A.
KEPRIBADIAN
1.
Pengertian kepribadian
Banyak para ahli yang mendefinisikan
kepribadian. Salah satu yang paling penting menurut Gordon W.Allport.
Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik
indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas.
Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia.
Maksud dinamis pada pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja
berubah-ubah melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman-pengalaman,
reward, punishment, pendidikan dsb. Misalnya seorang pemalas setelah
masuk AKPER menjadi rajin, maka kepribadiannya berubah. Perilaku SMA
berubah menjadi perilaku mahasiswa AKPER
Kepribadian adalah semua corak
perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan
untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari
luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan
fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut
bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya
dan mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin
matang dan mantap kepribadiannya (Depkes, 1992).
Dalam bahasa latin asal kata
personaliti dari persona (topeng), sedangkan dalam ilmu psikologi menurut,
Gordon W.Allport : suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik
individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas.
Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia
Berdasarkan pengertian di atas maka
corak perilaku individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan akan
berbeda-beda. Misalnya corak perilaku mahasiswa AKPER dalam mengisi waktu luang
atau saat tidak ada dosen menunjukan seperti apa kepribadiannya. Ada mahasiswa
yang ngobrol, ada mahasiswa yang cenderung makan, ambil air wudlu untuk sholat,
memakai-maki dosen dan pendidikan, ada yang segera pulang atau pergi ke
perpustakaan. Semua perilaku tersebut bersipat khas artinya hanya dimiliki oleh
individu itu. Meskipun orang lain memiliki perilaku yang sama mungkin
pemaknaannya berbeda. Misalnya ada yang makan karena belum sarapan, ada yang
makan karena kesal menunggu, ada yang makan karena ikut teman atau makan karena
mengisi waktu saja.
Kepribadian adalah ciri,
karakteristik, gaya atau sifat-sifat yang memang khas dikaitkan
dengan diri kita. Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu bersumber dari bentukan-bentukan
yang kita terima dari lingkungan, misalnya bentukan dari keluarga
pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan yang dibawa sejak lahir. Jadi yang
disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis,
kejiwaan dan juga yang bersifat fisik. Tersedia dalam http://www.telaga.org/ringkasan.php?kepribadian.htm
Maksud bentukan keluarga dalam hal ini adalah kata-kata apakah
yang sering dikatakan oleh orang tuanya. Pujian apa yang sering didengar,
hukuman apa yang sering dialami berkaitan dengan satu perilaku di rumah.
Motivasi apa serta contoh apa yang diperlihatkan keluarganya. Semua itu akan
membentuk kepribadian seseorang. Misalnya saat listrik mati ada ayah yang
mengatakan : “awas ada hantu”, ada ayah
yang mengatakan “cepat siapkan lampu
pengganti”, ada orang tua yang pergi ke luar, ada orang tua yang langsung
tidur, ada juga yang menganjurkan berdo’a dan ambil air wudlu. dsb. Semua
stimulus kita dapatkan sejak lahir baik dari kakak, ayah, ibu, teman, televisi
dsb. Semua akan mempengaruhi cara kita bersikap terhadap sesuatu. Pada saat itulah
kepribadian terbentuk. Selanjutnya melalui proses yang tidak sederhana akan
berinteraksi dengan bentuk fisik seperti kurus, pendek, gemuk, lobus otak,
pembuluh darah, jantung dan atribut psikologis misalnya sabar, pemarah,
cerewet, agresif dsb.
Personality is : the complex of all
the attributes-behavioral, temperamental, emotional and mental--that
characterize a unique individual; "their different reactions
reflected their very different personalities"; "it is his nature to
help others tersedia dalam http://dict.die.net/personality/personality
Pengertian di atas merujuk pada
ciri-ciri perilaku yang kompleks terdiri dari temperamen (reaksi emosi yang
cenderung menetap dalam merespon situasi atau stimulus lingkungan secara
spontan), emosi yang bersipat unik dari individu. Reaksi yang berbeda dari
masing-masing individu menunjukan perbedaan kepribadian.
Dalam konsep text book yang lain digambarkan Personalities
is :
1. The quality
or condition of being a person.
2. The
totality of qualities and traits, as of character or behavior, that are
peculiar to a specific person.
3.
The pattern of collective character,
behavioral, temperamental, emotional, and mental traits of a person: Though
their personalities differed, they got along as friends.
4.
Distinctive qualities of a
person, especially those distinguishing personal characteristics that make one
socially appealing: won the election more on personality than on capability.
See Synonyms at disposition.
a. A person as the embodiment of
distinctive traits of mind and behavior. b. A person of prominence or
notoriety: television personalities.
6.
An offensively personal remark. Often used in
the plural: Let's not engage in personalities.
7.
The distinctive characteristics of
a place or situation: furnishings that give a room personality.
tersedia
dalam http://www.yourdictionary.com/ahd/p/p0209600.html
Personality
is reflected by a person’s capacity and skill in managing activities of
daily living. Individual responses and interactions to internal and
external environmental demands are influenced by constant interplay of genetic
, neurobiological and psychological factors. (Deborah Antai otong, 1995:288)
Pengertian di atas berfokus pada cara -cara
individu dan keterampilan individu dalam memanfaatkan waktunya setiap
hari. Kebiasaan dalam memanfaatkan waktu setiap hari tersebut merupakan hasil
interaksi antara genetik, kondisi otak, persyarafan dan faktor psikologis.
Berdasarkan pengertian di atas bila kita ambil
contoh, waktu jam 5 pagi sampai jam 9 pagi akan menghasilkan prestasi yang
berbeda tergantung pada kepribadian orang itu. Misalnya ;
Mahasiswa A : bangun dan minum
kopi, pergi kuliah
Mahasiswa B ; bangun sholat,
mandi, kuliah
Mahasiswa C : bangun, mandi, sholat, sarapan, dengar berita,
membersihkan rumah, olah raga, baca buku, pergi kuliah dan ke perpustakaan.
Berdasarkan beberapa pengertian di
atas maka ada beberapa kata kunci yang dapat dirumuskan dalam menguraikan
kepribadian yaitu : Cara seseorang berespon terhadap masalah, bersipat unik,
dinamis, yang merupakan hasil interaksi fisik/genetik, environment,
emosional, cognition, serta menunjukan cara individu dalam mengelola (management)
waktunya.
Gambar A.1. Skema ciri dan
kata kunci kepribadian. Iyus Yosep (2007)
2.
Penggolongan manusia berdasarkan kepribadiannya.
Penggolongan manusia berdasarkan beberapa kriteria tertentu
sangatlah sulit. Kendalanya terletak pada heterogenitas dan keunikan sipat
manusia. Tidak ada satu manusiapun yang dapat dianggap memiliki sipat yang sama
kemudian dikelompokkan berdasarkan sipat itu. Selain itu manusia bersipat
dinamis dan berubah-ubah sesuai hasil belajar dan kondisi lingkungan. Meskipun
ia orang kembar sangatlah sulit untuk menganggap satu kelompok kepribadian.
Ilmu pengetahuan hanya bisa melakukan pendekatan agar beberapa ciri yang agak
mirip dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kepribadian. Kepribadian adalah
ciri, karakteristik, gaya atau sifat-sifat yang memang khas dikaitkan dengan
diri kita. Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu bersumber dari
bentukan-bentukan yang kita terima dari lingkungan, misalnya bentukan dari
keluarga pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan yang dibawa sejak lahir.
Jadi yang disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang
bersifat psikologis, kejiwaan dan juga yang bersifat fisik. Dalam ilmu
keperawatan hal ini dikenal dengan istilah holistic
(Biopsikososiospiritual).
Berdasarkan aspek biologis :
Berdasarkan aspek biologis, Hipocrates membagi kepribadian
menjadi 4 kelompok besar dengan fokus pada cairan tubuh yang mendominasi dan
memberikan pengaruh kepada individu tersebut. ( 4 jenis cairan tubuh),
pembagiannya meliputi : empedu kuning (choleris), empedu hitam (melankolis),
cairan lendir (flegmatis) dan darah (sanguinis).
The Greek philosophers explained much
of personality in terms of the amounts of the four . blood, indicative of
enthusiasm ("sanguine" types).
black
bile, standing for depression (the "melancholic" type). yellow bile
for anger (the "choleric" types).
phlegm for
apathy (the "phlegmatic" type).
a.
Sanguin,
sanguin adalah orang yang gembira, yang senang hatinya, mudah untuk
membuat orang tertawa, dan bisa memberi semangat pada orang lain. Tapi
kelemahannya adalah dia cenderung impulsive, yaitu orang yang bertindak
sesuai emosi atau keinginannya.
b.
Plegmatik,
tipe plegmatik adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung
tidak beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau senang. Naik turun
emosinya itu tidak nampak dengan jelas. Orang ini memang cenderung bisa
menguasai dirinya dengan cukup baik, ia intorspektif sekali, memikirkan
ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di
sekitarnya. Kelemahan orang plegmatik adalah ia cenderung mau ambil mudahnya,
tidak mau susah, sehingga suka mengambil jalan pintas yang paling mudah dan
gampang.
c.
Melankolik,
Tipe melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus,
yang paling sempurna dan dia memang adalah seseorang yang mengerti estetika
keindahan hidup ini. Perasaannya sangat kuat, sangat sensitif maka kita bisa
menyimpulkan bahwa cukup banyak seniman yang memang berdarah melankolik.
Kelemahan orang melankolik, ia mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan
cukup sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan
murung.
d.
Kolerik.
Seseorang yang kolerik adalah seseorang yang dikatakan berorientasi pada pekerjaan
dan tugas, dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang
sangat tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan
akan bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya. Kelemahan orang yang
berciri kolerik adalah kurangnya kemampuan untuk bisa merasakan perasaan orang
lain (empati), belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga agak
minim, karena perasaannya kurang bermain.
Sedangkan Menurut Shelldon dan
Kretchmer kepribadian didasarkan pada (bentuk tubuh) : endomorf, mesomorf dan
ektomorf. Kepribadian menurut hipocrates mendasarkan pada reaksi tubuh atau
dampak fisiologis tubuh akibat dari adanya 4 kelompok cairan tubuh tersebut.
Berdasarkan aspek psikologis :
Menurut Jung kepribadian dikategorikan menjadi ; introvert dan
ekstrovert, sedangkan Heymans membagi menjadi : emosialitet, aktivitet dan
sekunder.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kepribadian : 1. Faktor genetik
Dari beberapa penelitian bayi-bayi baru lahir mempunyai temperamen
yang berbeda, Perbedaan ini lebih jelas terlihat pada usia 3 bulan. Perbedaan
meliputi: tingkat aktivitas,
rentang atensi, adaptabilitas pada
perubahan lingkungan. Sedangkan menurut hasil riset tahun 2007 kazuo Murakami
di Jepang menunjukan bahwa gen Dorman bisa distimulasi dan diaktivasi pada diri
seseorang dalam bentuk potensi baik dan potensi buruk.
2. Faktor lingkungan
Perlekatan (attachment):
kecenderungan bayi untuk mencari kedekatan dengan pengasuhnya dan untuk merasa
lebih aman dengan kehadiran pengasuhnya dapat mempengaruhi kepribadian.
Teori perlekatan (Jhon Bowlby)
menunjukkan : kegagalan anak membentuk perlekatan yang kuat dengan satu orang
atau lebih dalam tahun pertama kehidupan berhubungan dengan ketidakmampuan
membentuk hubungan dengan orang lain pada masa dewasa (Bowlby , 1973).
2. Faktor stimulasi gen dan cara berpikir
Berdasarkan penelitian akhir 2007,
yang dilakukan oleh Kazuo Murakami, Ph.D dari Jepang dalam bukunya The
Divine message of the DNA. Menyimpulkan bahwa kepribadian sepenuhnya
dikendalikan oleh gen yang ada dalam sel tubuh manusia. Gen tersebut ada yang
bersipat Dorman (tidur) atau tidak aktip dan yang bersipat aktip. Bila kita
sering menyalakan gen yang tidur dengan cara positif thinking maka kepribadian
dan nasib kita akan lebih baik. Jadi genetik bukan sesuatu yang kaku, permanen
dan tidak dapat dirubah.
Setiap
orang yang diciptakan Tuhan sudah dilengkapi dengan kepribadian. Kepribadian
itu sebetulnya adalah sumbangsih atau pemberian Tuhan ditambah dengan pengaruh
lingkungan yang kita terima atau kita alami pada masa pertumbuhan kita. Sumber:
http://www.okezone.com. Ada beberapa ahli yang beranggapan bahwa segalanya
telah diprogram dalam genetik. Beberapa ahli lain menyatakan bahwa faktor
belajar dan lingkungan memegang peranan yang sangat menentukan. Perpaduan kedua
faktor itu dinamakan Anna Anastasia, dimana keduanya membentuk
kepribadian manusia.
John L Holland,
seorang praktisi yang mempelajari hubungan antara kepribadian dan minat
pekerjaan, mengemukakan bahwa ada enam tipe atau orientasi kepribadian pada
manusia.
1. Tipe
realistik .
Menyukai
pekerjaan yang sifatnya konkret, yang melibatkan kegiatan sistematis,
seperti mengoperasikan mesin, peralatan. Tipe seperti ini tidak hanya
membutuhkan keterampilan, komunikasi, atau hubungan dengan orang lain, tetapi
dia memiliki fisik yang kuat. Bidang karier yang cocok, yaitu perburuhan,
pertanian, barber shop, dan konstruski.
2.
Tipe intelektual/investigative .
Menyukai
hal-hal yang teoritis dan konseptual, cenderung pemikir daripada
pelaku tindakan, senang menganalis, dan memahami sesuatu. Biasanya menghindari
hubungan sosial yang akrab. Tipe ini cocok bekerja di laboratorium
penelitian, seperti peneliti, ilmuwan, ahli matematika.
3. Tipe
sosial.
Senang
membantu atau bekerja dengan orang lain. Dia menyenangi kegiatan yang
melibatkan kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan berhubungan dengan
orang lain, tetapi umumnya kurang dalam kemampuan mekanikal dan sains.
Pekerjaan yang sesuai, yaitu guru/pengajar, konselor, pekerja sosial, guide,
dan bartender.
4.
Tipe konvensional.
Menyukai
pekerjaan yang terstruktur atau jelas urutannya, mengolah data dengan
aturan tertentu. Pekerjaan yang sesuai, yaitu sekretaris, teller, filing,
serta akuntan.
5.
Tipe usaha/enterprising.
Cenderung mempunyai kemampuan
verbal atau komunikasi yang baik dan menggunakannya untuk memimpin orang lain, mengatur,
mengarahkan, dan mempromosikan produk atau gagasan. Tipe ini sesuai bekerja
sebagai sales, politikus, manajer, pengacara atau agensi iklan.
6.
Tipe artistik .
Cenderung
ingin mengekspresikan dirinya , tidak menyukai struktur atau aturan,
lebih menyukai tugas-tugas yang memungkinkan dia mengekspresikan diri. Karier
yang sesuai, yaitu sebagai musisi, seniman, dekorator, penari, dan penulis.
3. Struktur kepribadian manusia
Struktur kepribadian merupakan
unsur-unsur atau komponen yang membentuk diri seseorang secara psikologis.
Salah satu contoh struktur kepribadian yang paling tua gagasannya adalah
menurut Sigmund Frued tokoh psikoanalisa. Berdasarkan beberapa penelitian pada
klien yang mengalami masalah kejiwaan ia menyimpulkan bahwa diri manusia dalam
membentuk kepribadianya terdiri atas 3 komponen utama yaitu Das es, das
ich, das Uber Ich istilah lainnya id, ego, super ego. Untuk
memudahkan pemahaman, saya sering menamakan kalau id artinya nafsu atau
dorongan-dorongan kenikmatan yang harus dipuaskan, bersipat alamiah pada
manusia. Ego sering saya analogikan sebagai kemampuan otak atau akal yang
membimbing manusia untuk mencari jalan keluar terhadap masalah melalui
penalarannya. Super Ego sering saya analogikan sebagai norma, aturan, agama,
norma sosial.
a.
Sejarah hidup Sigmund Frued
Sigmund Freud yang terkenal dengan
Teori Psikoanalisis dilahirkan di Morovia, pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal
di London pada tanggal 23 September 1939. Gerald Corey dalam “Theory and
Practice of Counseling and Psychotherapy” menjelaskan bahwa Sigmund Freud
adalah anak sulung dari keluarga Viena yang terdiri dari tiga laki-laki dan
lima orang wanita. Dalam hidupnya ia ditempa oleh seorang ayah yang sangat
otoriter dan dengan uang yang sangat terbatas, sehingga keluarganya terpaksa
hidup berdesakan di sebuah aparterment yang sempit, namun demikian orang tuanya
tetap berusaha untuk memberikan motivasi terhadap kapasitas intelektual yang
tampak jelas dimiliki oleh anak-anaknya.
Sebahagian besar hidup Freud diabdikan
untuk memformulasikan dan mengembangkan tentang teori psikoanalisisnya.
Uniknya, saat ia sedang mengalami problema emosional yang sangat berat adalah
saat kreativitasnya muncul. Pada umur paruh pertama empat puluhan ia banyak
mengalami bermacam psikomatik, juga rasa nyeri akan datangnya maut dan
fobi-fobi lain. Dengan mengeksplorasi makna mimpi-mimpinya sendiri ia mendapat
pemahaman tentang dinamika perkembangan kepribadian seseorang.
Sigmund Freud dikenal juga sebagai
tokoh yang kreatif dan produktif. Ia sering menghabiskan waktunya 18 jam sehari
untuk menulis karya-karyanya, dan karya tersebut terkumpul sampai 24 jilid.
Bahkan ia tetap produktif pada usia senja. Karena karya dan produktifitasnya
itu, Freud dikenal bukan hanya sebagai pencetus psikoanalisis yang mencuatkan
namanya sebagai intelektual, tapi juga telah meletakkan teknik baru untuk bisa
memahami perilaku manusia. Hasil usahanya itu adalah sebuah teori kepribadian
dan psikoterapi yang sangat komprehenshif dibandingkan dengan teori serupa yang
pernah dikembangkan.
Psikoanalisa dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di
bidang psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit
mental, hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis
pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebahagian besar
ditentukan oleh motif-motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak
penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.
Lima karya Freud yang sangat terkenal
dari beberapa karyanya adalah: (1) The Interpretation of dreams (1900),
(2) The Psichopathology of Everiday Life (1901), (3) General
Introductory Lectures on Psichoanalysis (1917), (4) New Introductory
Lectures on Psichoanalysis (1933) dan (5) An Outline of Psichoanalysis (1940).
Dalam dunia pendidikan pada masa itu,
Sigmund Freud belum seberapa populer. Menurut A. Supratika, nama Freud baru
dikenal pertama kalinya dalam kalangan psikologi akademis pada tahun 1909,
ketika ia diundang oleh G. Stanley Hall, seorang sarjana psikologi Amerika,
untuk memberikan serangkaian kuliah di universitas Clark di Worcester,
Massachusetts. Pengaruh Freud di lingkungan psikologi baru terasa sekitar tahun
1930-an. Akan tetapi Asosiasi Psikoanalisis Internasional sudah terbentuk tahun
1910, begitu juga dengan lembaga pendidikan psikoanalisis sudah didirikan di
banyak negara.
b.
PersepsiFreud tentang sifat manusia
Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh
kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri
psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya.
Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada
dasarnya adalah deterministik. Namun demikian
menurut
Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada
dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan
pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu
adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa
perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan
pada orang tersebut.
Di
sini, Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia
adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud,
rasa resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa
mereka tahu umat manusia itu akan punah. Kecemasan muncul karena adanya konflik
antara id dengan super ego.
c. Struktur
Kepribadian dalam pandangan Frued
Dalam
teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego
dan superego. Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls
agresif dan libinal, dimana sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure
principle”. Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana,
dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan
dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak
melanggar nilai-nilai superego. Superego adalah bagian
moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari
sensor baik- buruk, salah-benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan
ego.
Gerald
Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia dilihat
sebagai sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara
untuk mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego,
tetapi energi tersebut terbatas, maka satu diantara tiga sistem itu memegang
kontrol atas energi yang ada, dengan mengorbankan dua sistem lainnya, jadi
kepribadian manusia itu sangat ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan.
Menurut
Calvil S. Hall dan Lindzey, dalam psikodinamika masing-masing bagian dari
kepribadian total mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja dinamika dan
mekanisme tersendiri, namun semuanya berinteraksi begitu erat satu sama
lainnya, sehingga tidak mungkin dipisahkan. Id bagian tertua dari
aparatur mental dan merupakan komponen terpenting sepanjang hidup. Id
dan instink-instink lainnya mencerminkan tujuan sejati kehidupan organisme
individual. Jadi id merupakan pihak dominan dalam kemitraan
struktur kepribadian manusia.
Cara
kerja masing-masing struktur dalam pembentukan kepribadian adalah: (1) apabila
rasa id-nya menguasai sebahagian besar energi psikis itu, maka
pribadinya akan bertindak primitif, implusif dan agresif dan ia akan
mengumbar impuls-impuls primitifnya, (2) apabila rasa ego-nya
menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya bertindak dengan
cara-cara yang realistik, logis, dan rasional, dan (3) apabila rasa super
ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan
bertindak pada hal-hal yang bersifat moralitas, mengejar hal-hal
yang sempurna yang kadang-kadang irrasional.
Jadi
untuk lebih jelasnya sistem kerja ketiga struktur kepribadian manusia tersebut
adalah: Pertama, Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil,
dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena
ia merupakan sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya instink. Id
tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan
kehendaknya. Aktivitas Id dikendalikan oleh prinsip kenikmatan
dan proses primer.
Id mulai berkembang pada usia
bayi, bagian kepribadian yang paling primitif, dan sudah ada sejak lahir Aspek
biologis dari kepribadian.Id terdiri dari dorongan (impuls) dasar :kebutuhan
makan, minum, eliminasi, menghindari rasa sakit, memperoleh kenikmatan sosial.
Id juga merupakan kondisi Unconsciousness, sumber energi psikis, sistem
kepribadian yang dasar, terdapat naluri-naruli bawaan, berisi
keinginan-keinginan yang belum tentu sesuai dengan norma. Id biasanya menuntut
segera dipuaskan (the principles of constancy). Id akan
Menjalankan fungsi tindakan refleks dan proses berpikir primer
Kedua,
Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada
di luar dirinya. Di sini ego berperan sebagai “eksekutif” yang
memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis
seperti “polisi lalulintas” yang selalu mengontrol jalannya id,
super-ego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah antara instink dengan
dunia di sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari
suatu organisme, seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja
Id, yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu
adalah kerja ego.sedangkan pertimbangan halal dan haram dalam mencari makan
adalaj kerja Super ego. Ego mulai berkembang usia 2-3 th. Ego
merupakan aspek psikologis kepribadian. Ego berada pada tingkat pra sadar. Ego
menjalankan fungsi dengan proses berpikir sekunder (rasional). Ego merupakan
hasil kontak individu dengan dunia luar/lingk (The realita of
principles) dan penengah tuntutan id dan superego.
Sedangkan
yang ketiga, superego adalah yang memegang keadilan atau
sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah,
baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak sebagai
sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat.
Super ego Mulai berkemb usia 4-6 tahun. Super Ego merupakan aspek sosiologis
kepribadian, sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan yang
sifatnya evaluatif. Terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau
aturan-aturan dari significant others. Berfungsi dalam legislatif dan
yudikatif. Super Ego juga terdiri dari : kata hati (nurani) & ego ideal.
Fungsi utama: 1) pengendali id, 2) mengarahkan ego pada tujuan yang yang sesuai
dengan moral ketimbang kenyataan, 3) mendorong individu ke arah kesempurnaan.
d. Pandangan
Freud terhadap Kesadaran dan ketidaksadaran
Pemahaman
tentang kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan
terbesar dari pemikiran Freud. Menurutnya, kunci untuk memahami perilaku dan
problema kepribadian bermula dari hal tersebut. Ketidakasadaran itu tidak dapat
dikaji langsung, karena perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi
logisnya. Menurut Gerald Corey, bukti klinis untuk membenarkan alam
ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari hal-hal berikut, seperti: (1) mimpi;
hal ini merupakan pantulan dari kebutuhan, keinginan dan konflik
yang terjadi dalam diri, (2) salah ucap sesuatu; misalnya nama yang sudah
dikenal sebelumnya, (3) sugesti pasca hipnotik, (4) materi yang berasal
dari teknik asosiasi bebas, dan (5) materi yang berasal dari teknik proyeksi,
serta isi simbolik dari simptom psikotik.
Sedangkan kesadaran itu
merupakan suatu bagian terkecil atau tipis dari keseluruhan pikiran manusia.
Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah permukaan laut,
dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang terlihat di
permukaan. Demikianlah juga halnya dengan kepribadian manusia, semua pengalaman
dan memori yang tertekan akan dihimpun dalam alam ketidaksadaran.
Secara skematis alam bawah sadar dan alam sadar dapat dibandingkan sebagai
berikut :
e. Pandangan
Freud terhadap Kecemasan
Bagian
yang tidak kalah penting dari teori Freud adalah tentang kecemasan.
Gerald Corey mengartikan kecemasan itu adalah sebagai suatu keadaan tegang yang
memaksa kita untuk berbuat sesuatu. Kecemasan ini menurutnya berkembang dari
konflik antara sistem id, ego dan superego tentang sistem kontrol
atas energi psikis yang ada. Fungsinya adalah mengingatkan adanya bahaya yang
datang.
Sedangkan
menurut Calvin S. Hall dan Lindzey, kecemasan itu ada tiga: kecemasan realita,
neurotik dan moral. (1) kecemasan realita adalah rasa takut
akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam
itu sangat tergantung kepada ancaman nyata. Misalnya kecemasan saat seseorang
menjelang ujian, wawancara, tes kerja. (2) kecemasan neurotik adalah
rasa takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang
berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum, misalnya manusia tidak kuat
bahwa hasrat seksual harus dipuaskan, hasrat lapar harus dipuaskan, hasrat
tidur, hasrat terhindar dari sakit harus dipuaskan tetapi pemuasannya sangat
sulit dan perlu perjuangan berat. dan (3) kecemasan moral adalah rasa
takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup
berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan norma moral. Misalnya melakukan masturbasi, mencuri, korupsi, berbohong.
f. Mekanisme
pertahanan ego
Untuk menghadapi tekanan kecemasan
yang berlebihan, sistem ego terpaksa mengambil tindakan ekstrim untuk
menghilangkan tekanan itu. Tindakan yang demikian itu, disebut mekanisme
pertahanan, sebab tujuannya adalah untuk mempertahankan ego terhadap tekanan
kecemasan. Dalam teori Freud, bentuk-bentuk mekanisme pertahanan yang penting
adalah: (1) represi; ini merupakan sarana pertahanan yang bisa mengusir
pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran,
(2) memungkiri; ini adalah cara mengacaukan apa yang dipikirkan,
dirasakan, atau dilihat seseorang dalam
situasi
traumatik, (3) pembentukan reaksi; ini adalah menukar suatu impuls atau
perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan melawannya dalam kesadaran, (4) proyeksi;
ini berarti memantulkan sesuatu yang sebenarnya terdapat dalam diri kita
sendiri ke dunia luar, (5) penggeseran; merupakan suatu cara untuk
menangani kecemasan dengan menyalurkan perasaan atau impuls dengan jalan
menggeser dari objek yang mengancam ke “sasaran yang lebih aman”, (6) rasionalisasi;
ini cara beberapa orang menciptakan alasan yang “masuk akal” untuk menjelaskan
disingkirnya ego yang babak belur, (7) sublimasi; ini suatu cara untuk
mengalihkan energi seksual kesaluran lain, yang secara sosial umumnya bisa
diterima, bahkan ada yang dikagumi, (8) regresi; yaitu berbalik kembali
kepada prilaku yang dulu pernah mereka alami, (9) introjeksi; yaitu
mekanisme untuk mengundang serta “menelaah” sistem nilai atau standar orang
lain, (10) identifikasi, (11) konpensasi, dan (12) ritual
dan penghapusan.
Perkembangan
kepribadian
Perkembangan
kepribadian menurut Gardener Murphy
Perkembangan
kepribadian dalam pandangan Gardener Murphy : merupakan tahap-tahap dinamis,
berubah-ubah yang terdiri dari fase keseluruhan (tanpa differensiasi), kemudian
fase diferensiasi dan fase integrasi yaitu fungsi yang sudah mengalami
diferensiasi diitegrasikan dalam satu unit yang berkoordinasi. Fase keseluruhan
merupakan watak umum yang mendominasi seperti pemarah, pemberani, semangat,
penipu, pembelajar, petualang. Dalam perkembangan berikutnya terdiferensiasi
misalnya pemberani yang memilki semangat pembelajar, penipu yang memiliki darah
seni. fase integrasi yaitu fungsi yang sudah mengalami diferensiasi
diitegrasikan dalam satu unit yang berkoordinasi biasanya di atas 40 tahun
kepribadiannya menjadi mantap dan cenderung menetap
Perkembangan
kepribadian menurut Sigmund Freud
Perkembangan
manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari
proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai
dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap
perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi
pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.
Menurut Freud,
kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun yaitu:
(1) tahap
oral,
Mouth
rule (menghisap, menggigit, mengunyah), Lima mode pada tahap oral yang
masing-masing membentuk suatu prototipe karakteristik kepribadian tertentu
di kemudian hari, yaitu mode : mengambil, memeluk, menggigit, meludah dan
membungkam. Mengambil : menjadi petunjuk tingkah laku rakus, Memeluk : menjadi
petunjuk dalam mengambil keputusan dan tingkah laku keras kepala. Menggigit :
menjadi petunjuk tingkah laku destruktif; sarkasme, sinis & mendominasi,
Meludah : prototipe tingkah laku reject, Membungkam: tingkah laku reject,
introvert
(2) tahap
anal: 1-3 tahun,
Akhir
tahap oral bayi dianggap telah dapat membentuk kerangka kasar kepribadian,
meliputi : sikap, mekanisme untuk memenuhi tuntutan id dan realita, dan
ketertarikan pada suatu aktivitas atau objek. Kebutuhan menyangkut pemuasan
anak terhadap kontrol
mengenai hal-hal yang menyangkut anal
(mis: bagaimana anak mengontrol keinginan untuk BAK dan bagaimana beradaptasi
dengan toilet. Tujuan tahap ini : terpenuhinya pemuasan anak dengan tidak
berlebihan akan membentuk self control yang adekuat
(3) tahap phalic: 3-6 tahun,
Solusi permasalahan pada fase oral
& anal membentuk pola kerangka yang mendasar tahap berikutnya yaitu phalik.
Pada tahap ini kesenangan dan permasalahan berpusat sekitar alat kelamin.
Stimulasi pada alat genital menimbulkan dorongan biologis, dorongan dikurangi
timbul kepuasan. Permasalah yang timbul : oedipus compleks
(4) tahap laten: 6-12 tahun,
Periode lambat , dimana desakan
seksual mengendur. Sebaiknya digunakan untuk mencari keterampilan kognitif/pengetahuan
dan mengasimilasi nilai-nilai budaya. Pada periode ini ego & superego terus
dikembangkan
(5) tahap genital: 12-18 tahun
Dorongan/impuls-impuls menguat lagi dengan drastis. Pecapaian ego ideal sudah
tercapai pada tahap ini
(6) tahap dewasa, yang terbagi dewasa awal,
usia setengah baya dan usia senja.
Konsep psikolanalisis menekankan pengaruh masa
lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli
yang mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep
pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual. Dalam sistem
pembinaan akhlak individual, Islam menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan
membiasakan anak-anaknya agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan norma agama
dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa datang sendiri, akan tetapi melalui
proses interaksi yang panjang dari dalam lingkungannya. Bila sebuah keluarga
mampu memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan
tumbuh menjadi manusia yang baik.
Dalam hal ini sebuah hadis Nabi menyatakan bahwa
“Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, hingga lisannya fasih. Kedua
orang tuanyalah yang ikut mewarnainya sampai dewasa.” Selain itu seorang
penyair menyatakan bahwa “Tumbuhnya generasi muda kita seperti yang dibiasakan
oleh ayah-ibunya”.
Hadis dan syair tersebut di atas sejalan dengan
konsep Freud tentang kepribadian manusia yang disimpulkannya sangat tergantung
pada apa yang diterimanya ketika ia masih kecil. Namun tentu saja terdapat
sisi-sisi yang tidak begitu dapat diaplikasikan, karena pada hakikatnya manusia
itu juga bersifat baharu.
Perkembangan
Kepribadian dalam sumber yang dapat diakses melalui http://www.
geocities.com/sebaya01/pribadi.htm Terdapat beberapa macam pendekatan
tentang hal ini, yaitu pendekatan psikoanalisis klasik yang meliputi pendekatan
Freudian maupun neo -Freudian. Pendekatan psikoanalisis klasik ini lebih
menekankan pada aspek psikoseksual seorang individu, di mana
perkembangan yang terjadi digerakkan oleh libido yang mempengaruhi tiga
komponen kepribadian yaitu ego, id dan superego.
Pendekatan yang kedua adalah pendekatan interpersonal,
di mana individu dilihat sebagai suatu makhluk sosial yang dibentuk oleh
lingkungan budaya dan interpersonal. Perkembangan kepribadian seseorang dilihat
pada interaksi yang terjadi antara individu yang sedang
berkembang dengan teman sebaya, orang tua, sahabat, musuh, dan
masyarakat sekitar. Interaksi yang terjadi merupakan suatu pertukaran
cinta, kasih sayang dan perhatian.
Pendekatan yang ketiga adalah
pendekatan epigenesis, di mana tahapan perkembangan yang terjadi tidak
berdiri sendiri-sendiri, namun tahapan perkembangan sebelumnya menjadi fondasi
bagi tahapan perkembangan berikutnya. Salah satu teori besar yang didasarkan
pada pendekatan epigenesis ini adalah teori perkembangan menurut Erikson.
Perkembangan kepribadian Menurut
Erikson
Menurut Erikson, perkembangan manusia
melewati suatu proses dialektik yang harus dilalui dan hasil dari proses
dialektik ini adalah salah satu dari kekuatan dasar manusia yaitu harapan,
kemauan, hasrat, kompetensi, cinta, perhatian, kesetiaan dan kebijaksanaan.
Perjuangan di antara dua kutub ini meliputi proses di dalam diri individu
(psikologis) dan proses di luar diri individu (sosial). Dengan demikian,
perkembangan yang terjadi adalah suatu proses adaptasi aktif.
Remaja menurut Erikson, memiliki dua
kutub dialektik yaitu Identitas dan Kebingungan. Salah satu dari
pencarian individu dalam tahapan ini yaitu pencarian identitas dirinya dengan
menjawab satu pertanyaan penting yaitu “Siapa Aku?”. Bila individu
berhasil menjawabnya akan menjadi basis bagi perkembangan ke tahap selanjutnya.
Namun, apabila gagal, maka akan menimbulkan kebingungan identitas di mana
individu tidak berhasil menjawab siapa dirinya yang sebenarnya. Apabila
seorang individu tidak berhasil menemukan identitas dirinya, maka ia
akan sulit sekali mengembangkan keintiman dengan orang lain terutama dalam
hubungan heteroseksual dan pembentukan komitmen seperti yang terdapat dalam
pernikahan.
a. Perkembangan
kepribadian dalam teori psikoanalisis Erickson
1.
Trust VS Mistrust (0-1/1,5 tahun).
Perkembangan basic trust, essensial. Dalam derajat tertentu
diperlukan juga perkembangan ketidakpercayaan (mistrust) untuk mendeteksi suatu
bahaya atau suatu yang tidak menyenangkan & membedakan orang-orang yang
dapat dipercaya / tidak
2.
Otonomi VS Rasa Malu dan Ragu ( early
chilhood : 1/1,5-3 tahun).
Mulai mengembangkan kemandirian. Bisa timbul kegelisahan,
ketakutan dan kehilangan rasa pencaya diri apabila suatu kegagalan terjadi.
3.
Inisiatif VS Rasa Bersalah (late
chilhood:3-6th).
Komponen positif adalah berkembangnya
inisiatif. Modalitas dasar psikososialnya : “membuat”, “ campur tangan”,
“mengambil inisiatif” , membentuk”, melaksanakan pencapaian tujuan dan
berkompetisi”
4.
Industri VS Inferiority ( usia
sekolah:6-12 tahun).
Dimulai industrial age. Pengalaman
berhasil memberikan rasa produktif, menguasai dan kompetitif. Kegagalan
menimbulkan perasaan tidak adekuat & inferioritas merasa diri tidak tidak
berguna.
5.
Identitas dan Penolakan VS difusi
Identitas ( masa remaja: 12-20 tahun).
Tahap perkembangan sebelumnya memberi
kontribusi yang berarti pada pembentukkan Identitas dapat terjadi krisis
identitas. Fungsi dasar remaja : mengintegrasikan berbagai identifikasi yang
mereka dapat pada masa kanak-kanak untuk melengkapi proses pencarian identitas
6. Intimasi dan Solidaritas VS
Isolasi (Early adulthood : 20-35 th). Perkembangan identitas mendasari perkembangan
keakraban indvidu dengan orang lain. Kemampuan mengembangkan hubungan dengan
sejenis/lawan jenis. Salah satu aspek keintiman adalah solidaritas. Jika
keintiman gagal dicapai, individu cenderung menutup diri.
7.
Generativitas VS Stagnasi/ mandeg (
middle adulthood : 35-65 th ).
Generativitas bertitik tolak pada ‘
pentingnya dan pengarahan generasi berikutnya’. Penting menumbuhkan upaya-upaya
kreatif dan produktif . Bila generativitas gagal, terjadi stagnasi.
8.
Integritas VS Keputusasaan (later years: diatas 65 th).
Secara ideal telah mencapai integritas
Integritas : menerima keterbatasan hidup, merasa menjadi bagian dari generasi
sebelumnya, memiliki rasa kearifan sesuai bertambahnya usia, merupakan
integrasi akhir dari tahap-tahap sebelumnya. Bila integritas gagal : timbul
keputusasaan, penyesalan terhadap apa yang telah dan belum dilakukannya,
ketakutan dalam menghadapi kematian
b. Perkembangan
Kepribadian ( Harry Stack Sullivan)
Harry membagai perkembngan kepribadian
menjadi beberapa masa.
1.
Masa bayi : Kebutuhan akan rasa aman dalam mengembangkan rasa
percaya yang mendasar (basic trust).
2.
Masa kanak-kanak awal: belajar berkomunikasi
3.
Pra sekolah : mengembangkan body image
4.
Usia sekolah : mengembangkan hubungan
dengan sebaya, melalui kompetisi, kompromi dan kooperatif
5.
Remaja : mengembangkan kemandirian,melakukan hubungan dengan jenis
kelamin yang berbeda
6.
Dewasa : belajar untuk saling tergantung, tanggung jawab terhadap
orang lain.
B. KESADARAN
Pengertian Kesadaran
Kesadaran adalah suatu tingkat
kesiagaan individu pada saat ini terhadap stimulus internal dan eksternal.
Yaitu terhadap peristiwa-peristiwa lingkungan dan sensasi tubuh, memori dan
pikiran. Pengertian lainnya adalah Kemampuan individu mengadakan hubungan dengan
lingkungan
serta diri sendiri (melalui panca inderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap
lingkungan serta diri sendiri (melalui perhatian).
Bukti
terjadinya pemrosesan informasi membuat para ahli kembali mengungkap konsep
kesadaran. Kesadaran sudah mulai diungkap sejak zaman William James (1890) yang
menyatakan bahwa kesadaran adalah agen yang memilih satu dari sekian banyak
stimulus dan selanjutnya stimulus yang dipilih ditonjolkan dan diperjelas
sementara event-event yang lain ditekan. Kesadaran merupakan topik epifenomenal
karena meskipun tampak pada perilaku namun sangat dipengaruhi oleh proses tidak
sadar.
Fungsi
kesadaran (Shallice)
Dapat digunakan dalam membuat
keputusan. Dalam keadaan sadar perawat dapat memutuskan pergi atau tidak,
bekerja atau tidak, melanjutkan pendidikan atau tidak.
Dapat
digunakan dalam mengarahkan dan mengendalikan tindakan merencanakan,memulai dan
mengarahkan tindakan) Misalnya dalam keadaan sadar seorang perawat dapat
melakukan kegiatan seperti membereskan ruangan, memberi obat, mengganti
balutan.
Dapat digunakan dalam pemantauan perilaku. Secara
sadar perawat mengamati perilaku klien gangguan jiwa atau melakukan evaluasi
klien setelah perawatan.
Memungkinkan
terhadap penyesuaian perilaku. Dalam keadaan sadar perawat dapat menyiapkan
diri bila hujan turun, mencari alternatif bila kendaraan mogok, atau
menyesuaikan diri bila lingkungan terasa berisik.
Model teori
kesadaran
Tulving
model
Ada 3 jenis
kesadaran Anoetic, Noetic, Antonoetic yang masing-masing berkait dengan
Episodic, Semantic, Prosedural.
Memori
Episodik : Mencakup kesadaran tentang ingatan event yang dialami secara
pribadi, berkait dengan kesadaran Autonoetic yang disebut self-knowing
karena merupakan bentuk kesadaran paling canggih yang memungkinkan individu
mengingat peristiwa-peristiwa pribadinya yang dianggap sebagai fakta hidup di
masa lalu. Misalnya kesadaran tentang kapan dia lahir, dimana dia lahir, siapa
orang tuanya, dimana alamatnya sekarang.
Memori
Semantik merupakan kesadaran yang berkaitan dengan ingatan tentang pengetahuan
yang ada di lingkungan sekeliling individu, berkait dengan kesadaran Noetic
yang disebut knowing karena sangat berkait dengan hal-hal simbolis
sehingga kesadaran akan suatu objek/peristiwa dapat terjadi karena
ketidakadaan objek/peristiwa tersebut. Kesadaran tentang iklim, cuaca, hubungan
bertetangga, penataan lingkungan rumah, benda-benda di rumah, pengetahuan
tentang kepualauan, peta, jalan, warna rumah, situasi kantor.
Memori Prosedural adalah kesadaran yang berkaitan
dengan ingatan tentang bagaimana segala sesuatu dilakukan (akuisisi, retensi,
ketrampilan) berkait dengan kesadaran Anoetic yang disebut Nonknowing
karena diikat oleh situasi yang berlaku dan memungkinkan seseorang mencatat
tanda-tanda dalam lingkungan & memberi respon perilaku yang sesuai dengan
lingkungan saat itu. Misalnya secara sadar kita harus melakukan sesuatu apabila
listrik tiba-tiba mati, tiba-tiba berada di depan mobil yang berjalan kencang,
tiba-tiba menginjak paku, atau cara-cara menyalakan komputer, cara-cara
mengendarai motor dari mulai memanaskan mesin samapai berhenti dsb.
Skema B.1. Hubungan sistem
memori dan macam kesadaran
Kaitan Kesadaran Dengan Hemisferik
Teori Tulving mendorong Broca (1869) seorang ahli
fisika Perancis meneliti bahwa belahan otak kanan dan kiri berfungsi secara
asimetris (Split Brain). Kesadaran dan pemrosesan bahasa di hemisfer
kiri dan fungsi spasial di hemisfer kanan. Tingkat kesadaran juga mempengaruhi
terjadinya atensi.
Tingkat Kesadaran
A.
Tingkat Kesadaran pada indera. Bila individu lost
in thought umumnya perhatian akan terfokus pada salah satu indera akibatnya
tidak semua sensasi dapat diperhatikan. Individu tidak bisa konsentrasi pada
banyak hal sekaligus. Bila fokus perhatian hanya pada salah satu stimulus maka
stimulus tersebut yang daya retensinya akan lebih baik. Misalnya saat kuliah
perhatian hanya tertuju pada dosen meskipun ada suara mobil, motor, lalu lalang
orang, suara hujan dsb.
B.
Tingkat Kesadaran pada fenomena internal (memori,
dsb). Sesuatu yang diindera maka akan dimasukkan dalam kondisi preconscious
(preconscious state). Saat mengingat kembali maka yang ada dalam preconscious
akan dibawa ke kesadaran (conscious state) tetapi ada memori yang kurang
dapat diakses dan disebut gagasan-gagasan tak sadar (unconscious ideas)
gagasan tak sadar inilah yang dimaksud oleh Sigmund Freud sebagai hal yang
ditekan karena mengancam kepribadian.
Bila
kesadaran baik, maka orientasi : waktu, tempat dan orang baik, pemahaman baik,
Informasi yang masuk efektif (melalui memori dan pertimbangan. Kesadaran
melibatkan :
Pemantauan diri dan lingkungan sehingga dapat
melakukan kegiatan secara normal
Pengendalian diri dan lingkungan, sehingga kita
dapat memulai dan mengakhiri aktivitas perilaku dan kognitif
Perhatian
yang melibatkan panca indera
Teori kesadaran Sigmund Freud 1. Alam Sadar
(conciousness)
Alam Sadar (conciousness) merupakan bagian
dari pikiran dimana persepsi yang berasal dari dunia luar atau dari dalam tubuh
(pikiran) di bawa ke kesadaran. Dalam proses yang bersumber dari internal,
hanya pikiran yang ada di alam pra sadar yang dapat di bawa ke alam sadar
Kesadaran
merupakan fenomena subjektif yang isinya dapat dikomunikasikan hanya melalui
bahasa dan perilaku
Kesadaran menggunakan energi psikis,
artinya seseorang menyadari suatu ide atau perasaan akibat adanya sejumlah
energi psikis. Energi psikis bentuk konkritnya berupa aliran listrik yang
mengalir dalam serabut syaraf melalui neurotransmitter.
Kesadaran sebagai alat pencerap apa
yang menjadi perhatian bekerja sama dengan alam pra sadar. Melalui perhatian
individu dapat menjadi sadar (tahu) tentang rangsang yang masuk dari dunia
luar, kesadaran dapat menfokuskan beberapa stimulus dan mengabaikan stimulus lain.
2.
Alam Pra Sadar
Belum ada pada waktu
lahir dan berkembang pada masa anak-anak Berdekatan dan bekerja sama dengan
alam sadar
Kegiatan mental alam
pra sadar dinamakan proses sekunder Sangat erat dengan prinsip realita (ego)
Menjaga jangan sampai hasrat-hasrat
yang bertentangan dengan kenyataan keluar ke alam sadar
Terdiri dari peristiwa-peristiwa, proses dan isi pikir yang dapat
dibawa ke alam sadar dengan memusatkan perhatian
3. Alam Tidak
Sadar (unconciousness)
Mengandung
berbagai ide dan afek yang ditekan
Hasrat/ keinginan tidak dapat dibawa
ke alam sadar, hanya kan mendorong alam sadar untuk melakukan sesuatu
Menurut Freud, beberapa memori dan
keinginan yang menyakitkan, konflik-konflik masa lalu yang tidak dikehendaki,
trumatik dan tidak diinginkan cenderung untuk direpresi (penekanan/ditekan) ke
alam bawah sadar, hal ini akan terus mempengaruhi perilaku kita walau kita
tidak menyadarinya.
Teori
kesadaran Carl Gustav Jung
Menurut
Carl, jiwa terdiri dari dua bagian yang saling melengkapi yaitu: kesadaran dan
ketidaksadaran. Fungsi jiwa dalam kaitannya dengan kesadaran menurut teori ini
adalah suatu aktivitas yang secara teori tidak berubah dalam lingkungan yang
berbeda-beda. Jadi menurut teori ini jiwa itu sesuatu yang permanen dan
menetap.
Secara umum
teori ini menyebutkan empat fungsi jiwa :
Dua
rasional (pikiran dan perasaan), dan dua tidak rasional (pendirian dan
intuisi), pada mumnya manusia mempunyai ke empat fungsi tersebut, akan tetapi
biasanya hanya salah satu fungsi yang paling berkembang superior. Fungsi
superior menguasai alam sadar dan fungsi inferior menguasai alam tidak sadar.
Sedangkan
sikap jiwa, dalam teori ini digolongkan menjadi 2 tipe yaitu tipe ekstrovert
dan introvert
Tipe
ekstrovert memiliki ciri :
Sikap
kesadaran yang mengarah keluar dirinya
Orientasi
tertuju keluar, pikiran, perasaan dan tindakannya ditentukan oleh lingkungan
Cirinya penyesuaian dengan lingkungan baik, tingkah laku baik,
cepat dan tepat serta pandai bergaul
Tipe introvert
memiliki ciri :
Sikap kesadarannya mengarah ke dalam
dirinya
Cirinya: sulit menyesuaikan dengan lingkungan,semua dipandang dari
sudut dirinya, kurang dapat bergaul
2.
Struktur Ketidaksadaran menurut Jung a. Ketidaksadaran
pribadi
Daerah yang berdekatan dengan ego, terdiri dari
pengalaman-pengalaman alam sadar/disadari dan kemudian di represi , dilupakan
atau diabaikan
Isi ketidaksadaran pribadi sama
seperti pra sadar pada konsep Freud, yang dapat menjadi sadar
b.
Ketidaksadaran kolektif
Diwariskan
dari generasi ke generasi
Merupakan endapan cara reaksi manusia
yang khas sejak dulu dalam menghadapi situasi ketakutan, bahaya, perjuangan,
kelahiran dan kematian (akibat dari pengalaman-pengalaman yang berulang selama
banyak generasi), misalnya setiap mendengar kata aliran asosiasi kita pada
lampu yang padam padahal pengertian salah tersebut diwariskan turun-temurun,
saat listrik mati respon orang tua mengatakan aliran..
Bersifat
universal
Contoh : kecenderungan manusia takut
pada kegelapan, ular, karena diasumsikan bahwa manusia terdahulu menemukan
banyak bahaya dalam kegelapan dan menjadi korban ular berbisa
Pengalaman-pengalaman seseorang tentang dunia sebagian besar
dibentuk oleh ketidaksadaran kolektif, walau tidak sepenuhnya demikian
Alam tidak sadar (unconciousness) berisikan
kejadian-kejadian jiwa yang terletak pada daerah perbatasan antara
ketidaksadaran pribadi dan kolektif, yaitu hal-hal yang tidak dapat diingat
lagi. Unconciousness lebih dekat ke arah ketidaksadaran kolektif.
Dua unsur
utama dari ketidaksadaran kolektif, yaitu :
a.
Archetype : Merupakan komponen struktural dari
ketidaksadaran kolektif, yaitu suatu bentuk pikiran (ide) universal yang
mengandung unsur emosi yang besar. Merupakan pikiran instingtif dan reaksi
instingtif terhadap situasi tertentu yang terjadi di luar kesadaran, dibawa
sejak lahir dan tumbuh pada ketidaksadaran kolektif selama perkembangan manusia
disebut sebagai pola dasar. Contoh: Archetype ibu menghasilkan gambaran
tentang figur ibu, dengan kata lain bayi mewarisi konsep yang sudah terbentuk
lebih dulu tentang ibu yang bersifat umum dan menentukan bagaimana bayi
mempersepsikan ibunya.
Kompleks
: Merupakan Ide yang dipengaruhi oleh perasaan dan timbul sebagai akibat dari
pengalaman traumatik yang berlarut-larut pada masa kanak-kanak. Kompleks
terjadi didasarkan bentuk-bentuk pengalaman manusiawi yang universal. Contoh :
Reaksi khas seorang anak terhadap ibunya ditentukan oleh pengalaman pribadi
tentang ibunya.
Selanjutnya
Jung mengemukakan konsep Persona, Anima dan Animus. Persona
adalah suatu topeng yang menutupi kepribadian, dimana seseorang tampil di dunia
luar. Persona dapat terfiksasi, sehingga orang yang sesungguhnya tersembunyi
dari dirinya. Sedangkan Anima dan animus Adalah sifat yang tidak disadari yang
masing-masing dimiliki oleh wanita dan laki-laki. Anima adalah
feminimitas laki-laki yang tidak dikembangkan, sedangkan animus maskulinitas
wanita yang tidak dikembangkan. Menurut teori ini setiap individu memilki
potensi laki-laki dan perempuan. Hanya lingkungan yang bertanggung jawab
mengembangkan potensi salah satunya dari keduanya. Apakah ia kan
menjadi laki-laki atyau menjadi perempuan atau identitas dirinya kabur seperti
waria atau banci.
C. EMOSI Pengertian Emosi :
Perasaan yang umum yang mencakup
elemen fisiologis dan kognisi dan dapat mempengaruhi tingkah laku.
Elemen-elemen fisiologis: peningkatan denyut nadi, keringatan , jantung
berdebar-debar dll. Sedangkan elemen-elemen kognitif : memahami atau pemaknaan
terhadap reaksi emosional.
Emosi adalah manifestasi perasaan dan
disertai banyak komponen fisiologis, dan biasanya berlangsung tidak lama
(Maramis,1990). Oxford English Dictionary (dalam Goleman,2003) ,
menyebutkan bahwa emosi adalah : Setiap kegiatan atau pergolakan pikiran ,
perasaan, nafsu. Setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.
Emosi
pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi
Masalah. Emosi akar untuk bertindak/memancing tindakan. Menurut Golema : emosi
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan Atkinson
mendefinisikan emosi sebagai dorongan yang dapat dapat mengaktifkan dan
mengarahkan perilaku dengan cara yang sama seperti yang dilakukan motif. Emosi
bisa menjadi tujuan: kita melakukan aktivitas tertentu, karena kita tahu bahwa
aktivitas tersebut menyenangkan.
Bentuk-Bentuk
Reaksi Emosi
Reaksi amarah : hormon adrenalin
meningkat, menyebabkan gelombang energi yang cukup kuat untuk bertindak
dahsyat, maka tangan menjadi mudah menghantam lawan, detak jantung meningkat
Reaksi takut : kaki akan lebih mudah diajak mengambil langkah
seribu dan wajah menjadi pucat. Hal ini disebabkan karena di pusat-pusat emosi,
otak memicu terproduksinya hormon seperti adrenalin, yang membuat tubuh waspada
dan siap bertindak
Reaksi kebahagiaan: perubahan utama akibat timbulnya kebahagiaan
adalah meningkatnya kegiatan di pusat otak yang menghambat perasaan negatif dan
meningkatkan energi yang ada, dan menenangkan perasaan yang menimbulkan
kerisauan.
Reaksi perasaan cinta/kasih sayang,
dan kepuasan seksual, mencakup rangsangan parasimpatik (secara fisiologis lawan/antagonik
dari aktivitas simpatik), secara fisiologis adalah lawan mobilisasi “fight
or flight” yang sama-sama dimiliki oleh rasa takut, maupun amarah. Pola
parasimpatik, yang disebut “ respon relaksasi”, adalah serangkaian reaksi di
seluruh tubuh yang membangkitkan keadaan menenangkan dan puas, sehingga
mempermudah kerja sama
Reaksi
terkejut
Naiknya alis mata ketika terkejut
memungkinkan diterimanya bidang penglihatan yang leb lebar dan juga cahaya yang
masuk ke retina. Reaksi ini membuka kemungkinan lebih banyak informasi tentang
peristiwa tak terduga, sehingga memmudahkan memahami apa yang sebenarnya
terjadi dan menyususn rencana tindakan yang terbaik.
Reaksi
perasaan jijik :
Ungkapan ini tampak sama , dan memberi
pesan yang sama ; sesuatu yang menyengat rasa atau bau. Ungkapan wajah rasa
jijik ; bibir atas mengerut ke samping sewaktu hidung sedikit berkerut.
Reaksi perasaan sedih
Kesedihan menurunkan energi dan
semangat hidup untuk melakukan kegiatan sehari-hari, terutama kegiatan
penghambat waktu dan kesenangan. Bila kesedihan semakin mendalam dan mendekati
depresi, kesedihan akan meperlambat metabolisme tubuh, sehingga mengakibatkan
kehilangan energi. Fungsi pokok rasa sedih adalah untuk menolong menyesuaikan
diri akibat kehilangan yang menyedihkan, seperti kematian orang-orang dekat
atau kekecewaan besar
Emosi inti menurut
Paul Ekman
Macam macam emosi (
sesuai dengan emosi inti yang dikemukakan oleh Paul Ekman) :
Marah : beringas, mengamuk, benci,
jengkel,kesal, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan
Kesedihan : pedih , sedih, muram,
suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian ditolak, putus asa dan kalau
menjadi patologis: depresi berat
Rasa takut : cemas, takut, gugup,
khawatir, waswas, waspada, kalau menjadi patologis: fobia dan panik
Bahagia/senang/kenikmatan : gembira,
riang, puas, terhibur, bangga, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa
terpenuhi, senang sekali, patologis : maniak
Cinta : penerimaan, persahabatan,
kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasih, kasmaran
Malu : rasa salah, malu hati, hina,
aib,
Jijik : muak, mual, mau muntah, benci, yidak suka
Perkembangan Emosi
Pada saat dilahirkan seorang bayi
mengeluarkan tangisnya yang pertama,sebagai suara tangis untuk mengembangkan
paru-parunya
Tangis bayi selanjutnya merupakan
peristiwa emosi, kadang-kadang dijumpai bukan hanya sekedar mengeluarkan suara
tangisnya, melainkan sering pula badannya, tangan dan kakinya turut bergerak
saat menangis.
Emosi sebagai aspek psikologis,
berkembang mengikuti pola-pola perkembangan :
1.
Perkembangan dari keadaan sederhana
menuju keadaan yang matang
2. Perkembangan
dari yang bersifat umum ke khusus (terdiferensiasi)
Perkembangan emosi pada setiap tahap usia
perkembangan : 1. Masa bayi / infancy (lahir-2 tahun)
Saat dilahirkan : bayi merasakan suatu
kesenangan terhadap benda-benda disekitarnya termasuk individu-idividu lain,
seperti ibunya, sanak keluarga. Pada awal kehidupan reaksi emosi masih
sederhana pada umumnya hanya rasa senang dan tidak senang, dan pada usia 2
tahun sudah terjadi differensiasi
2.
Anak-anak awal (2-6 tahun): reaksi
emosi sudah bervariasi, walaupun yang seringkali ditampilkan adalah perasaan
marah
3.
Anak akhir (6/7-11/12 th) :
Reaksi
emosi semakin bervariasi dan mulai belajar mengendalikan emosi 4. Remaja (12/13
– 20/21 th) : seringkali menampilkan ketidakstabilan emosi
Pengaruh emosi bagi perilaku
Fungsi Emosi adalah :
Menyiapkan
kita untuk beraktivitas
Misalnya saat marah : beringas,
mengamuk, benci, jengkel, kesal, berang, tersinggung, menyiapkan kita untuk
bertindak melalui kompensasi positif atau negatif. Kompensasi positif seperti
tindakan olah raga, menyapu, membersihkan kamar mandi. Sedangkan tindakan
negatif meliputi peruasakan barang atau kata-kata kasar.
Membentuk tingkah laku
Pada keadaan bersamaan rangsangan
emosional dapat merangsang pengeluaran hormon adrenal lainnya yaitu adrenocorticothropin
(ACTH), sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke otot dan orang menjadi
lebih kuat, maka tangan menjadi mudah menghantam lawan. Kebiasaan-kebiasaan
kita yang didukung oleh Reward and punishment lingkungan akan
membentuk perilaku dan kebiasaan kita saat marah. Misalnya seorang anak
mempelajari bagaimana reaksi ayahnya ketika marah, kemudian menirunya (imitation
process)
Menolong kita
berinteraksi lebih efektif dengan orang lain
Suatu kondisi emosi tertentu (mis:
marah) akan merangsang sistem saraf otonom (sistem sarat simpatik dan
parasimpatik). Pada saat marah terjadi peningkatan aktivitas sistem sarat
simpatik yang meningkatkan pengeluaran hormon-hormon stres seperti epineprin
dan nor epineprin sehingga menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah
perifer yang akan meningkatkan frekuensi pernafasan, denyut jantung dan tekanan
darah,muka menjadi merah. Muka merah menandakan kita marah dan lebih efektif
menyampaiakan pesan sampai 60 % dibanding lewat kata-kata. Kata-kata hanya
efektif 10 %, suara 30 % dan bahasa atau ekspresi tubuh 60 %.
D. STRESS
1.
Pengertian Stress
Stress is a condition in which the
human system responds to changes in its norma balanced state (Taylor,
1997:755). Stress merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin ‘’Stingere’’
yang berarti ‘’ keras ‘’ (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring
dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu kewaktu dari straise,
strest, stresce, dan sress.
Abad ke–17
istilah stress
|
diartikan sebagai kesukaran,
kesusahan, kesulitan, atau
|
penderitaan. Pada abad ke-18
|
istilah ini digunakan dengan
lebih menunjukan kekuatan,
|
tekanan, ketegangan, atau usaha yang keras berpusat pada benda dan
manusia, ‘’ terutama kekuatan mental manusia ‘’.
Dari perkembangan
istilah stress ini dirumuskan diantaranya:
Psychological stres is : particular
relationship between the person and the environment that is appraised by the
person as taxing or exceeding his or her resources and endangering his or her
well – being ( Lazarus dan Folkman, 1984 ). Mc. Nerney
dalam Grenberg, (1984 ) menyebutkan stress sebagai reaksi fisik, mental,
dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan,
membingungkan, membahayakan, dan merisaukan seseorang.
Menurut Hardjana ( 1994 ) stres
sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang yang
menglami stress dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat orang yang
bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistim
sumber daya biologis, psilogis dan sosial yang ada padanya.
Definisi stress yang diberikan oleh
Selye ( 1982 ) adalah ‘’stress is the nonspecific result of any demand upon the
body be the mental or somatic’’, tubuh akan memberikan reaksi tertentu terhadap
berbagai tantangan yang di jumpai dalam hidup kita berdasarkan adanya perubahan
biologi dan kimia dalam tubuh.Stress sebagai respon adalah respon tubuh yang
tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang terganggu (adanya stresor) atau
reaksi individu terhadap stressor (Hans Selye, 1956). Misalnya individu stress
saat nilai ujiannya buruk, hal itu merupakan respon dari hilangnya kebutuhan
untuk dianggap pandai, diakui, diperhitungkan atau terganggunya kebutuhan
aktualisasi diri.
Stress sebagai transaksi, stres adalah
hubungan tertentu antara individu dan lingkungannya yang dinilai oleh individu
sebagai sesuatu yang melebihi sumber daya dan membahayakan kesehatannya
(Lazarus and Folkman, 1984)
Stress sebagai stimulus yaitu Setiap
kejadian/perubahan di dalam kehidupan atau serangkaian situasi yang menyebabkan
respon yang meningkatkan resiko terjadinya sakit (Lyon and Werner,1987).
Menurut prof. Dr. Dadang Hawari;
Istilah stres dan depresi seringkali tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya. Setiap permasalahan kehidupan yang menimoa pada diri seseorang
(stresor psikososial ) dapat mengakibatkan gangguan fungsi/faal oragan tubuh.
Reaksi tubuh (fisik) ini dinamakan stress; dan manakala fungsi organ-organ
tubuh itu sampai terganggu dinamakan di stress. Sedangakasn depresi adalah
reaksi kejiwaan seseorang terhadap strestor yang dialaminya. Oleh karena dalam
diri manusia itu antara fisik dan psikis (kejiwaan) itu tidak dapat di pisahkan
satu dengan lainnya (saling mempengaruhi);
2. Model
Stress
a. Model
Stress berdasarkan Stimulus.
Model stimulus berdasarkan pada analogi sederhana
dengan hukum elastisitas, Hooke menjelaskan hukum elastisitas untuk menguraikan
bagaimana beban dapat menimbulkan keruksakan, jika strain yang dihasilkan oleh
stres yang diberikan berada pada batas elestisitas dari material tersebut akan
kembali kekondisi semula, tetapi jika strain yang dihasilkan melampaui batas
elastisitasnya maka kerusakan akan terjadi.
Pendekatan model stimulus ini mengangap stress
sebagai ciri-ciri dari stimulus lingkungan yang dalam beberapa hal dianggap
mengganggu atau merusak, model yang digunakan pada dasarnya adalah stressor
eksternal akan menimbulkan reaksi stres atau strain dalam diri individu,
pendekatan ini menepatkan stres sebagai sesuatu yang dipelajari dan menekankan
pada stimulus apa yang merupakan diagnosa stress. Hal ini memandang stres tanpa
suatu tuntutan yang berasal, pasti mendatangkan stres tanpa memandang bagaimana
sumber daya individu.
Kelemahan dari model stimulus ini adalah
kegagalanya dalam memperhitungkan cara orang menyatakan realita dari stimulus
lingkungan terhadap respon, misalnya beberapa perawat menyatakan bahwa bekerja
dilingkungan RSJ Bandung memberikan tantangan sementara perawat lain menyatakan
hal ini merupakan lingkungan pekerjaan yang selalu menimbulkan stress.
b. Model Stres
berdasarkan Respon.
Model ini mengidenfisikasi stres sebagai respon
individu terhadap stressor yang diterima, Selye ( 1982 ) menjelaskan stres
sebagai respon non – spesifik yang timbul terhadap tuntutan lingkungan, respon
umum ini disebut sebagai General adaptation Syndrome ( GAS ) dan dibagi
dalam tiga fase yaitu fase sinyal, fase perlawanan, dan fase keletihan. Reaksi
alarm merupakan respon siaga ( fight or flight). Pada fase ini terjadi
peningkatan cortical hormone, emosi, dan ketegangan.
Fase perlawanan ( resistance ) terjadi bila
respon adaptif tidak mengurangi persepsi terhadap ancaman, reaksi ini ditandai
oleh hormone cortical yang tetap tinggi. Ushan fisilogis untuk mengatasi stres
mencapai kapasitas penuh, dan perlawanan melalui mekanisme pertahanan diri dan
strategi mengatasi stres. Sedangkan reaksi kelelahan yaitu perlawanan terhadap
stres yang berkepanjangan mulai menurun, fungsi otak tergantung oleh perubahan
metabolisme, sistem kekebalan tubuh menjadi kurang efisien dan penyakit yang
serius mulai timbul pada saat kondisi menurut.
c. Model Stres
berdasarkan Transaksional.
Pendekatan ini mengacu pada interaksi yang timbul
antara manusia dan lingkungannya. Antar variable lingkungan dan individu
terhadap proses penilaian kognitif ( cognitive appraisal ) yang
menjadi mediatornya. Studi yang berlandaskan pada pendekatan ini menyimpulkan
bahwa kita tidak akan dapat memprediksikan penampilan seseorang hanya dengan
mengenali stimulus, individu bervariasi dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya yaitu dengan melakukan koping terhadap berbagai tuntutan.
Tiga tahap dalam mengukur potensial yang
mengandung stress yaitu pengukuran suatu situasi pontesial mengandung stres
yaitu : (1 ) Pengukuran primer ; menggali persepsi individu terhadap masalah
saat ia menilai tantangan atau tuntutan yang menimpanya, ( 2 ) Pengukuran
sekunder; mengkaji kemampuan seseorang atau sumber – sumber tersedia diarahkan
untuk mengatasi masalah, ( 3 )Pengukuran tersier, berfokus pada perkiraan
keefektifan perilaku koping dalam mengurangi dan menghadapi ancaman.
3.
Psikofisiologi Stres
Menurut Selye ( 1982 ) stres merupakan tanggapan
non – spesifik terhadap setiap tututan yang diberikan pada suatu organisme dan
digambarkan sebagai GAS. Konsep ini menujukan reaksi stres dalam tiga fase
yaitu fase sinyal ( alarm ), fase perawanan ( resistance ), dan fase
keletihan ( exhaustion ). Ilustrasi dari ketiga fase tersebut dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.1
Ilustrasi Reaksi Stres Selama 3 Fase (Selye, 1982)
Dikutip dari :
Psychology Health (Taylor. S, 1991)
Tahap sinyal adalah mobilisasi awal dimana badan menemui tantangan
yang diberikan oleh penyebab stres. Ketika penyebab stres ditemukan, otak
mengirimkan suatu pesan
biokimia kepada semua sistem tubuh. Pernafasan meningkat, tekanan
darah naik, anak mata membesar, ketegangan otot naik, dan seterusnya.
Jika penyebab stres terus aktif, GAS beralih
ketahap perlawanan. Tanda- tanda masuknya tahap perlawanan termasuk keletihan,
ketakutan dan ketegangan.
Pribadi yang mengalami tahap ini kini melawan
penyebab stres. Sementara perlawanan terhadap suatu penyebab stres khusus
mungkin tinggi selama tahap ini, perlawanan terhadap stres lainnya mungkin
rendah; seseorang hanya memiliki sumber energi terbatas, konsentransi dan
kemampuan untuk menahan penyebab - penyebab stres. Individu – individu sering
lebih mudah sakit selama periode stres dari pada waktu lainnya.
Tahap terakhir GAS adalah keletihan. Perlawanan pada penyebab
stres yang sama dalam jangka panjang dan terus menerus mungkin akhirnya
menaikan penggunaan energi penyesuaian yang bisa dipakai, dan sistem menyerang
penyebab stres menjadi letih.
Menurut Fortuna ( 1984 ) seperti halnya dengan
gangguan fisik respon terhadap ancaman juga mempunyai resiko terhadap emosi dan
kognitif ( Abraham dan Shaley, 1997 ), orang mengalami stres akan menujukan
penurunan konsentrasi, perhatian dan kemuduran memori. Keadaan ini akan
menyebabkan kesalahan dalam memecahkan masalah dan penurunan kemampuan dalam
merencanakan tindakan. Dampak lain mengakibatkan semakin banyak tuntutan pada
orang yang mengalami stres, kondisi ini menyebabkan ketindakmampuan menjalin
hubungan dengan orang lain, dalam menghadapi stres individu lebih sensitif dan
cepat marah. Mereka juga sulit untuk rileks, merasa tidak berdaya, depresi dan
cenderung hipokondria.
Pengaruh pada kognitif dan emosi ini mendorong
terjadinya perubahan perilaku pada orang yang mengalami stres berkepanjangan.
Perubahan ini meliputi penurunan minat dan aktifitas, penurunan energi, tidak
masuk atau terlambat kerja, cenderung mengekpresikan pandangan sinis pada orang
lain atau rekan kerja serta melemahkan tanggung jawab.
Fase keletihan terjadi bila fungsi fisik dan
psikologis seseorang telah sangat lemah sebagai akibat kerusakan selama fase
perlawanan. Bila reaksi ini berlanjut tanpa adanya pemulihan, akan memacu
terjadinya penyakit karena ketidakmampuan dalam mengatasi tuntutan lingkungan
yang dirasakan Fase keletihan ini merupakan tahap kepayahan dimana seseorang
dapat dikatakan telah mempunyai masalah kesehatan yang serius.
4. Penyebab
Stress dan Stresor Psikososial
Banyak faktor yang dapat menimbulkan
stres, faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres ini disebut ”stressor”.
Faktor-faktor psikososial cukup mempunyai arti bagi terjadinya stress pada diri
seseorang. Manakala tuntutan pada diri seseorang itu melampauinya, maka keadaan
demikian disebut distress. Stress dalm kehidupan adalah suatu hal yang tidak
dapat dihindari. Masalahnya adalah bagaimana manusia hidup dengan stress tanpa
harus mengalami distress.
Macam-macam stresor
adalah :
a.
Stresor yang bersumber dari pribadi
Kepribadian dan persepsi memainkan
peranan penting terhadap tinggi rendahnya stres. Saat seseorang mempersepsikan
bahwa perceraian itu adalah sesuatu yang sangat menyakitkan dan tidak ada jalan
keluarnya, maka individu akan merasakan makin stress.
Beberapa tipe kepribadian lebih mudah terkena stress dibading tipe
kepribadian lainnya. Orang dengan tipe kepribadian A, emosinya tinggi, sehingga
lebih mudah terkena stres. Ciri kepribadian A : sangat kompetitif,
terburu-buru, agresif,
ambisius,
keinginan sukses besar, tidak sabar, perfeksionis, mudah tersinggung dan mudah
tegang.
Sumber stres bisa juga berupa perubahan: pindah kerja, menikah
atau peristiwa traumatik
b.
Stresor pekerjaan
Profesi-profesi tertentu ternyata
mempunyai potensi lebih besar dibandingkan profesi lainnya.
Profesi tersebut : polisi, pemadan kebakaran, dokter, perawat,
petani, pekerja tambang, sekretaris, masinis dll
c.
Stresor lingkungan
Beberapa lingkungan fisik dapat
menimbulkan stres, seperti : suara gaduh/bising, ribut, berantakan, tidak
teratur. Kondisi penuh sesak, temperatur ruangan yang tinggi (gerah),
pencahayaan yang menyilaukan, polusi udara ,menataan mebeuler yang tidak nyaman,
polusi udara, limbah kimia dll.
d.
Stresor dalam presfektif Agama
Firman Allah surah Al Baqarah ayat 155
: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S. 2: 155) . Sedangkan Firman Allah
surah Al-Maidah ayat 19-23 : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh
kesah lagi kikir, apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila
ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan
sholat, yang mereka itu tetap mengerjakan sholat.” (Q.S. 70 : 19-23).
e.
Stresor Psikososial
Stresor psikososial
adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang (anak, remaja, atau dewasa); sehingga orang itu terpaksa mengadakan
adaptasi atau menanggulangi stresor yang timbul. Namun, tidak semua mampu
mengadakan adaptasi dan mampu menanggulanginya, sehingga timbulah kelluhan-keluhan
kejiwaan, antara lain depresi. Pada umumnya jenis streor psikososial dapt
digolongkan sebagai berikut :
1.
Perkawinan
Berbagai permasalahan perkawinan
merupakan sumber stress yang dialami seseorang; misalnya pertengkaran,
perpisahan (separation), perceraian, kematian salah satu pasangan,
ketidaksetiaan, dan lain sebagainya. Stresor perkawinan ini dapat menyebabkan
seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan
2. Problem Orangtua
Permasalahan yang dihadapi orangtua,
misalnya tidak punya anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit;
hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan dan lain sebagainya.
Permsalahan tersebut diatas merupakan suber stress yang pada gilitrannya
seseorang dapat jatuh dalam depresi dan kecemasan.
3. Hubungan Interpersonal (Antar Pribadi)
Gangguan ini dapat berupa hubungan
dengan kawan dekat yang mengalami konflik, komflik dengan kekasih, antara
atasan dan bawahan, dan lain sebagainya. Konflik hubungan interpersonal ini
dapat merupakan sumber stress bagi seseorang , dan yang bersangkutan dapt
mengalami depresi dan kecemasan karenanya.
4.
Pekerjaan
Masalah pekerjaan merupakan sumber
stress kedua setelah mesalah perkwinan. Banyak orang menderita depresi dan
kecemasan karena masalah pekerjaan ini, misalnya pekerjaan terlalu banyak,
pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pension, kehilangan
pekerjaan (PHK), dan lain sebagainya.
5. Lingkungan Hidup
Kondisi lingkungan yang buruk besar
pengaruhnya bagi kesehatan seseorang, misalnya soal perumahan, pindah tempat
tinggal, penggusuran, hidup dalam lingkungan yang rawan (Kriminalitas) dan lain
sebagainya. Rasa tercekam dan tidak merasa aman ini amat mengganggu ketenangan
dan ketentraman hidup, sehingga tidak jarang orang jatuh kedalam depresi dan
kecemasan.
6. Keuangan
Masalah keuangan (kondisi
social-ekonomi) yang tidak sehat, misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari
pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan, dan lain
sebagainya. Problem keuangan amat berpengaruh pada kesehatan jiwa seseorang dan
seringkali masalah keuangan ini merupakan faktor yang membuat seseorang jatuh
dalam depresi dan kecemasan.
7. Hukum
Keterlibatan seseorang dalam masalah
hukum dapat merupakan sumber stress pula, misalnya tuntutan hukum, pengadilan,
penjara, dan lain sebagainya. Stress di bidang hukum ini dapat menyebabkan
seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.
8.
Perkembangan
Yang dimaksud disini adalah masalah
perkembangan baik fisik maupun mental seseorang, misalnya masa remaja, masa
dewasa, menopause, usia lamjut, dan lain sebagainya. Kondisi setiap perubahan
fase-fase tersebut diatas, untuk sementara individu dapat menyebabkan depresi
dan kecemasan; terutama pada mereka yang mengalami menopause atau usia lanjut.
9. Penyakit Fisik atau Cidera
Sumber stress yang dapat menimbulkan depresi dan kecemasan di sini
adalah antara lain : penyakit, kecelakaan, operasi/pembedahan, aborsi, dan lain
sebagainya. Dalam hal penyakit yang banyak menimbulkan depresi dan kecemasan
adalah penyakit kronis, jamtung, kanker dan sebangsanya. Dr. Harold Jogge dari Pusat
Pengendalian Penyakit Amerika Serikat, menyatakan bahwa tahun (1995) AIDS
merupakan pembunuh nomor satu, bukan lagi penyakit jantung koroner). Dr. Holmes
memberikan gambaran tentang perubahan-perubahan baik yang menyenangkan atau
yang menyusahkan dalam kehidupan seseorang dengan menggunakan angka-angka yang
terkenal dengan istilah skala Holmes.
10. Faktor Keluarga
Yang dimaksud di sini adalah faktor
stress yang dialami oleh anak dan remaja yang disebabkan karena kondisi
keluarga yang tidak baik (yaitu sikap orangtua), misalnya :
a.
Hubungan kedua orang tua yang dingin,
atau penuh ketegangan, atau acuh tak acuh.
b.
Kedua orangtua jarang di rumah dan
tidak ada waktu untuk bersama dengan anak-anak.
c.
Komunikasi antara orang tua dan anak
yang tidak baik
d.
Kedua orang tua berpisah atau bercerai
e.
Salah satu orang tua menderita
gangguan jiwa/kepribadian
f.
Orang tua dalam pendidikan anak kurang
sabar, pemarah, keras dan otoriter, dan lain sebagainya.
11. Lain-lain
Stresor kehidupan lainnya juga dapat
menimbulkan depresi dan kecemasan adalah antara lain, bencana alam, kebakaran,
perkosaan, kehamilan di luar nikah, dan lain sebagainya. Sebagian besar
pekerjaan dengan waktu yang sangat sempit ditambah lagi dengan tuntutan harus
serba cepat dan tepat membuat orang hidup dalam keadaan ketegangan (stres).
Suatu penelitian di kalangan karyawan Amerika yang tergolong white collar
employees, menyebutkan bahwa 44% dari mereka termasuk yang dibebani
pekerjaan yang terlampau berat (over load). Mereka menunjukkan berbagai
kelainan yang dapat dikelompokkan dalam impairment of behavior atau emotional
disturbances. Dalam pada itu para pemimpin perusahaan dikejutkan oleh besarnya
ongkos yang dikeluarkan untuk biaya pengobatan/perawatan dan kehilangan jam
kerja. Dalam suatu penelitian nasional yang dilakukan, dikemukakan bahwa
kerugian dari sector ini saja diperkirakan meliputi jumlah antara 50 hingga 75
miliyar dollar setahunnya. Hal ini berarti lebih dari 750 dollar Amerika untuk
setiap rata-rata karyawan Amerika.
Pengangguran membawa
pengaruh bagi kesehatan jiwa. Sumber stress terpenting bukanlah hakikat
kehilangan pekerjaan itu sendiri, tetapi lebih bersifat perubahan-perubahan
domestic dan psikologis yang berjalan secara perlahan-perlahan. Hal ini lambat
laun membahayakan kesehatan individu yang bersangkutan.
Dalam salah satu
penelitiannya Prof. M. Harvey Brenner dan Universitas John Hopkins,
mengemukakan bahwa untuk tiap 1% kenaikan pengangguran di Amerika Serikat
tercatat :
a.
1,9 % kenaikan kematian akibat penyakit
jantung dan pembuluh darah
b.
4,1% kenaikan kematian akibat bunuh
diri.
c.
4,3% kenaikan perawatan bagi pasien
baru laki-laki di rumah sakit jiwa.
d.
2,3% kenaikan perawatan bagi pasien
baru wanita di rumah sakit jiwa.
Suatu penelitian yang
dilakukan oleh Dr. Thomas Holmes dari Universitas Washington terhadap para
eksekutif (mereka yang bergerak di bidang usaha dan politik), menunjukkan bahwa
80% dari responden mengalami stress, depresi, kecemasan dan penyakit gawat
lainnya.
Perubahan-perubahan serba cepat di bidang
perdagangan, social, politik, dan lain-lain, membuat para eksekutif sering
terkena tekanan (stress). Dengan menjadi berlipat gandanya tuntutan, baik dalam
kehidupan perorangan/perkawinan maupun perusahaan, maka dalam upaya melayani
seseorang yang melampau batas kemampuan fisik dan mentalnya.
Tantangan-tantangan yang pernah dihadapinya merupakan pendorong dan motivasi,
kini mengancam ketepatgunaannya selaku pimpinan dan pengambil keputusan,
semata-mata karena jumlahnya yang banyak. Oleh karena itu tidaklah mengherankan
kalau 80% dari mereka terkena stress, kecemasan dan depresi dengan berbagai
komplikasi di bidang penyakit fisik lainnya.
Dalam salah satu penelitian lainnya disebutkan
bahwa kini di Amerika Serikat terdapat enam penyebab kematian utama yang erat
hubungannnya dengan stress dan kecemasan, yaitu
:
a.
Penyakit jantung koroner
b.
Kanker
c.
Paru-paru
d.
Kecelakaan
e.
Pengerasan hati
f.
Bunuh diri
5. Tahap stres individu
a.
Tahap Reaksi Alarm (tanda keadaan
bahaya)
Respon saraf simpatis meningkat: tiba-tiba, sesaat dan bersifat
melindungi
Peningkatan aktivitas saraf
simpatis menyebabkan pengeluaran epineprin dan norepineprin, menyebabkan
peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan nafas
Fight or flight :
respon dimana individu harus bersiap-siap untuk melakukan tindakan yaitu
melawan atau melarikan diri
Kelenjar limfe /kelenjar getah bening mengecil Kelenjar adrenal
membesar (hiperthropi)
Ambang hormonal meningkat
Terjadi penurunan/peningkatan BB
b.
Tahap pertahanan (stage of
resistance) /adaptasi BB kembali normal
Kelenjar adrenal dan limfe kembali normal Ambang
hormonal kembali normal
Peningkatan aktivitas saraf parasimpatis
c.
Tahap kehabisan tenaga /kelelahan yang
sangat ( stage of exhaustion)
Apabila stres tidak dapat diatasi/
tubuh tidak dapat beradaptasi terhadap stresor, maka tubuh atau salah satu
bagiannya menyerah dan mati atau terjadi :
Pembesaran / penciutan kelenjar adrenal Pembesaran
atau disfungsi kelenjar limfe
Peningkatn/penyusutan ambang hormonal
secara menetap, berkepanjangan dan akhirnya sakit bahkan meninggal
6. Respon
Individu Terhadap Stres
Respon/reaksi tubuh (fisiologis )
Pada umumnya tubuh akan bereaksi
terhadap stresor, berupa respon darurat atau respon internal lainnya. Jika
ancaman dapat diselesaikan maka respon darurat akan segera menghilang dan
keadaan fisiologis tubuh menjadi normal
Ada dua jenis respon tubuh/fisiologis terhadap stres, respon
tersebut berupa upaya tubuh untuk menyesuaikan diri terhadap stress. Yang
pertama adalah LAS : Local Adaptation Syndroma, yaitu reaksi
tubuh yang bersifat lokal/penyesuaian lokal. Misal: proses peradangan
ditempat masuknya mikroorganisme. Selanjutnya disebut GAS : General
Adaptation Syndroma. yaitu adaptasi tubuh yang terjadi secara umum.
7. Reaksi/respon
Psikologis tubuh terhadap stress
Situasi stres menghasilkan reaksi
emosional mulai dari kegembiraan (jika peristiwa menuntut tetapi dapat
diatasi), sampai emosi seperti: kecemasan, kemarahan, kekecewaan, dan depresi.
Jika situasi stres terus
terjadi maka emosi kita mungkin akan berpindah dan bolak balik diantara
emosi-emosi tersebut, tergantung pada keberhasilan kita mengatasinya.
Terdapat
respon/reaksi kognitif: sulit melakukan konsentrasi dan mengorganisasikan
pikiran secara logis
8. Tingkatan
Stress
Gangguan stress
biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan seringkali kita
tidak menyadari. Namun meskipun demikian dari pengalaman praktek psikiatri,
para ahli mencoba membagi stress tersebut dalam enam tahapan. Setiap tahap
memperlihatkan sejumlah gejala-gejala yang dirasakan oleh yang bersangkutan,
hal mana berguna bagi seseorang dalam rangka mengenali gejal stress sebelum
memeriksakannya kae
dokter.
Petunjuk-petunjuk tahapan stress tersebut dikemukakan oleh Dr. Robert J. Van
Amberg, psikiater sebagai berikut :
1. Stres tingkat I
Tahapan ini merupakan tingkat stress yang paling
ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :
a.
Semangat besar
b.
Penglihatan tajam tidak sebagaimana
biasanya
c.
Energi
dan gugup berlebihan,
kemampuan menyelesaikan pekerjaan
lebih dari
biasanya.
Tahapan ini biasanya menyenangkan dan
orang lalu bertambah semangat, tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya
sedang menipis.
2. Stress tingkat II
Dalam tahapan ini
dampak stress yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan
dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan
yang sering dikemukakan sebagai berikut :
a.
Merasa letih sewaktu bangun pagi
b.
Merasa lelah sesudah makan siang
c.
Merasa lelah menjelang soare hari
d.
Terkadang gangguan dalam system
pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang-kadang pula jantung
berdebar-debar.
e.
Perasaan tegang pada otot-otot
punggung dan tengkuk (belakang leher)
f.
Perasaan tidak bisa santai
3.
Stress tingkat III
Pada tahapan ini
keluhan keletihan semakin nampak disertai dengan gejala-gejala :
a.
Gangguan usus lebih terasa (sakit
perut, mulas, sering ingin ke belakang)
b.
Otot-otot terasa lebih tegang
c.
Perasaan tegang yang semakin meningkat
d.
Gangguan tidur (sukar tidur, sering
terbangun malam dan sukar tidur kembali, atau bangun terlalu pagi)
e.
Badan terasa oyong, rasa-rasa mau
pingsan (tidak sampai jatuh pingsan).
Pada tahapan ini penderita sudah harus
berkonsultasi pada dokter, kecuali kalau beban stress atau tuntutan-tuntutan
dikurangi, dan tubuh mendapat kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi,
guna memulihkan suplai energi.
4. Stress tingkat IV
Tahapan ini sudah
menunjukkan keadaan yang lebih buruk yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
a.
Untuk bisa bertahan sepanjang hari
terasa sangat sulit
b.
Kegiatan-kegiatan yang semula
menyenangkan kini terasa sulit
c.
Kehilangan kemampuan untuk menanggapi
situasi, pergaulan social dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.
d.
Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi
menegangkan dan seringkali terbangun dini hari.
e.
Perasaan negativisik
f.
Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam
g.
Perasaan takut yang tidak dapat
dijelaskan, tidak mengerti mengapa.
5. Stress tingkat V
Tahapan ini merupakan
keadaan yang lebih mendalam dari tahapan IV diatas, yaitu :
a.
Keletihan yang mendalam (physical and
psychological exhaustion)
b.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu.
c.
Gangguan system pencernaan (sakit maag
dan usus) lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses cair dan
sering ke belakang.
d.
Perasaan takut yang semakin menjadi,
mirip panic.
6.
Stress tingkat VI
Tahapan ini merupakan
tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat. Tidak jarang penderita
dalam tahapan ini di bawa ke ICCU. Gejala-gejala pada tahapan ini cukup
mengerikan.
a.
Debar jantung terasa amat keras, hal
ini disebabkan zat adrenalin yang dikeluarkan, karena stress tersebut cukup
tinggi dalam peredaran darah.
b.
Nafas sesak, megap-megapa
c.
Badan gemetar, tubuh dingin, keringat
bercucuran
d.
Tenaga untuk hal-hal ayang ringan
sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan atau collaps.
Bilamana diperhatikan,
maka dalam tahapan stress di atas, menunjukkan manifestasi di bidang fisik dan
psikis. Di bidang fisik berupa kelelahan, sedangkan di bidang psikis berupa
kecemasan dan depresi. Hal ini dikarenakan penyediaan energi fisik maupun
mental yang mengalami defisit terus-menerus. Sering buang air kecil dan sukar
tidur merupakan pertanda dari depresi.
9. Hubungan
Antara Stres Dengan Sakit
Hubungan Stres da penyakit bukanlah hal baru . Selama berabad-abad
para dokter sudah menduga bahwa emosi dapat mempengaruhi kesehatan seseorang
secara berarti Beberapa faktor yang saling berinteraksi di dalam tubuh dapat
menyebabkan atau
memperburuk penyakit
Faktor-faktor tersebut meliputi:
sistem saraf, hormonal, dan sistem imun, dimana hal ini dapat terpacu kerjanya
akibat kondisi stres dan reaksi emosional yang negatif
Pelepasan hormon stres seperti
adrenalin yang terjadi dengan cepat dan berulang kali dalam respon fight or
flight pada kondisi stres akan menyebabkan organ tubuh tertentu menjadi
rusak.
Diketahui bahwa beberapa hormon stres sebenarnya “memakan” sel-sel
darah putih sehingga menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh
kondisi stres:
1.
Sakit kepala karena tegang, terjadi
karena kontraksi otot di dahi, mata, leher dan rahang
2.
Sakit kepala migrain, disebabkan
karena peningkatan aliran darah dan sekresi biokimia ke bagian kepala. Pada
sebagian kasus migrain dianggap berkaitan dengan ketidakmampuan menyalurkan
marah dan frustasi.
3.
Masalah di lambung (ulcus dan
colitis), disebabkan oleh sekresi cairan lambung (asam lambung) yang
berlebihan yang mengikis lapisan dalam lambung dan penyebabkan peradangan.
4.
Penyakit jantung koroner, ada dua
faktor yang mempengaruhi : Berkaitan dengan
tekanan
darah tinggi dan adanya pelepasan kortisol (hormon yang dikeluarkan oleh
kelenjar adrenal, dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah
5. Influenza, dapat
disebabkan oleh kondisi stres akibat sistem imun yang melemah
10. Managemen
Stres
Ada lima cara
menangani stres:
1.
Mengurangi situasi stres
a.
Melalui kebiasaan, setiap orang mempunyai kebiasaan yang unik yang
membantu menyelesaikan kegiatan sehari-hari. Contoh: seorang ibu yang
memutuskan berhenti
bekerja dan tinggal di rumah merawat
anak. Setelah anaknya sekolah, timbul stres karena kegiatan/kebiasaannya
berubah. Untuk itu ia perlu dibantu untuk mengembangkan kebiasaan baru
b.
Menghindari perubahan, menghindari
perubahan dengan membatasi perubahan yang tidak diperlukan dan yang dapat
dihindari. Ada orang yang stress setelah mejanya dibereskan karena menurtu
kebiasaanya benda-benda mudah ditemukan dalam kondisi berantakan.
c. Time blocking. Alokasi atau
membatasi waktu atau menyediakan kurun waktu tertentu untuk menfokuskan diri beradaptasi
dengan stresor. Keuntungan alokasi waktu adalah mengembangkan atau membangun
klien mencapai tujuan. Klien menggunakan waktu dan sumber lebih efektif.
Misalnya setelah tertunda beberap lama laporan-laporan yang belum selesai maka
ia luangkan waktu khusus untuk menyelesaikannya.
d.
Time management. Tehnik ini berguna
untuk klien yang tidak dapat mengerjakan berbagai hal pada waktu yang sama.
Klien membuat daftar tugas yang harus dilaksanakan dan membuat prioritas tugas
yang lebih penting.
2.
Modifikasi lingkungan. Merubah
lingkungan yang merupakan sumber stres secara realistis akan mengurangi stres.
Jika klien dapat mengendalikan/mengontrol lingkungan berarti stres dapat
diatasi. Misalnya saat terjadi kebocoran atap klien menjadi stress tetapi akan
menurun bila klien sanggup memperbaikinya.
3.
Mengurangi respon fisiologis terhadap
stres dengan cara Latihan teratur atau olah raga yang teratur meningkatkan
tonus otot, stabilitas BB, mengurangi, ketegangan dan relaksasi. Program
latihan berguna untuk mengurangi dampak stres seperti; hipertensi, kelebihan
berat badan, ketegangan, sakit kepala, kelelahan, keletihan mental/ sensitif
dan depresi.
4.
Diet / nutrisi. Nutrisi dan
latihan/olah raga sangat berhubungan. Makanan memberi tenaga untuk melakukan
kegiatan dan kegiatan/latihan meningkatkan sirkulasi dan distribusi makanan ke
jaringan. Makanan yang buruk meningkatkan respon stres.
5. Relaksasi, distraksi dan
Istirahat. Istirahat dan tidur diperlukan untuk menyegarkan tubuh dan
bermanfaat untuk ketenangan mental. Untuk itu klien perlu belajar relaksasi
untuk dapat tertidur. Secara umum tehnik relaksasi sangat penting untuk
diketahui dan dikuasai oleh perawat agar dapat melatih klien. Relaksasi dimulai
dari pengenduran otot-otot di seluruh tubuh. Dilanjutkan dengan pengelolaan
pernafasan, selanjutnya pemberian sugesti ekdtrenal oleh perawat kepala atau
perawat senior sesuai dengan output yang dikehendaki. Outputnya dapat berupa
kepasrahan, rasa syukur, pelepasan energi negatif dan kemarahan, relaks sampai
tertidur atau ekspresi emosi sampai menangis.
E. DEPRESI
1. Pengertian depresi
Secara garis besar ada beberapa proses
yang berperan dalam terciptanya suatu perilaku manusia. Pertama adalah proses
kognisi yang meliputi : Sensasi, Persepsi, Perhatian, Ingatan, Asosiasi,
Pertimbangan, Pikiran, dan Kesadaran. Kedua adalah unsur kemauan, sedangkan
yang ketiga adalah aspek emosi dan afek serta yang terakhir adalah psikomotor
Keempat komponen tersebut pada kenyataannya merupakan satu kesatuan yang sulit
dipisah-pisahkan serta saling berinteraksi dalam lingkungan internal individu.
Perasaan (mood)
merupakan bagian dari emosi dan afek. Seperti halnya kognitif, kemauan, dan
psikomotor, maka emosi serta afek klien dapat mengalami gangguan. Mood adalah
perasaan Suasana hati yang mewarnai seluruh kehidupan psikis seseorang dan
mempengaruhi seseorang dalam waktu yang lama, Misalnya seseorang yang sedih
malas untuk berkomunikasi, makan, bekerja dsb.
Depresi merupakan
bentuk gangguan alam perasaan. Menurut John W. Santrock, (1991:490) dalam
Psychology The Science of Mind & behavior; Mood disorder are psychological
disorder characterized by wide emotional swings, ranging from deep depression
to great euphoria and agitation. Depression can occur alone, as in major
depression, or it can alternate with mania, as in bipolar disorder. Gangguan
alam perasaan adalah kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama
emosional seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan
(euphoria), dan gerak yang berlebihan (agitation). Depresi dapat terjadi secara
tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam bentuk lain seperti mania sebagai
gangguan tipe Bipolar.
Menurut Patricia D.
Barry (1998:302) dalam Mental Health and mental Ilness menjelaskan The
affective mental disorders include those mental conditions that cause a change
in a person’s mood (also known as affect) or emotional state for prolonged
period of time. The changed emotional state may be depression, elation, or
combination occuring in alternate cycles. Gangguan mental afektif (gangguan
alam perasaan) meliputi kondisi mental yang menyebabkan perubahan alam
perasaan seseorang (yang dikenal dengan afek) atau keadaan emosional dalam
periode waktu yang panjang. Perubahan keadaan emosional tersebut dapat berupa
depresi, kegembiraan atau kombinasi dari berbagai siklus (tipe).
Sedangkan menurut Gerbing
(1990:548) dalam Psychology Boundaries & frontiers,
Mood disorder may be characterized by
a deep, forbidding depression, or a combination of depression and euphoria. In
essence, the person with mood disorder is either deeply depressed or alternates
between periods of depression and elation. Gangguan mood
dapat dicirikan dengan depresi yang dalam, atau kombinasi dari depresi
dan gembira yang berlebihan. Dengan kata lain individu dengan kelainan mood
selain depresi yang mendalam dapat berupa periode elasi (keceriaan) dan
depresi.
Menurut Clinton Nelson
(1996) dalam Mental Health Nursing practice A mental disorder
exhibiting prominent and persistent mood and affect changes that are
pathological. The most serious mood disorder are depression and mania. Mood
refers to the internal emotional state of an individual , such as ‘I am happy,
I am angry, I am sad’. Affect refers to the external expression of emotional
content such as facial expression, or posture indicating feelings of sadness or
anger.
Gangguan mental yang memperlihatkan
perubahan suasana perasaan menonjol dan menetap dan bersipat patologis.
Sebagian besar gangguan alam perasaan berupa depresi dan mania. Alam perasaan (mood)
merujuk pada keadaan emosional internal dari individu, seperti “saya merasa
bahagia, saya marah, saya merasa sedih’ . Affect merujuk pada tampilan
luar dari ekspresi emosi seperti mimik wajah, atau postur tubuh yang menunjukan
perasaan sedih atau marah.
2. Rentang respon emosidan posisi
depresi
Emotional
|
Reaksi
|
Supresi
|
Reaksi kehilangan
|
Mania atau
|
Responsive
|
kehilangan
|
yang
memanjang
|
depresi
|
|
yang wajar
|
Rentang respon emosi seseorang yang
normal bergerak secara dinamis. Tidak merupakan suatu titik yang statis dan
tetap. Dinamisasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
organobiologis, psikoedukatif, sosiokultural. Pada klien yang mengalami
gangguan alam
perasaan reaksinya cenderung menetap
dan memanjang. Tetapi hal tersebut juga sangat tergantung pada tipe gangguan
alam perasaannya. Apakah termasuk tipe manik, depresif atau kombinasi dari
keduanya. Rentang respon emosi bergerak dari emotional responsive sampai
mania/depresi dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Responsive : Klien lebih terbuka, menyadari perasaannya, dapat berpartisipasi
dengan dunia internal (memahami harapan dirinya) dan dunia eksternal
(memahami harapan orang lain).
Reaksi kehilangan yang wajar : Klen merasa bersedih, Kegiatan sehari hari klien berhenti (mis
: bekerja, sekolah,), pikiran dan perasaan klien lebih berfokus pada diri
sendiri tetapi semua hal tersebut berlangsung hanya sementara.
Supresi : Merupakan tahap awal dimana coping individu termasuk maladaptif,
klien menyangkal perasaannya sendiri, klien berusaha menekan atau
mengalihkan perhatiannya terhadap lingkungan. Apabila fase ini berlangsung
terus menerus (memanjang) maka hal tersebut dapat menggangu individu.
Depresi : Gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang
berlebihan, murung, tidak bersemangat, perasaan tak berharga, merasa
kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, tidak berminat terhadap ADL
sampai ada ide bunuh diri.
3. Faktor predisposisi gangguan
mood.
Berbagai teori telah diajukan untuk
menjelaskan gangguan alam perasaan yang parah. Teori ini menunjukan rentang
faktor-faktor penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi.
a. Genetic factor
faktor genetik dianggap mempengaruhi
transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga atau keturunan. Hal ini
disepakati bahwa faktor keturunan dan lingkungan memegang peranan penting dalam
beberapa gangguan mood. Gangguan tipe Bipolar dan mayor depresif terjadi pada
keluarga, tetapi fakta menunjukan bahwa yang diturunkan adalah tupe bipolar,
dengan kecenderungan sebagai berikut :
Salah satu orang tua menderita
gangguan mood tipe bipolar ; kecenderungan terjadi 25 % pada anak
Dua orang tua menderita gangguan mood
tipe bipolar ; kecenderungan terjadi 50-75 % pada anaknya
Satu monozygote kembar mengalami
bipolar ; 40-70% kecenderungannya terjadi pada kembarannya
Satu dizygote kembar mengalami
bipolar; kecenderungan 20 % terjadi pada saudara kembarnya
Satu orang tua mengalami kelainan tipe depresif ; 10-13 %
kecenderungan terjadi pada anaknya.
b. Agression
Turned Inward Theory
Teori agresi menyerang ke dalam
menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditujukan kepada
diri sendiri. Menurut Sigmund Frud depresi adalah agresi yang diarahkan pada
diri sendiri sebagai bagain dari nafsu bawaan yang bersipat merusak (instinc
agresif). Untuk beberapa alasan tidak secara langsung diarahkan pada
objek yang nyata atau
objek
yang berhubungan serta disertai perasaan berdosa/bersalah. Prosesnya terjadi
akibat kehilangan atau perasaan ambivalen terhadap objek yang sangat
dicintai. Klien merasa marah dan mencintai yang terjadi secara bersamaan dan
hal ini tidak mampu untuk mengekspresikan kemarahannya sebab dianggap tidak
tepat dan tidak rasional. Misalnya : Ia marah pada kekasihnya yang diketahui
memiliki kekasih di luar dirinya. Ia ungkapkan kemarahnya kepada diri sendiri
karena timbul perasaan ambivalen pada kekasihnya yaitu perasaan membenci
sekaligus mencintai. Bila hal tersebut dianggap sebagai pemecahan masalah yang
adaptif maka seterusnya ia akan menggunakan koping tersebut yang sebenarnya bersikap
destruktif.
c. Object loss
theory ;
Teori
kehilangan objek merujuk pada perpisahan traumatic individu dengan benda
atau seseorang yang sangat berarti dalam fase membutuhkan seseorang yang
memberikan rasa aman untuk lekatan (attachment). Dua isu penting dalam
teori ini adalah ; Kehilangan dalam masa kanak-kanak sebagai faktor
predisposisi terjadinya depresi pada masa dewasa dan perpisahan dalam kehidupan
setelah dewasa yang menjadi faktor pencetus terjadinya stress.
Fakta untuk model ini pertamakali dilaporkan oleh
Spitz yang mendeskripsikan reaksi perpisahan bayi dari ibunya saat berusia 6-12
bulan. Reaksi tersebut adalah sebagai berikut ; Kekhawatiran (apprehension),
menangis, menarik diri, gerakan psikomotor yang lambat, sedih, dan patah hati,
pingsan, kesulitan tidur, tidak nafsu makan, kelambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Syndroma ini dikenal dengan Analytic Depression
d. Personality
organization Theory
Teori
organisasi kepribadian menguaraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan
harga diri rendah mempengaruhi system keyakinan dan penilaian seseorang
terhadap stressor. Pandangan lain dari depresi adalah memfokuskan pada varibel
utama dari psikososial yaitu harga diri rendah. Konsep diri klien menjadi isu
pokok. Ketika mengekspresikan kesedihan hati atau depresi atau over kompensasi.
Gambaran harga diri yang terancam seringkali memperlihatkan manik atau
hippomanic episode. Ancaman terhadap harga diri menimbulkan penampilan peran
yang miskin, merasakan tingkat yang rendah fungsi kehidupan sehari-hari dan
hilangnya identias diri secra jelas.
e. Cognitive
model :
Model
cognitive menyatakan bahwa depresi merupakan masalah cognitive yang
didominasi oleh evaluasi negatif sesorang terhadap dirinya sendiri, dunia
seseorang dan masa depannya. Berdasarkan teori ini adanya kejadian yang
merugikan sebagai contoh : Seorang suami mengatakan “ia meninggalkan saya
karena saya tidak mampu mencintainya”, tanpa mempertimbangkan alternative
lainnya sebagi penyebab misalnya; kepribadiannya yang tidak cocok, istrinya
memiliki masalah sendiri, atau perubahan perasaan istrinya terhadap suami. Ia
selalu memfokuskan pada kekurangan pribadinya, Ia hanya dapat berfikir tentang
dirinya secara negatif dan tidak mencoba memahami kemampuannya, prestasinya,
dan atribut-atribut yang ada pada dirinya. Kesimpulan dalam teori ini adalah
klien depresi didominasi oleh sikap pesimis.
f. Learned
helplessness model.
Model
ketidak berdayaan yang dipelajari menunjukan bahwa bukan semata-mata trauma
menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali
terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang
respon yang adaptif. Orang ini percaya bahwa tidak seorangpun yang dapat
membantunya. Dan tidak seorangpun dapat melakukan sesuatu untuknya. Keyakinan
yang negatif tersebut menyebabkan dia putus harapan, bersikap pasif, dan
ketidakmampuan untuk bersikap assertif pada dirinya dan orang lain.
g. Behavioral
model.
Model
perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang mengasumsi bahwa
peyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi
dengan lingkungan. Depresi berkaitan dengan interaksi antara perilaku individu
dengan lingkungan. Teori ini memandang bahwa individu memiliki kemampuan untuk
memeriksa dan mempertimbangkan perilakunya. Mereka bukan hanya melakukan reaksi
dari faktor internal. Mereka menyeleksi, mengorganisir dan mentransformasikan
stimulus yang datang pada dirinya.
Individu tidak dipandang sebagai objek yang tidak
berdaya yang dikendalikan lingkungan. Tetapi tidak juga bebas dari pengaruh
lingkungan dan melakukan apa saja yang mereka pilih tetapi antar individu
dengan lingkungan memiliki pengaruh yang bermakna antar satu dengan yang
lainnya. Konsep reinforcement sangat penting dalam pandanganya tentang
depersi. Interaksi positif antara individu dengan lingkungan menyediakan
reinforcement yang positif. Kurangnya reinforcement yang positif dari
lingkungan menyebkan kesedihan, Asumsi kunci dari model ini adalah rendahnya
jumlah reinforcement positif dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya perilaku depressive.
h. Bilogical
Model
Model
biologik menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa
depresi. termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi
kortisol, dan variasi periodic dalam irama biologis. Abnormalitas yang
signifikan dapat dilihat ketika terjadi depresi. Termasuk didalamnya adalah
kelainan dalam elektrolit, khususnya sodium dan kalium. Perubahan dalam
neurofisiologis, kegagalan fungsi regulasi otonom dari aktivitas system syaraf
seperti adrenokortikal, tiroid, perubahan gonad, perubahan dalam neurotransmitter
seperti katekolamin, norepinephrin, dan epinephrine.
i. Masalah
Dalam Bounding and Attachment dan genetik
Gangguan
ikatan antara ibu dan anak (mother-child bonding) pada usia dini, sangat
penting dalam terjadinya keadaan patologis pada perkembangan kepribadian di
kemudian hari. Bila seorang ibu menderita depresi, maka peran dan fungsinya
sebagai ibu akan terganggu, yang mengakibatkan relasi patologik pada anak. Pengalaman
pada awal pertama kehidupan masa kanak-kanak yang menimbulkan trauma psikis,
dapat membentuk kepribadian yang rentan untuk mengalami depresi. Mengapa R
lebih rentan atau mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi
dibandingkan anak-anak lainnya? Karena sebenarnya banyak yang mendapat
perlakuan lebih buruk dari R (pernah dipermalukan atau dikecewakan oleh guru
dan teman-teman di sekolah), tetapi mereka tidak sampai depresi.
Bila R menjadi depresi, tentu ada sesuatu yang membuatnya menjadi rentan.
Selain hal tersebut di atas yang tidak
boleh dilupakan adalah faktor genetik. Depresi lebih banyak dijumpai pada
seseorang dengan kepribadian tertentu, sedang kepribadian banyak ditentukan
oleh genetik. Pada keluarga yang salah satu orang tuanya mengalami depresi akan
berpeluang 10-15% untuk memiliki anak yang akan menderita depresi di kemudian
hari. Di sisi lain meskipun anak tidak mempunyai riwayat depresi secara
genetik, anak-anak akan belajar untuk meniru perilaku depresi dari orang
tuanya. Seorang yang sehat kepribadian dan jiwanya, bisa saja menderita depresi
apabila yang bersangkutan tidak mampu menanggulangi stresor psikososial yang
dialami.
4. Gejala Gangguan Mood Depresi
Depresi adalah salah satu bentuk
gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai:
Kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat
dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan
putus asa. Gejala lain yang serig menyertai gangguan mood adalah :
Sulit konsentrasi dan daya ingat menurun. Nafsu
makan dan berat badan menurun
Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur
berlebihan) disertai mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misal mimpi orang
yang sudah meninggal.
Agitasi atau retardasi motorik (gelisah atau
perlambatan gerakan motorik). Hilang perasaan senang, semangat dan minat,
meninggalkan hobi.
Kreativitas dan produktivitas menurun. Gangguan
seksual (libido menurun).
Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri.
Bila seseorang lebih rentan untuk
menderita depresi dibandingkan orang lain, biasanya yang bersangkutan mempunyai
corak kepribadian sendiri (diri kepribadian depresif), dengan ciri-ciri:
a. Mereka sukar
untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir, irritable,
tegang dan agitatif.
b.
Mereka yang kurang percaya diri,
rendah diri, mudah mengalah dan lebih senang berdamai untuk menghindari konflik
atau konfrontasi, merasa gagal dalam usaha atau sekolah, lamban, lemah, lesu
atau sering mengeluh sakit ini dan itu.
c.
Pengendalian dorongan dan impuls
terlalu kuat, menarik diri, lebih suka menyisih, sulit ambil keputusan, enggan
bicara, pendiam dan pemalu, menjaga jarak dan menghindari keterlibatan dengan
orang lain.
d.
Suka mencela, mengeritik, menyalahkan
orang lain atau menggunakan mekanisme pertahanan penyangkalan.
5. Penelitian depresi.
Untuk mengetahui masalah yang berhubungan dengan kerentanan remaja
mengalami depresi dan bunuh diri, telah dilakukan penelitian terhadap 39.000
remaja. Dari penelitian
tersebut
ditemukan bahwa kemurungan, kelesuan yang melumpuhkan, rasa ditolak,
keputusasaan, depresi dan bunuh diri telah bergeser, dan dimulai pada usia yang
semakin lama semakin dini. Selain itu diketahui pula bahwa meningkatnya kasus
depresi dan bunuh diri di masyarakat, erat kaitannya dengan situasi krisis
(politik, sosial, ekonomi dan moral), pengangguran, kemiskinan, persaingan yang
keras dan kriminalitas.
Dalam beberapa dekade terakhir ini telah terjadi
erosi besar-besaran terhadap keluarga inti. Semakin hari semakin sedikit waktu
yang disediakan orang tua untuk anak, berlipat ganda angka perceraian, semakin
jarang keluarga ada di rumah dan semakin banyak keluarga yang
"menjalankan" sikap tidak peduli terhadap kebutuhan tumbuh kembang
anak dan remaja. Selain itu kita dapat menyaksikan peningkatan individualisme,
lenyapnya keyakinan yang lebih dalam terhadap agama, serta dukungan masyarakat
dan keluarga besar yang menyebabkan hilangnya sumber penopang dari kekalahan
atau kegagalan.
Salah satu gejala dari gangguan depresi adalah
bunuh diri (suicide), sebanyak 40% penderita depresi mempunyai ide untuk
bunuh diri, dan hanya lebih kurang 15% saja yang sukses melakukannya. Angka
bunuh diri pada remaja di AS dalam satu tahun antara 1,7-5,9% dan untuk selama
hidup antara 3,0-7,1%. Diperkirakan 12% dari kematian pada kelompok anak dan
remaja di AS disebabkan karena bunuh diri. Di Indonesia kasus bunuh diri pada
anak belum diketahui besar angkanya.
Riset Daniel Goleman & riset lain di USA
(1995-1998), menunjukkan peranan IQ : 20 %, ESQ : 80 % untuk Kesuksesan. Riset
95 mahasiswa Harvard lulusan tahun 1940-an. Bila IQ tinggi tetapi ( egois dan
kuper) dibandingkan IQ biasa tetapi ia mempunyai banyak teman, pandai
komunikasi, empati, tidak temperamental, setelah diteliti berdasarkan gaji,
produktivitas, serta status bidang pekerjaan. Maka ternyata peranan IQ ini
sangat rendah dibandingkan dengan ESQ.
Riset di USA juga menunjukan IQ anak-anak makin
tinggi, ESQ makin menurun. Anak-anak generasi sekarang lebih sering mengalami
masalah emosi. Tumbuh dalam kesepian & depresi, lebih mudah stress, lebih
mudah marah & lebih sulit diatur, lebih gugup, mudah terpengaruh dan cenderung
suka cemas serta agresif.
Abad 20 lebih dikenal
sebagai tahun kecemasan / stres. Abad 21 dikategorikan sebagai Tahun
kemurungan dan bunuh diri Penelitian ( n = 39.000 ) menunjukan data :
Kemurungan
Kesedihan / suicide Rasa ditolak
Keputusasaan
Angka
depresi ternyata bergeser ke arah Usia lebih muda yang ditandai Keadaan
keluarga dengan ciri-ciri :
1.
Pengangguran
2.
Kemiskinan
3.
Kriminalitas
4.
Kekacauan keluarga berkepanjangan
5.
Kekerasan verbal – motorik- emosional
6.
Penolakkan orang tua
7.
Ketidakmampuan orang tua memberikan kemampuan mengatasi masalah
pada anak
F.
PENGUKURAN DAN UJI PERILAKU
1. Pengukuran Fisik
Adalah membandingkan sesuatu dengan
satu ukuran, dan pengukuran tersebut bersifat kuantitatif (Arikunto,1995).
Mengukur adalah membandingkan atribut yang hendak diukur dengan alat ukur,
hasilnya dinyatakan secara kuantitatif dan bersifat deskriptif.
Pertama, membandingkan sesuatu yang
hendak diukur dengan alat ukur.Yang akan diukur adalah atribut dari suatu benda
atau dimensi dari suatu benda. Misalnya: berat badan atau volume suatu benda,
atau tinggi suatu benda.
Kedua, kuantifikasi artinya bahwa
pengukuran pada hakekatnya merupakan suatu proses kuantifikasi, hasilnya
diwujudkan dengan angka. Pemberian angka pada suatu atribut disesuaikan dengan
aturan yang berlaku atau standar, seperti tinggi badan dinyatakan dalam centi
meter (cm), misalnya 160 cm dan berat . Ciri atau karakteristik pengukuran yang
ke tiga adalah “ deskriptif’, artinya bahwa hasil dari suatu pengukuran
bersifat deskriptif yaitu apa adanya. Artinya menyatakan hasil ukur secara
kuantitatif hanya dengan satuan atau besaran ukurnya saja tanpa memberikan
penilaian. Mengukur sebuah meja misalnya, hasilnya dinyatakan dalam meter atau
sentimeter. Angka sentimeter atau meter itu merupakan hasil pengukuran
deskriptif yang tidak diikuti oleh pernyataan apakah sekian sentimeter itu
adalah panjang atau pendek, karena panjang dan pendek merupakan hasil evaluasi
atau penilaian, bukan hasil pengukuran
Uraian mengenai pengukuran di atas masih terfokus pada atribut
fisik, atau pengukuran terhadap aspek fisik.
2.
Pengukuran Psikologis
Adalah suatu proses pengambilan
keputusan terhadap hasil pengukuran aspek psikologis dan hasilnya bersifat
kuantitatif. Agar hasil penilaian yang dilakukan bermakna maka harus
dibandingkan dengan standar yang ada. Misalnya: Hasil pengukuran IQ seseorang
diperoleh skor 140. Setelah dilakukan penilaian menggunakan standar yang ada
menurut Harriman dalam Walgito, (1995), maka orang tersebut dinyatakan sebagai
orang yang sangat superior
Pengukuran psikologis bersifat
kompleks, dan sangat tergantung pada aspek yang di ukur.
Pengukuran psikologis adalah suatu
proses kuantifikasi atau suatu atribut psikologis , hasilnya berupa bilangan
(angka/skore)
Atribut psikologis yang dimaksud
adalah aspek-aspek psikologis yang dapat di ukur, misalnya : kecemasan,
depresi, intelegensi, kreativitas, harga diri dan lain-lain
Dengan demikian pengukuran dalam
psikologi dilakukan untuk mengetahui Seberapa banyak (dalam arti kuantitatf)
suatu aspek psikologis terdapat dalam diri seseorang. Hal ini dilakukan
menggunakan alat ukur psikologis seperti skala kecemasan, alat test IQ dll
Agar
hasil pengukuran mempunyai makna, maka perlu dilakukan suatu penilaian.
Pengertian penilaian meliputi 3 hal :
Merupakan suatu aktifitas yang
dilakukan terhadap sesuatu yang bersifat kualitatif. Untuk dapat mengadakan
penilaian, kita harus mengadakan pengukuran terlebih dahulu. Misalnya untuk
menentukan mana pensil yang lebih panjang dari dua buah pensil yang ada,
terlebih dahulu kita ukur kedua pensil
tersebut. Setelah kita ketahui panjang masing-masing pensil, maka kita dapat
melakukan penilaian dengan melihat perbandingan panjang antara kedua pensil
tersebut dan akhirnya kita dapat memutuskan mana pensil yang lebih panjang dan
yang lebih pendek.
Arikunto mengatakan bahwa menilai
adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu yang bersifat kualitatif, dan
penilaian tersebut biasanya diawali dengan suatu pengukuran.
3.
Perbedaan pengukuran
dan penilaian
Perbedaan pengukuran dan penilaian
terletak pada proses dan hasil pengukuran. Pengukuran merupakan proses
kuantifikasi, hasilnya berupa skor, sedangkan penilaian merupakan proses
kualifikasi dan interpretasi hasil pengukuran
Pada sisi lain pengukuran
(measurement), mempunyai arti yang sering dipertukarkan dengan pengertian
‘tes”. Hal ini adalah lazim dikarenakan pemakaian istilah tes dan pengukuran
seringkali tidak mengandung arti berbeda dalam situasi-situasi tertentu.
Karena tes hanya merupakan alat pengukuran maka istilah pengetesan
kerap kali menggantikan istah pengukuran (Azwar,2000).
4.
Ciri-ciri alat ukur yang baik
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa
pengukuran adalah suatu proses kuantifikasi terhadap suatu atribut tertentu.
Untuk memperoleh hasil pengukuran sebagaimana yang diharapkan maka suatu alat
ukur harus memenuhi ciri-ciri atau memenuhi prinsip-prinsip tertentu.
Purwanto (1999) mengemukakan bahwa ada
dua syarat suatu tes/alat ukur dikatakan baik, yaitu valid dan reliabel.
Sedang Azwar (2000) mengatakan bahwa
alat yang baik adalah yang mampu memberikan informasi yang dapat dipercaya.
Selanjutnya Azwar mengatakan bahwa alat ukur yang tidak valid dan tidak
reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat atau keliru mengenai
keadaan subjek atau individu
Apabila informasi yang keliru itu kita
gunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan suatu kesimpulan dan
keputusan maka tentulah kesimpulan dan keputusan itu tidak tepat.
Keputusan yang tidak tepat akan
menimbulkan akibat yang parah dan dapat mempengaruhi nasib seseorang
Untuk memperoleh gambaran yang lebih
jelas mari kita lihat contoh berikut ini : Ketika seorang pelamar pekerjaan
ditolak oleh pihak perusahaan berdasar hasil tes psikologis yang tidak valid
dan reliabel, maka bukan saja pelamar yang dirugikan, tetapi juga perusahaan
yang akan kehilangan calon karyawan yang potensial berdasarkan contoh di atas
dapat disimpulkan bahwa suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu
aspek psikologis haruslah merupakan alat ukur yang baik yaitu yang memenuhi
kriteria validitas dan reliabilitas.
5.
Validitas
Validitas dapat diartikan sebagai kesahihan atau keabsahan
(Azwar,2000). Validitas ditentukan oleh ketepatan dan kecermatas hasil
pengukuran. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur tersebut dapat
menjalankan fungsi ukurnya, yaitu yang dapat memberikan hasil ukur sesuai
dengan maksud pengukuran atau sesuai dengan kriteria yang dirumuskan, artinya
alat ukur tersebut benar-benar dapat mengukur sesuai dengan tujuan. Misalnya
bila hendak mengukur kecemasan seseorang, maka alat ukur
kecemasan yang
valid adalah yang benar-benar dapat mengungkap kecemasan yang dialami individu
(yang memenuhi kriteria kecemasan)
6.
Macam-macam Validitas
:
1.
Validitas semu, yaitu validitas yang
tidak menunjukkan apa yang sebenarnya yang diukur
2.
Validitas logis, terdiri dari :
a.
Validitas isi (content validity)
Yaitu validitas yang mengukut tujuan
khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran, digunakan untuk
tes hasil belajar yaitu untuk mengukur sampai dimana seseorang menguasai suatu
kemampuan khusus setelah memperoleh pelajaran, bertujuan menganalisa dan
memahami proses-proses psikologis yang yang mempengaruhiterwujudnya prestasi.
Validitas ini disebut juga validitas kurikuler, karena materi yang diajarka
tertera dala krikulum. Validitas isi menggambarkan sejauh mana isi tes
mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur (comprehensive dan relevan/ tidak
keluar dari batasan tujuan ukur)
b.
Validitas konstruksi (construct validity )
Yaitu validitas yang menunjukkan
sejauh mana alat tes mengungkap suatu traits atau konstrak teoritik yang hendak
diukur. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir
soal dalam tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan
dalam tujuan instruksional khusus.
c.
Validitas prediksi (predictive validity)
Suatu tes dikatakan memiliki validias
prediktif apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi
pada masa yang akan datang. Misal seleksi mahasiswa baru, klasifikasi dan
penempatan karyawan
d.
Validitas empiris
Suatu tes dikatakan memiliki validitas
empiris apabila hasilnya sesuai dengan pengalaman
e.
Validitas faktor
Suatu tes mempunyai validitas faktor
apabila berkorelasi dengan suat faktor yang dianggap sama dengan suatu kelompok
tes, artinya bahwa butir-butir soal faktor dikatakan valid apabila menunjukkan
kesejajaran skor dengan skor total.
7.
Reliabilitas
Reliabilitas memiliki berbagai arti ,
yaitu ; kepercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi atau kestabilan
Ide pokok pengertian reliabilitas
adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (reliabel/ajeg)
Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dlm beberapa kali
pengukuran yang dilakukan pada kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang
relatif sama
8.
Macam-macam Alat Tes
Psikologi
Alat tes intelegensia, terdiri dari :
WAIS: Wechsler Adult Intelegency Scale, yaitu skala untuk mengukur
intelegensi oarg dewasa. WISC : Wechsler Intelegency Scale for Children, yaitu
skala untuk mengukur intelegensi anak-anak
MMPI : Minnessota Multiphasic of
Personality Inventori, yaitu alat tes untuk mengetahui kepribadian seseorang
TMAS : Taylor Manifest Anxiaety
Scale, yaitu skala pengukuran manifestasi kecemasan yang dibuat oleh
Taylor. Selain itu Jung dan Hamilton juga membuat skala untuk mengukur
kecemasan,
BDI : Burn Depresi Inventory, yaitu
alat tes untuk mengukur tingkat depresi seseorang
A. PROBLEM BASED
LEARNING KONSEP KEPRIBADIAN
Bhakti adalah Mahasiswa AKPER yang
sedang menunggu saat dosen belum datang. Perilaku mahasiswa lain bersipat
dinamis dan berbeda. Ada mahasiswa yang ngobrol, ada yang cenderung makan, ada
yang mengambil air wudlu untuk sholat, ada memakai-maki dosen dan pendidikan,
ada yang segera pulang atau pergi ke perpustakaan. Semua perilaku tersebut
bersipat khas.Berdasarkan contoh dari ayahnya Bhakti sejak pagi berupaya
mengisi waktu dengan prestasi seperti mandi, sholat,
sarapan, dengar berita, membersihkan rumah, olah raga, baca buku, pergi kuliah dan ke perpustakaan. Sedangkan
Gun-gun cenderung ingin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dosennya. (soal
no 1-10 berhubungan dengan kasus)
1.
Maksud kepribadian bersipat dinamis pada kasus di atas adalah
2.
Kepribadian bersipat khas sesuai
dengan palsafah keperawatan yang memandang individu sebagai mahluk?
3.
Data yang menunjukan kepribadian yang
bersumber dari bentukan lingkungan, keluarga pada kasus di atas
4.
Hal di bawah ini yang tidak termasuk
cakupan kepribadian adalah
5.
Tipe kepribadian Bhakti pada kasus di
atas cenderung berorientasi pemanfaatan waktu, hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan
6.
Gun-gun pada kasus di atas cenderung
berorientasi penyelesaian tugas, mungkin ia memiliki kepribadian tipe ?
7.
Menurut tipe Hipocrates Gun-gun banyak
didominasi cairan
8.
Kelemahan Gun-gun yang berkaitan
dengan tugas perawat dalam memahami perasaan orang lain adalah
9.
Bila secara genetik kedua mahasiswa di
atas di atas mewarisi kepribadian pemalas, maka pernyataan yang tepat adalah :
10.
Menurut tipe kepribadian John L Holland profesi perawat lebih
cocok pada kepribadian tipe
B. PROBLEM BASED
LEARNING KESADARAN
Thika adalah perawat di R. Emergency. Jam 1 malam kedatangan klien
yang jatuh dari motor. Perawat menanyakan tentang kapan dia lahir, dimana
dia lahir, dimana alamatnya. Menurut keluarganya klien tidak konsentrasi
mengendarai motor setelah bertengkar dengan istrinya dan banyaknya konflik masa
lalu. Klien sering minum alkohol. Tidak pernah beribadah. Klien menekan
masalahnya, mengusir perasaan yang menyakitkan atau mengancam, keluar dari
kesadaran. Menurut istrinya klien sering bertindak destruktif; sarkasme,
sinis dan Meludah, pada tetangga klien tidak intim, cenderung menutup
diri. Beberapa keluarga klien lainnya mencoba bertanya tentang kondisi
klien kepada perawat, tetapi perawat tidak bisa konsentrasi pada
banyak hal sekaligus. (soal no 1-10 berhubungan dengan kasus)
1.
Thika menanyakan nama, tanggal lahir
dan alamat klien, jenis kesadaran yang ditanyakan Thika termasuk ?
2.
Data yang menunjukan adanya lost in
thought pada perawat di atas adalah
3.
Menurut Sigmund Freud masalah-masalah dan konflik masa lalu klien
di atas tersimpan pada alam
4.
Bila klien tidak sadar dan mengalami
mimpi buruk maka menurut Sigmund Freud klien berada pada alam
5.
Keadaan yang tampak dan dirasakan oleh
perawat pada saat ini termasuk dalam alam
6.
Menurut Sigmund freud pelangaran norma
adanya riwayat klien minum alkohol merupakan konflik antara
7.
Mekanisme pertahanan yang digunakan
klien pada kasus di atas termasuk
8.
Klien sering bertindak destruktif;
sarkasme, sinis dan Meludah, menurut Sigmund Freud merupakan refleksi gangguan
fase.
9.
Klien di atas cenderung menutup diri
pada tetangga, menurut Erickson merupakan gangguan fase
10. Data yang
menunjukan karakteristik super ego klien pada kasus di atas adalah
C. PROBLEM BASED
LEARNING DEPRESI
Tn. A. 50 tahun, penampilan fisik;
Rambut kusut, pakaian tidak rapih, semenjak istrinya meninggal ia merasa sangat
sedih, murung, dan tidak mau lagi bekerja apapun. Klien mengatakan: “ Untuk apa
saya hidup terus, saya lebih baik mati karena hidup sudah tak berarti lagi
tanpa kehadiran istri saya”. Klien menjadi malas mandi, makan, dan berdandan.
Setelah dilakukan pengkajian klien memenuhi kriteria keluarga dengan resiko
depresi.
1.
Rentang respon perasaan pada klien di
atas, menurut Stuart and Sundeen termasuk kedalam a. Represi
b. Reaksi kehilangan
Memanjang c. Supresi
d. Depresi
e. Reaksi kehilangan yang wajar
2.
Bila respon klien di atas bersipat Maladaptif,
maka biasanya akan dimulai pada tahap awal, a. Represi
b. Reaksi kehilangan
wajar c. Supresi
d. Depresi e. Responsif
3.
Klien mengatakan : “Lebih baik mati
karena hidup sudah tak berarti lagi tanpa kehadiran istri saya”, Klien tersebut
berkeyakinan tidak dapat mengontrol kehidupannya, teori yang sesuai
a. Teori Agresi Berbalik b. Teori Kehilangan
c. Teori Ketidakberdayaan d. Teori Kognitif
e. Teori Kepribadian
4. Respon
perasaan seseorang bisa dianggap normal apabila ia berada dalam rentang :
a.
Responsif
b.
Reaksi kehilangan yang wajar
c.
Supresi
d.
Reaksi kehilangan yang memanjang
e.
Jawaban a dan b, benar
Keadaan keluarga klien
di atas mungkin memiliki kriteria resiko depresi berikut, kecuali
a.
Kebebasan berekspresi
b.
Pengangguran
c.
Kemiskinan
d.
Kriminalitas
e.
Kekerasan verbal – motorik- emosional
D.
PROBLEM BASED LEARNING STRESS A. KASUS I
Tn S adalah karyawan Bank datang
berkonsultasi kepada perawat Akper PPNI karena merasa stress dengan
keluhan sakit perut, mulas, sering ingin ke belakang, Otot-otot terasa lebih
tegang, sukar tidur, sering terbangun malam. Hasil lab menunjukan Hormon
cortical tetap tinggi usaha fisik untuk mengatasi stress mencapai
kapasitas penuh. Menurut pengkajian perawat klien tersebut mengalami Hipertensi
terutama setelah selesai rapat akibat terjadi perdebatan dengan rekan
kerjanya yang mengarah pada permusuhan, sehari sebelumnya ia ditegur oleh
atasannya dengan ancaman PHK karena penyalahgunaan dana masyarakat. Perawat
berupaya memberi bantuan agar terjadi homeostatis. Klien menganggap bahwa
masalahnya sangat berat dan susah untuk diselesaikan. Perawat mencoba
menggali source for support dan coping mechanism kleinnya.
1. Hal di bawah ini merupakan
pengertian stress yang tidak relevan pada Tn S di atas :
a. Respon non spesifik
tubuh terhadap berbagai tuntutan terhadapnya
b. Suatu kondisi dimana
sistem tubuh manusia berespon terhadap perubahan
c. Segala sesuatu yang
memberi dampak total terhadap fisik, emosi, sosial, spiritual
d. Suatu bentuk
ketenangan yang mempengaruhi fungsi alat-alat tubuh
e. Realitas kehidupan yang tidak dapat
dihindari yang disebabkan oleh perubahan
2. Tahap stress klien di atas
menurut Dadang Hawari termasuk dalam :
a.
Stress tingkat I
b.
Stress tingkat II
c.
Stress tingkat III
d.
Stress tingkat IV
e.
Stress tingkat V
3. Apakah yang dimaksud
homeostatis pada kasus di atas ?
a. Mekanisme fisiologi
dalam tubuh untuk menjaga tercapainya keseimbangan dengan
lingkungan
b. Masalah-masalah yang
mengancam dan muncul dari luar diri individu
c. Keseimbangan yang
disebabkan tidak teratasinya berbagai stressor
d. Masalah yang muncul
akibat tuntutan terlalu tinggi terhadap internal individu
e. Keadaan tidak seimbang akibat tuntutan
lingkungan yang berlebihan
4. Data apa yang
menunjukan adanya persepsi terhadap stressor pada kasus di atas
a.
Tn S adalah karyawan Bank datang
berkonsultasi kepada perawat Akper Aisyiyah
b.
keluhan sakit perut, mulas, sering
ingin ke belakang, Otot-otot terasa lebih tegang
c.
Klien menganggap bahwa masalahnya
sangat berat dan susah untuk diselesaikan
d.
Hormon cortical tetap tinggi usaha
fisik untuk mengatasi stress mencapai kapasitas penuh
e.
Perdebatan dengan rekan kerjanya yang mengarah pada permusuhan
5.
Apa yang dimaksud source for support pada klien di atas a. Masalah-masalah
yang dihadapi klien
b. Masalah yang
menyebabkan klien stress
c.
Keadaan dimana klien menganalisa sumber-sumber masalah klien d. Persepsi klien
terhadap berat ringanya masalah
e. Sumbersumber yang dapat digunakan oleh
klien dalam memperkuat koping
6. Apa yang dimaksud
dengan coping mechanism pada kasus di atas
a.
Mekanisme pertahanan diri terhadap masalah dengan mengerahkan sumber individu
b. Mekanisme menghindari masalah
c. Keadaan tercapainya
keseimbangan
d. Keadaan dimana
individu berada dalam keadaan disequilibrium
e. Mekanisme internal yang tidak disadari
individu dalam mengatasi persoalan
7. Klien di atas berada pada
fase perlawanan ( resistance) yang ditandai oleh : a. Sakit perut,
mulas, sering ingin ke belakang, Otot-otot terasa lebih tegang
b.
Hormon cortical tetap tinggi usaha untuk mengatasi stress mencapai kapasitas
penuh c. Perdebatan dengan rekan kerjanya yang mengarah pada permusuhan
d. Klien
menganggap bahwa masalahnya sangat berat dan susah untuk diselesaikan e.
Menurut pengkajian perawat klien tersebut mengalami Hipertensi
8.
Apa yang akan terjadi bila sumber-sumber pendukung Tn S dan coping mekanisme
lebih sedikit dibanding persepsi terhadap masalah ?
a.
Keseimbangan
b.
Homeostatis
c.
Stress
d.
Adaptasi
e.
Perubahan persepsi
9. Hipertensi yang dialami tn. S pada
kasus di atas termasuk tipe stressor ;
a.
Internal
b.
Eksternal
c.
Fisik
d.
psikologis
e.
Sosial
B.
KASUS II
Yayat
mahasiswa baru Akper merasa stress, ia mencoba menilai lingkungannya (cognitive
apraisal). Ia menganggap bahwa cara belajar kuliah di
lingkungan Akper beda dengan masa SMA yang dituntut mandiri dan aktip
memecahkan masalah sendiri. Iapun melihat berbagai macam cara
temannya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan asrama, kampus dan tipe dosen.
Yayat merasa bahwa saat ini merupakan masa untuk menjadi dewasa muda.
Karena harus kuliah pagi ia makan tidak teratur dan kelelahan. Ia datang ke
poliklinik karena mengalami gejala panas, vasodilatasi pembuluh darah
lambung. Hasil pemeriksaan lab. menunjukan leukositosis dan odema.
10. Menurut model stress, klien di
atas termasuk model apa ?
a.
model stres berdasarkan respon
b.
model stres berdasarkan stimulus
c.
model stres berdasarkan transaksional
d.
Model elastisitas
e.
Model fight or flight
11. Hal di bawah ini
merupakan faktor yang mempengaruhi efek stressor terhadap Yayat
a.
faktor genetik
b.
faktor fisik & kimiawi
c.
mikroorganisme & parasit
d.
faktor psikologik
e.
Betul semua
12. Berdasarkan sumber
stress yang dialami Yayat, Hal di atas termasuk
a.
fisiologik
b.
pengalaman hidup
c.
psikologik
d.
Internal
e.
Hormonal
13.
Hal di bawah ini tidak termasuk faktor yang akan membantu kemampuan adaptasi
Yayat pada kasus di atas
a.
nutrisi
b.
genetik dan usia
c.
faktor psikososial
d.
ritme sikardian
e.
Petugas kesehatan
14.
Data apa yang menunjukan adanya local adaptation syndrome pada klien di
atas ? a. menganggap bahwa cara belajar kuliah di lingkungan Akper beda
b. dituntut mandiri dan
aktip memecahkan masalah sendiri.
c. melihat berbagai macam cara temannya dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan asrama
d. panas, vasodilatasi
pembuluh darah lambung
e. saat ini merupakan masa untuk menjadi
dewasa muda
15.
Reaksi apa yang akan muncul pada GAS (general adaptation Syndrome)
khususnya dalam fase Exhaustion ?
a.
pembesaran/penciutan kel. limfe
b.
pembesaran/disfungsi kel. adrenal
c.
peningkatan/penyusutan ambang hormonal
d.
Bila menetap atau kronis bisa sakit
e.
Semua pernyataan di atas benar
16.
Data yang menunjukan adanya proses penilaian individu terhadp lingkungan pada
kasus di atas adalah
a.
panas, vasodilatasi pembuluh darah
lambung
b.
saat ini merupakan masa untuk menjadi
dewasa muda
c.
hasil pemeriksaan lab. menunjukan
leukositosis dan odema.
d.
melihat berbagai macam cara temannya
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
e.
harus kuliah pagi ia makan tidak teratur dan kelelahan
C.
KASUS III
Ners.
Dewi berusaha mengkaji koping Ny. S. yang menyatakan merasa stress setelah
mengalami bencana alam dan perceraian dengan suaminya. Ny. S
berusaha untuk berdiskusi dengan tim ahli, memperbanyak berdo’a, ikut
pengajian dan membaca buku guna meredakan stressnya. Ners Dewi mencoba
mendiskusikan managemet stress dan kiat menanggulangi stress
dalam kehidupan pada klien di atas. Klien bertanya kepada perawat mengenai gaya
hidup yang seimbang untuk tercapainya Homeostatis
17. Apa stressor
pencetus klien di atas ?
a.
bencana alam
b.
Ketidaktahuan cara meredakan stress
c.
perceraian dengan suaminya
d.
Kurangnya keterampilan dalam
management stress
e.
Pernytaan a dan c benar
18. Data apa yang
bukan menunjukan Source for support pada klien di atas ?
a.
Perawat
b.
Tim ahli
c.
Kelompok pengajian
d.
Kondisi Suaminya
e.
Buku-buku agama
19. Saat kita mengkaji koping klien di
atas apa saja yang akan ditanyakan ?
a.
hasil yang diharapkan
b.
upaya untuk mengubah situasi/mengatasi
masalah
c.
perasaan-perasaan yang mengganggu
karena bantuan perawat
d.
upaya untuk mengatasi perasaan yang
menggangu tsb
e.
siapa yang menjadi pendukung sosial
20. Cara-cara management stress yang
tidak relevan pada klien di atas ?
a.
aktivitas fisik
b.
Mengambil tanggung jawab baru
c.
meningkatkan daya tahan
d.
ketrampilan hidup
e.
tehnik relaksasi
21. Hal di bawah ini
tidak termasuk tehnik menanggulangi stressor dalam kehidupan
a.
bertanggungjawab atas diri sendiri
b.
kaji stressor pribadi & respon
khas terhadap stres
c.
dengarkan dan beri respon terhadap
komunikasi dari dalam tubuh
d.
berkomunikasi secara aktif aksertif
dan jelas
e.
gunakan pengetahuan tehnik melakukan konfrontasi
22.
Mengembngkan gaya hidup seimbng dengan cara bergaul dengan kelompok pengajian
termasuk
a.
memberi perhatian kepada rantai yang
lemah
b.
Mencintai diri dan mengembangkan
keserasian : kerja dan istirahat
c.
Memupuk keakraban sosial
d.
Makan untuk kesehatan
e.
Berupaya mengekspresikan diri
Daftar
pustaka
Tipe Kepribadian Manusia, oleh: .
Zainuddin sri kuntjoro, MPSi., Jakarta, 9 april 2002
http://www.e-psikologi.com/usia/090402.htm.
Golongan
Kepribadian, http://www.telaga.org/ringkasan.php?kepribadian.htm.
Definition:
personality http://dict.die.net/personalit.
Kepribadian
Penentu Karier, Http://Www.Okezone.Com/Index.Php?Option=Com
Content&Task=View&Id=45495&Itemid=4 .
http://Www.Yourdictionary.Com/Ahd/P/P0209600.Html.
Tentang Teori Kepribadian
Sigmund Freud Dan Aplikasinya Dalam Proses Bimbingan, Http://Www.Acehinstitute.Org/Opini_Kusmawati_Soal_Sigmund_Freud.Htm.
Perkembangan
Kepribadian, Http://Www.Geocities.Com/Sebaya01/Pribadi.Htm
The ancient
Greek philosophers , http://images.google.co.id/imgres?imgurl.
Sigmund Freud,
http://darentana.multiply.com/journal/item/1
Darma Agus,
1991, Pengantar Psikologi
Hurlock,
eb, 1991, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan, Jakarta.
Erlangga
Kusmiati, Sri
dan Desmaniarti, Dasar-Dasar Perilaku Jakarta, Pusdiknakes
Munanadar,
SCU, 1991, Kreativitas dan Keberbakatan, Jakarta
Nurjanah
Taufik, 1993, Pengantar Psikologi
Purwanto Heri,
Penganatar Perilaku Mansuia Untuk Keperawatan,Jakarta, EGC
Winkel WS,
1991, Psikologi Pengajaran
0 komentar:
Posting Komentar