BK
UNTUK OPTIMASI
PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK
A.
Definisi
Bimbingan dan Konseling
Konsep
bimbingan dan konseling berangkat dari asumsi bahwa orang dewasa, guru, lembaga
atau sekolah harus mempromosikan kehidupan individu yang efisien dan bahagia
dengan cara membantu anak atau peserta didik menyesuaikan diri pada realitas
sosial.
Bimbingan merupakan upaya memberi nasehat dan saran dari seorang atau
sekelompok guru pada peserta didik. Bimbingan sesungguhnya berada pada fase
pramasalah, dimana tidak ada masalah khusus yang diidentifikasikan dalam diri
peserta didik. Kegiatan bimbingan menjadi bagian integral dari upaya untuk
membangun pendidikan dengan melibatkan pengalaman-pengalaman guru yang membantu
memahami dan menerima dirinya sendiri dan hidup secara efektif didalam
masyarakat.
Konseling merupakan aktivitas guru
atau konselor menginisiasi atau menginspirasi, bahkan meminta peserta didik
menggunakan kemampuan, pemahaman, dan ketrampilan yang memungkinkan mereka
mengelola kehidupannya sendiri, kini, dan di masa depan. Konseling sifatnya
kegiatan pasca masalah. Konseling adalah aktivitas konselor membantu peserta
didik dengan mempertimbangkan semua sisi pilihan potensial, bahkan sebelum
pilihan dibuat, ketika pilihan dibuat dan ada kebutuhan untuk mengubah dan atau
ada keinginan memperkuat atau meninggalkan pilihan mereka seperti itu.
Dengan demikian bimbingan dan
konseling adalah pelayanan bantuan bagi peserta didik, baik secara perorangan
maupun kelompok agar mereka bisa mandiri dan berkembang secara optimal, baik
dam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karir melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Konseling
biasanya dipandang sebagai salahsatu bagian dari layanan bimbingan. Konseling
adalah proses pembelajaran yang “berorientasi”, yang biasanya terjadi dalam
hubungan interaktif dengan tujuan untuk membantu peserta didik tersebut
mempelajari lebih lanjut tentang :
·
Diri sendiri
·
Orang lain
·
Situasi dan peristiwa
yang berkaitan dengan isu-isu dan kondisi tertentu
·
Belajar untuk
menempatkan pemahaman.
Pelaksanaan konseling dilakuakn konselor.
Merujuk pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas sebutan untuk guru
pembimbing sepertinya telah dinobatkan sebagai “konselor”. Posisi konselor
secara profesional dinyatakan “setara” dengan guru, sejajar dengan kualifikasi
guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur.
B.
Tujuan
dan Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Mendorong
aktivitas potensi multi kecerdasan peserta didik agar berkembang secara
optimal.
2. Membantu
peserta didik untuk dapat menyelesaikan aneka persoalan akademik, pribadi, dan
sosialnya dari hari ke hari.
3. Memberi
pencerahan dan memandu arah peserta didik untuk mewujudkan cita-citanya sesuai
dengan potensi internal dan sumberdaya yang dimilikinya.
4. Merencanakan
proses pembelajaran, penyesuaian studi, perkembangan karir dan arah
kehidupannya dimasa yang akan datang.
5. Membantu
peserta didik menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat, serta lingkungan konstektualnya.
6. Memotivasi
peserta didik untuk bisa keluar dari aneka kemelut pribadi, baik negatif atu
positiv yang dihadapinya.
7. Mengatasi
hambatan, kesulitan dan tantangan yang dihadapi dalam proses pembelajaran,
penyesuaian diri dan beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah.
Dengan menggabungkan kegiatan
bimbingan dan konseling, Akhmad Sudrajat (2008) mengemukakan fungsi bimbingan
dan konseling sebagai berikut :
v Fungsi pemahaman
v Fungsi preventif
v Fungsi pengembangan
v Fungsi penyembuhan
v Fungsi penyaluran
v Fungsi adaptasi
v Fungsi penyesuaian
v Fungsi perbaiakan
v Fungsi Fasilitasi
v Fungsi pemeliharaan
Karakteristik
konselor yang ideal :
ü Memiliki
minat dan konsisten terhadap kemampuan peserta didik
ü Pemahaman
tentang aspirasi peserta didik
ü Sikap
simpatik
ü Keramahan
ü Rasa
humor
ü Kesabaran
ü Objektivitas
ü Ketulusan
ü Kebijaksanaa
ü Keadilan
ü Toleransi
C.
Prinsip-prinsip
Bimbingan
Fokus
utama bimbingan disekolah adalah membantu dan mendorong aktivasi perkembangan
potensi peserta didik baik kognitif, afektif maupun psikomotor demi kehidupan
mereka dimasa depan. Atas dasar itu, kegiatan bimbingan harus dilakukan dengan
menggunakan prinsip tertentu, yaitu :
Ø Bimbingan
merupakan proses berkesinambungan.
Ø Kegiatan
bimbingan secara khusus direncanakan dan dikembngkan untuk memastikan
efektivitas program.
Ø Bimbingan
dilakukan secara multi tujuan, multisubstansi, dan tanpa deskriminasi.
Ø Bimbingan
dilakukan dengan melibatkan tanggungjawab orangtua di rumah dan membuka peluang
akses mereka berpartisipasi di sekolah.
Ø Bimbingan
berfokus utama pada program pendidikan, namun tidak semua program pendidikan
adalah bimbingan.
Ø Bimbingan
menginisiasi proses pembelajaran peserta didik.
Ø Bimbingan
membantu peserta didik memahami dirinya
sendiri
Ø Bimbingan
dilakukan dengan panduan tertentu dan didasarkan pada konsep yang benar
mengenai peserta didik.
D.
Perbedaan
Bimbingan dan Konseling
Konseling
adalah bagian integral dari bimbingan dan bhakan mungkin juga sebaliknya atau
bahkan dipastikan saling mengisi. Namun demikian kegiatan BK memiliki perbadaan
titik tekan, yaitu :
|
Fungsi/kegiatan
bimbingan
|
Fungsi/kegiatan
konseling
|
Layanan masuk
studi/melanjutkan studi
|
·
Orientasi
·
Pendaftaran
·
pilihan program
·
familiarisasi dengan
situs-situs penting dan lokasi di sekolah seperti perpustakaan, kafetaria,
pusat kesehatan dll.
|
·
Pemahaman diri
·
konseling individu
·
memahami oranglain
·
konseling kelompok
|
Layanan proses
pembelajaran
|
·
Peningkatan belajar
efektif
·
penggunaan
perpustakaan secara intensif dan pencarian bahan pustaka
·
perubahan atau
inovasi pembelajaran
·
strategi menjaga
stabilitas akademis, sosial dll
·
pelaksanaan ujian
·
analisis perilaku belajar
dll.
|
·
Hubungan antara
program seleksi/seleksi program dan rencana masa depan
·
konseling akademik
dalam berbagai bentuk
·
stabilitasi hubungan
antar pribadi
·
etika pemeriksaan
|
Layanan
persiapan lulus
|
·
Mencari pekerjaan
·
menulis aplikasi dan mengumpulkan
informasi tentang formasi
·
keterampilan
wawancara pekerjaan
·
orientasi keluar
·
langkah dan tahap
dalam mendapatkan klearen dll.
|
·
Hidup sebagai lulusan
baru
·
realitas dunia kerja
·
frustasi mencari
pekerjaan
·
menghadapi pasar
tenaga kerja.
|
E.
Kunci
Sukses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Pelaksanaan
BK dilakukan dengan empat kunci sukses, menurut Noah H. Kersey keempat sukses
yang dimaksud adalah :
ü Kerelaan,
dimana banyak peserta didik yang membutuhkan konseling baik yang datang sendiri
atau dipanggil. Semua akan sia-sia bila tidak ada kerelaan dari peserta didik
untuk merubah dirinya.
ü Motivasi,
dimana beberapa peserta didik dituntut dan berkemauan kuat membuat perubahan
dalam hidup sekaligus memiliki dorongan atau energi untuk benar-benar
melakukannya.
ü Komitmen,
adalah kesepakatan atau kemauan dalam
diri peserta didik menjalani sebuah proses, bukan instan.
ü Keyakinan,
dimana hal ini merupakan titik final dan
langkah yang paling kritis dalam menciptakan keberhasilan.
Beberapa prinsip yang harus
diterapkan oleh orang tua dan guru dalam mengembangkan kecerdasan anak, adalah
:
·
Membina hubungan
persahabatan yang baik dan harmonis.
·
Membangun semangat
egaliter dan kesetaraan konstektual.
·
Bekerja dalam komunitas
yang berlangsung secara harmonis.
·
Berempati tinggi dan
toleran terhadap perilaku anak-anak.
·
Berbicara dan
mendengarkan secara efektif.
·
Mencapai prestasi yang
lebih tinggi sesuai dengan regulasi yang ada/jujur.
·
Kemampuan untuk
memecahkan atau menghilangkan masalah antara pribadi atau kearifan dalam
mengatasi konflik.
·
Membangkitkan rasa
humor/jenaka tanpa mengolok-olok.
·
Memotivasi diri apabila
menghadap saat-saat sulit atau genting.
·
Menghadapi situasi yang
sulit dengan percaya diri.
·
Menjalin keakraban.
PSIKOLOGI
PENDIDIKAN DAN OPTIMASI PERKEMBANGAN
PESERTA
DIDIK
A.
Metode
Psikologi Pendidikan
Salah
satu tugas guru adalah mengoptimasi perkembangan peserta didik. Optimasi itu
dapat dilakukan dengan aneka pendekatan. Salah satu pendekatan adalah
pendekatan psikologis kepada peserta didik. Aplikasi metode ini didasari atas
pertimbangan esensi, hakikat, dan prinsip-prinsip tentang perilaku peserta
didik dalam situasi pendidikan dan pembelajaran. Meski buanlah psikolog,
aplikasi metode-metode ini kerap dipakai oleh guru bimbingan dan
konseling/karir atau guru pada umumnya untuk mengoptimasi peserta didik.
Aplikasi metode ini diperuntukkan bagi keperluan pemahaman kondisi awal,
pengumpulan data, analisis data, refleksi, perumusan simpulan dan rekomendasi
untuk solusi.
Metode Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data
dengan tanya-jawab secara lisan baik langsung maupun tidak langsung yang
terarah pada tujuan tertentu. Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara relatif
berstruktur dan wawancara bebas. Wawancara relatif berstruktur adalah wawancara
yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan atau pertanyaan disertai alternatif jawabannya, namun sangat terbuka
bagi perluasan jawaban.
Wawancara tidak berstruktur identik
dengan wawancara bebas dan paling umum dipakai ketika psikolog pendidikan atau
guru menemukan permasalahan atau aspirasi peserta didik secara tiba-tiba.
Disini psikolog pendidikan hanya mengajukan sejumlah pertanyaan atau pertanyaan
yang mengundang jawaban atau komentar peserta didik secara bebas. Secara umum
langkah-langkah wawancara adalah sebagai berikut :
1.
Pembukaan, dimana psikolog pendidikan/guru menciptakan suasana kondusif, memberi
penjelasan tentang fokus dan tujuan wawancara, serta waktu yang akan dipakai
dan sebagainya.
2.
Pelaksanaan, dimana psikolog pendidikan atau guru memasuki inti
wawancara, sifat kondusif tetap diperlukan dan jaga suasana informal.
3.
Penutup, berupa pengakhiran dari wawancara, ucapan terimakasih,
kemungkinan wawancara lebih lanjut, tindak lanjut yang akan dilakukan dan
sebagainya.
Metode
Instropeksi
Secara histori instropeksi adalah
metode tertua dari semua metode psikologi pendidikan. Metode ini sebelumnya
digunakan dalam filsafat dan kemudian digunakan dalam psikologi untuk
mengumpulkan data tentang pengalaman dasar subjek. Instropeksi adalah melihat
secara mendalam melalui pengamatan diri sendiri atau pribadi. Metode ini
dipakai untuk memahami kesehatan mental dan keadaan pikiran sendiri. Metode ini
dikembangkan oleh penganut aliran struktualis dalam psikologi yang
mendefinisikan psikologi sebagai studi tentang pengalaman sadar individu.
Metode
Observasi
Observasi
atau pengamatan, merupakan teknik untuk merekam data atau keterangan atau
informasi tentang diri seseorang yang dilakukan secara langsung atau tidak
langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, sehingga diperoleh
data tingkah laku seseorang yang menampak (behavior observable), apa yang
dikatakan, dan apa yang diperbuatnya. Metode observasi dilakuakn dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap tingkahlaku peserta didik dalam situasi yang
wajar. Hasil observasi dicatat atau direkam secara lengkap. Kegiatan observasi
bisa dilakukan secara langsung dan juga melalui media teknologi. Untuk
terlaksananya observasi dengan baik, psikolog pendidikan atau guru perlu
menyusun pedoman atau garis-garis besar fokus observasi. Pedoman observasi itu
dapat juga dalam bentuk daftar chek (check
list) atau daftar isian. Fokus objek observasi dapat terbatas dan dapat
pula luas spektrumnya.
Metode
Tes
Untuk
mengetahui minat, bakat, potensi, tingkat kecerdasan dan
kecenderungan-kecenderungan lainnya dari peserta didik, seringkali psikolog
pendidikan atu guru (dengan meminta bantuan psikolog) melakuakn tes pada
peserta didiknya. Ada beberapa macam tes, misalnya tes intelegensi, tes sikap,
tes kecepatan reaksi dan tes hasil belajar dan sebagainnya. Hasil tes ini
dianalisis sedemikian rupa untuk “memposisikan” peserta didik sesuai dengan
tujuan tes tersebut.
Metode
Kuisioner
Angket
atau kuisioner adalah seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis dalam
lembaran kertas dan sebagainya dan disampaikan oleh psikolog pendidikan atau
guru kepada peserta didik untuk diisi tanpa intervensi pihak lain. Kuisioner
dapat bersifat terbuka atau tertutup. Kuisioner terbuka adalah kuisioner yang
berisi sejumlah pertanyaan , yang jawabannya ditentukan oleh peserta didik
tanpa perlu dipandu jawabannya. Sebuah kuisioner dikatakan memenuhi syarat jika
dirumuskan secara singkat dan dapat dicerna isinya, mempunyai urutan yang
logis, jawaban yang diminta mengacu pada fokus, mengundang jawaban bebas dari
subjek, hanya untuk tujuan menjaring data bagi kepentingan pendidikan dan
pembelajaran, jawaban yang ada memungkinkan ditafsirkan secara tepat dan
jumlahnya sesuai kebutuhan.
Studi
Kasus
Studi
kasus merupakan kajian atau penelitian mendalam tentang subjek. Studi kasus
juga bermakna analisis mendalam tentang seseorang, kelompok, atau fenomena.
Berbagai teknik yang digunakan dalam rangka studi kasus antara lain adalah
wawancara pribadi, tes psikometri, pengamatan langsung, dan catatan arsip.
Studi kasus yang paling sering digunakan dalam psikologi klinis penelitian
untuk menggambarkan peristiwa langka dan kondisi mengenai subjek. Studi kasus
semacam ini khusus yang digunakan dalam psikologi.
Metode
Lainnya
Beberapa metode lainnya yang dapat
dipakai oleh psikolog pendidikan atau guru adalah eksperimen (baik semu maupun
sungguhan), metode deferensial, metode klinis dan sebagainnya. Metode
eksperimen telah dikembangkan dalam psikologi dengan upaya terus menerus oleh
para psikolog untuk kontribusi utama behaviorisme adalah pengembangan metode
eksperimental untuk memahami, mengendalikan, dan memprediksi perilaku.
Metode klinis terutama digunakan untuk
mengumpulkan informasi rinci tentang masalah perilaku kasus tidak dapat
menyesuaikan diri dan menyimpang. Tujuan utama dari metode ini adalah studi
atas kasus individu atau kasus kelompok untuk mendeteksi dan mendiaknosa
masalah-masalah khusus mereka dan menyarankan langkah-langkah terapi untuk
merehabilitasi mereka dilingkungan mereka. Metode deferensial digunakan untuk
meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat diantara peserta didik.
Menggunakan barbagai macam teknik pengukuran serta menggunakan statistik untuk
menganalisis data sangat lazim dalam metode-metode psikologi. Metode klinis
digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih rinci mengenai perilaku
penyesuaian dan kasus-kasus menyimpang.
B.
Kontibusi
Psikologi Pendidikan
Psikologi
pendidikan telah membuat kemajuan besar untuk memahami bagaimana peserta didik
dengan karakter yang berbeda bisa belajar dengan baik menurut keragaman mata
pelajaran. Seringkali pertanyaan tes tidak sesuai dengan kurikulum sekolah,
sehingga tes tidak dapat mengukur secara baik peserta didik telah belajar
sesuai dengan kurikulum. Seharusnya tes memberikan informasi yang bermanfaat.
Seperti disarankan oleh Joseph Rice lebih dari satu abad lalu, sebuah cara yang
baik untuk menilai apakah pelajaran telah berjalan efektif adalah dengan
menguji apa yang benar-benar telah peserta didik pelajari, sesuai dengan
lingkup materi yang diajarkan.
Psikolog pendidikan akan terus
memberikan kontribusi bagi pendidikan, karena ilmu itu memeperlajari lebih
lanjut tentang otak dan bagaimana belajar terjadi; perkembngan intelek,
pengaruh, kepribadian, karakter dan motivasi; cara menilai pembelajaran dan
menciptakan multifaset lingkungan belajar. Sultan Muhammad (2008) mengemukakan
bahwa psikologi pendidikan membantu para guru bagi pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik dengan tujuan-tujuan berikut ini :
1. Untuk
memahami karakteristik perkembngan peserta didik.
2. Untuk
memahami sifat kelas atau ruang belajar.
3. Untuk
memahami perbedaan individual.
4. Untuk
memahami metode pembelajaran yang efektif.
5. Pengetahuan
tentang kesehatan mental.
6. Kontribusi
kurikulum.
7. Pengukuran
hasil/dampak belajar.
8. Pedoman
layanan pendidikan anak-anak luar biasa.
PERTANYAAN
1. Undang-Undang
nomor berapa yang menjadi rujukan pelaksanaan konseling?
2. Apa
karakteristik konselor yang ideal?
3. Apa
perbedaan Bimbingan dan Konseling?
4. Apa
Kunci sukses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling?
5. Apa
kontribusi Psikologi Pendidikan.
0 komentar:
Posting Komentar