebih bisa dipahami oleh semua yang terlibat.
·         Strategi Penjagaan. Dengan mengadopsi penjagaan ketertiban komunitas yang tepat dan pembuatan protokol untuk melakukan interaksi yang positif dan interaksi antara anak-anak muda, etnik minoritas dan polisi atau satuan pengamanan sangat penting untuk mengembalikan kedamaian sosial dan memperkecil hubungan negatif dengan jalanan.
·         Strategi Pemerintahan Yang Luas. Tindakan strategis diperlukan di daerah-daerah yang  remajanya tidak bekerja dan ketika dan ketika menciptakan peluang kerja untuk kelompok-kelompok dan komunitas yang kurang beruntung, terutama karena ada bukti yang semakin banyak bahwa linkungan-lingkungan tertentu tampaknya menjadi semakin miskin jika intervensi yang terus-menerus pada masalah ini tidak dijalankan
·         Strategi Media. Media perlu didorong secara lebih kuat lagi untuk memeriksa program dan muatan acaranya, dengan maksud untuk memberikan informasi yang lebih banyak dan cerita yang lebih baik tentang kelompok minoritas tertentu sehingga penggunaan gambaran-gambaran  dan deskripsi yang tidak beralasan berdasrkan stereotipe bisa dikontrol dan dikurangi.
            Namun strategi yang sangatlah mendasar adalah penanaman budipekerti serta pendidikan agama dalam lingkungan keluarga sebagai kelompok sosial yang paling kecil. Pendidikan agama dalam keluarga sangatlah berpengaruh dalam perkembangan dan pergaulan anak. Penanaman nilai agama yang kuat dapat membentengi anak untuk ikut dalam geng remaja yang banyak kegiatannya menjurus kearah negatif atau bertentangan dengan norma.

BAB III
SIMPULAN

          Permasalahan geng remaja adalah permasalahan yang kompleks. Bahkan untuk mendefinisikan tentang apa itu geng remaja saja masih belum ditemukan titik temu. Usia yang dapat menjadi anggota geng remaja sangatlah beragam,karena tidak pernah ada aturan yang jelas tentang siapa saja yang berhak menjadi anggota geng remaja. Geng remaja seringkali melakukan kegiatan kejahatan atau kegiatan yang melanggar norma, misalnya tawuran, pemalakan, minum-minuman keras dan penggunaan obat-obatan terlarang. Namun tidak semua yang masyarakat sebut dengan geng remaja itu hanya melakukan kegiatan negatif. Banyak perkumpulan remaja yang sering dilihat sebagai geng sesungguhnya banyak melakukan kegiatan positif.
            Orang-orang yang memutuskan untuk bergabung atau mendirikan geng remaja ini biasanya orang-orang yang merasa terpinggirkan, terkucilkan atau biasa disebut kaum marginal. Orang-orang marginal ini biasanya banyak ditemukan dilingkungan yang miskin,kumuh, dipinggiran kota biasanya. Sesungguhnya orang-orang yang masuk kedalam geng remaja seperti ini adah orang-orang yang merasa sakit hati dengan lingkungannya karena kurang diperhatikan. Mereka masuk geng hanya untuk mencari perhatian lebih dari lingkungannya.
            Banyak cara untuk mencegah terjerumusnya remaja kedalam geng remaja yang bertingkah dan melakukan hal-hal negatif atau kegiatan yang melanggar norma. Salah satunya adalah pendekatan moral kepada orang-orang pinggiran. Cara yang paling efektif sebenarnya adalah cara pencegahan dari lingkungan keluarga. Karena keluarga adalah sebagai kelompok terkecil dan sebagai awal dimana seorang anak mendapatkan pendidikan. Orangtua harus memperhatikan tingkah laku anak  agar anak tidak merasa dikucilkan, merasa tidak mendapat perhatian dan lari kedalam perkumpulan yang disebut geng remaja. Penanaman agama yang kuat kepada anak menjadi faktor terpenting untuk membentengi anak.

DAFTAR PUSTAKA
Komala, Lentin Fira. 2008. Pendukung Setia SMP Tercinta. Volume 1.                                                                                                                                                                    Dalam Tangkas. Yogyakarta : OSIS SMP N 1 Kretek.
Setiyawan, Ridwan. 2009. Smase Revolution. Volume 3. Dalam Tangkas. Yogyakarta : OSIS SMA N 1 Sewon.
White, Rob. Sigit Purnomo (Ed). 2004. Geng Remaja : Fenomena dan Tragedi Geng Remaja. Yogyakarta : Gala Ilmu Semesta.
Wijayanti, Rina. 2012. Geng Remaja Di Jogja Kian Brutal. Volume 1209. Dalam Harian Jogja Express. Yogyakarta.

0 komentar: