Sabtu, 31 Agustus 2013

BK UNTUK OPTIMASI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


BK UNTUK OPTIMASI
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

A.    Definisi Bimbingan dan Konseling
            Konsep bimbingan dan konseling berangkat dari asumsi bahwa orang dewasa, guru, lembaga atau sekolah harus mempromosikan kehidupan individu yang efisien dan bahagia dengan cara membantu anak atau peserta didik menyesuaikan diri pada realitas sosial.
Bimbingan merupakan upaya memberi nasehat dan saran dari seorang atau sekelompok guru pada peserta didik. Bimbingan sesungguhnya berada pada fase pramasalah, dimana tidak ada masalah khusus yang diidentifikasikan dalam diri peserta didik. Kegiatan bimbingan menjadi bagian integral dari upaya untuk membangun pendidikan dengan melibatkan pengalaman-pengalaman guru yang membantu memahami dan menerima dirinya sendiri dan hidup secara efektif didalam masyarakat.
            Konseling merupakan aktivitas guru atau konselor menginisiasi atau menginspirasi, bahkan meminta peserta didik menggunakan kemampuan, pemahaman, dan ketrampilan yang memungkinkan mereka mengelola kehidupannya sendiri, kini, dan di masa depan. Konseling sifatnya kegiatan pasca masalah. Konseling adalah aktivitas konselor membantu peserta didik dengan mempertimbangkan semua sisi pilihan potensial, bahkan sebelum pilihan dibuat, ketika pilihan dibuat dan ada kebutuhan untuk mengubah dan atau ada keinginan memperkuat atau meninggalkan pilihan mereka seperti itu.
            Dengan demikian bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan bagi peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka bisa mandiri dan berkembang secara optimal, baik dam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Konseling biasanya dipandang sebagai salahsatu bagian dari layanan bimbingan. Konseling adalah proses pembelajaran yang “berorientasi”, yang biasanya terjadi dalam hubungan interaktif dengan tujuan untuk membantu peserta didik tersebut mempelajari lebih lanjut tentang :
·         Diri sendiri
·         Orang lain
·         Situasi dan peristiwa yang berkaitan dengan isu-isu dan kondisi tertentu
·         Belajar untuk menempatkan pemahaman.

            Pelaksanaan konseling dilakuakn konselor. Merujuk pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas sebutan untuk guru pembimbing sepertinya telah dinobatkan sebagai “konselor”. Posisi konselor secara profesional dinyatakan “setara” dengan guru, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur.

B.     Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling
1.      Mendorong aktivitas potensi multi kecerdasan peserta didik agar berkembang secara optimal.
2.      Membantu peserta didik untuk dapat menyelesaikan aneka persoalan akademik, pribadi, dan sosialnya dari hari ke hari.
3.      Memberi pencerahan dan memandu arah peserta didik untuk mewujudkan cita-citanya sesuai dengan potensi internal dan sumberdaya yang dimilikinya.
4.      Merencanakan proses pembelajaran, penyesuaian studi, perkembangan karir dan arah kehidupannya dimasa yang akan datang.
5.      Membantu peserta didik menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, serta lingkungan konstektualnya.
6.      Memotivasi peserta didik untuk bisa keluar dari aneka kemelut pribadi, baik negatif atu positiv yang dihadapinya.
7.      Mengatasi hambatan, kesulitan dan tantangan yang dihadapi dalam proses pembelajaran, penyesuaian diri dan beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah.

            Dengan menggabungkan kegiatan bimbingan dan konseling, Akhmad Sudrajat (2008) mengemukakan fungsi bimbingan dan konseling sebagai berikut :
v  Fungsi pemahaman
v  Fungsi preventif
v  Fungsi pengembangan
v  Fungsi penyembuhan
v  Fungsi penyaluran
v  Fungsi adaptasi
v  Fungsi penyesuaian
v  Fungsi perbaiakan
v  Fungsi  Fasilitasi
v  Fungsi pemeliharaan

Karakteristik konselor yang ideal :
ü  Memiliki minat dan konsisten terhadap kemampuan peserta didik
ü  Pemahaman tentang aspirasi peserta didik
ü  Sikap simpatik
ü  Keramahan
ü  Rasa humor
ü  Kesabaran
ü  Objektivitas
ü  Ketulusan
ü  Kebijaksanaa
ü  Keadilan
ü  Toleransi

C.    Prinsip-prinsip Bimbingan
            Fokus utama bimbingan disekolah adalah membantu dan mendorong aktivasi perkembangan potensi peserta didik baik kognitif, afektif maupun psikomotor demi kehidupan mereka dimasa depan. Atas dasar itu, kegiatan bimbingan harus dilakukan dengan menggunakan prinsip tertentu, yaitu :
Ø  Bimbingan merupakan proses berkesinambungan.
Ø  Kegiatan bimbingan secara khusus direncanakan dan dikembngkan untuk memastikan efektivitas program.
Ø  Bimbingan dilakukan secara multi tujuan, multisubstansi, dan tanpa deskriminasi.
Ø  Bimbingan dilakukan dengan melibatkan tanggungjawab orangtua di rumah dan membuka peluang akses mereka berpartisipasi di sekolah.
Ø  Bimbingan berfokus utama pada program pendidikan, namun tidak semua program pendidikan adalah bimbingan.
Ø  Bimbingan menginisiasi proses pembelajaran peserta didik.
Ø  Bimbingan membantu peserta didik memahami  dirinya sendiri
Ø  Bimbingan dilakukan dengan panduan tertentu dan didasarkan pada konsep yang benar mengenai peserta didik.

D.    Perbedaan Bimbingan dan Konseling
            Konseling adalah bagian integral dari bimbingan dan bhakan mungkin juga sebaliknya atau bahkan dipastikan saling mengisi. Namun demikian kegiatan BK memiliki perbadaan titik tekan, yaitu :

Fungsi/kegiatan bimbingan

Fungsi/kegiatan konseling

Layanan masuk studi/melanjutkan studi

·         Orientasi
·         Pendaftaran
·         pilihan program
·         familiarisasi dengan situs-situs penting dan lokasi di sekolah seperti perpustakaan, kafetaria, pusat kesehatan dll.

·         Pemahaman diri
·         konseling individu
·         memahami oranglain
·         konseling kelompok

Layanan proses pembelajaran

·         Peningkatan belajar efektif
·         penggunaan perpustakaan secara intensif dan pencarian bahan pustaka
·         perubahan atau inovasi pembelajaran
·         strategi menjaga stabilitas akademis, sosial dll
·         pelaksanaan ujian
·         analisis perilaku belajar dll.

·         Hubungan antara program seleksi/seleksi program dan rencana masa depan
·         konseling akademik dalam berbagai bentuk
·         stabilitasi hubungan antar pribadi
·         etika pemeriksaan

Layanan persiapan lulus

·         Mencari pekerjaan
·         menulis aplikasi dan mengumpulkan informasi tentang formasi
·         keterampilan wawancara pekerjaan
·         orientasi keluar
·         langkah dan tahap dalam mendapatkan klearen dll.
·         Hidup sebagai lulusan baru
·         realitas dunia kerja
·         frustasi mencari pekerjaan
·         menghadapi pasar tenaga kerja.


E.     Kunci Sukses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
            Pelaksanaan BK dilakukan dengan empat kunci sukses, menurut Noah H. Kersey keempat sukses yang dimaksud adalah :
ü  Kerelaan, dimana banyak peserta didik yang membutuhkan konseling baik yang datang sendiri atau dipanggil. Semua akan sia-sia bila tidak ada kerelaan dari peserta didik untuk merubah dirinya.
ü  Motivasi, dimana beberapa peserta didik dituntut dan berkemauan kuat membuat perubahan dalam hidup sekaligus memiliki dorongan atau energi untuk benar-benar melakukannya.
ü  Komitmen, adalah kesepakatan atau kemauan dalam diri peserta didik menjalani sebuah proses, bukan instan.
ü  Keyakinan, dimana hal ini merupakan titik final dan langkah yang paling kritis dalam menciptakan keberhasilan.

            Beberapa prinsip yang harus diterapkan oleh orang tua dan guru dalam mengembangkan kecerdasan anak, adalah :
·         Membina hubungan persahabatan yang baik dan harmonis.
·         Membangun semangat egaliter dan kesetaraan konstektual.
·         Bekerja dalam komunitas yang berlangsung secara harmonis.
·         Berempati tinggi dan toleran terhadap perilaku anak-anak.
·         Berbicara dan mendengarkan secara efektif.
·         Mencapai prestasi yang lebih tinggi sesuai dengan regulasi yang ada/jujur.
·         Kemampuan untuk memecahkan atau menghilangkan masalah antara pribadi atau kearifan dalam mengatasi konflik.
·         Membangkitkan rasa humor/jenaka tanpa mengolok-olok.
·         Memotivasi diri apabila menghadap saat-saat sulit atau genting.
·         Menghadapi situasi yang sulit dengan percaya diri.
·         Menjalin keakraban.


PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN OPTIMASI PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK


A.    Metode Psikologi Pendidikan
            Salah satu tugas guru adalah mengoptimasi perkembangan peserta didik. Optimasi itu dapat dilakukan dengan aneka pendekatan. Salah satu pendekatan adalah pendekatan psikologis kepada peserta didik. Aplikasi metode ini didasari atas pertimbangan esensi, hakikat, dan prinsip-prinsip tentang perilaku peserta didik dalam situasi pendidikan dan pembelajaran. Meski buanlah psikolog, aplikasi metode-metode ini kerap dipakai oleh guru bimbingan dan konseling/karir atau guru pada umumnya untuk mengoptimasi peserta didik. Aplikasi metode ini diperuntukkan bagi keperluan pemahaman kondisi awal, pengumpulan data, analisis data, refleksi, perumusan simpulan dan rekomendasi untuk solusi.


Metode Wawancara
           Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan tanya-jawab secara lisan baik langsung maupun tidak langsung yang terarah pada tujuan tertentu. Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara relatif berstruktur dan wawancara bebas. Wawancara relatif berstruktur adalah wawancara yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik dengan mengajukan sejumlah pertanyaan atau pertanyaan disertai alternatif jawabannya, namun sangat terbuka bagi perluasan jawaban.
           Wawancara tidak berstruktur identik dengan wawancara bebas dan paling umum dipakai ketika psikolog pendidikan atau guru menemukan permasalahan atau aspirasi peserta didik secara tiba-tiba. Disini psikolog pendidikan hanya mengajukan sejumlah pertanyaan atau pertanyaan yang mengundang jawaban atau komentar peserta didik secara bebas. Secara umum langkah-langkah wawancara adalah sebagai berikut :
1.      Pembukaan, dimana psikolog pendidikan/guru menciptakan suasana kondusif, memberi penjelasan tentang fokus dan tujuan wawancara, serta waktu yang akan dipakai dan sebagainya.
2.      Pelaksanaan, dimana psikolog pendidikan atau guru memasuki inti wawancara, sifat kondusif tetap diperlukan dan jaga suasana informal.
3.      Penutup, berupa pengakhiran dari wawancara, ucapan terimakasih, kemungkinan wawancara lebih lanjut, tindak lanjut yang akan dilakukan dan sebagainya.


Metode Instropeksi
            Secara histori instropeksi adalah metode tertua dari semua metode psikologi pendidikan. Metode ini sebelumnya digunakan dalam filsafat dan kemudian digunakan dalam psikologi untuk mengumpulkan data tentang pengalaman dasar subjek. Instropeksi adalah melihat secara mendalam melalui pengamatan diri sendiri atau pribadi. Metode ini dipakai untuk memahami kesehatan mental dan keadaan pikiran sendiri. Metode ini dikembangkan oleh penganut aliran struktualis dalam psikologi yang mendefinisikan psikologi sebagai studi tentang pengalaman sadar individu.


Metode Observasi
            Observasi atau pengamatan, merupakan teknik untuk merekam data atau keterangan atau informasi tentang diri seseorang yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, sehingga diperoleh data tingkah laku seseorang yang menampak (behavior observable), apa yang dikatakan, dan apa yang diperbuatnya. Metode observasi dilakuakn dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap tingkahlaku peserta didik dalam situasi yang wajar. Hasil observasi dicatat atau direkam secara lengkap. Kegiatan observasi bisa dilakukan secara langsung dan juga melalui media teknologi. Untuk terlaksananya observasi dengan baik, psikolog pendidikan atau guru perlu menyusun pedoman atau garis-garis besar fokus observasi. Pedoman observasi itu dapat juga dalam bentuk daftar chek (check list) atau daftar isian. Fokus objek observasi dapat terbatas dan dapat pula luas spektrumnya.


Metode Tes
            Untuk mengetahui minat, bakat, potensi, tingkat kecerdasan dan kecenderungan-kecenderungan lainnya dari peserta didik, seringkali psikolog pendidikan atu guru (dengan meminta bantuan psikolog) melakuakn tes pada peserta didiknya. Ada beberapa macam tes, misalnya tes intelegensi, tes sikap, tes kecepatan reaksi dan tes hasil belajar dan sebagainnya. Hasil tes ini dianalisis sedemikian rupa untuk “memposisikan” peserta didik sesuai dengan tujuan tes tersebut.


Metode Kuisioner
           Angket atau kuisioner adalah seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis dalam lembaran kertas dan sebagainya dan disampaikan oleh psikolog pendidikan atau guru kepada peserta didik untuk diisi tanpa intervensi pihak lain. Kuisioner dapat bersifat terbuka atau tertutup. Kuisioner terbuka adalah kuisioner yang berisi sejumlah pertanyaan , yang jawabannya ditentukan oleh peserta didik tanpa perlu dipandu jawabannya. Sebuah kuisioner dikatakan memenuhi syarat jika dirumuskan secara singkat dan dapat dicerna isinya, mempunyai urutan yang logis, jawaban yang diminta mengacu pada fokus, mengundang jawaban bebas dari subjek, hanya untuk tujuan menjaring data bagi kepentingan pendidikan dan pembelajaran, jawaban yang ada memungkinkan ditafsirkan secara tepat dan jumlahnya sesuai kebutuhan.

Studi Kasus
         Studi kasus merupakan kajian atau penelitian mendalam tentang subjek. Studi kasus juga bermakna analisis mendalam tentang seseorang, kelompok, atau fenomena. Berbagai teknik yang digunakan dalam rangka studi kasus antara lain adalah wawancara pribadi, tes psikometri, pengamatan langsung, dan catatan arsip. Studi kasus yang paling sering digunakan dalam psikologi klinis penelitian untuk menggambarkan peristiwa langka dan kondisi mengenai subjek. Studi kasus semacam ini khusus yang digunakan dalam psikologi.


Metode Lainnya
           Beberapa metode lainnya yang dapat dipakai oleh psikolog pendidikan atau guru adalah eksperimen (baik semu maupun sungguhan), metode deferensial, metode klinis dan sebagainnya. Metode eksperimen telah dikembangkan dalam psikologi dengan upaya terus menerus oleh para psikolog untuk kontribusi utama behaviorisme adalah pengembangan metode eksperimental untuk memahami, mengendalikan, dan memprediksi perilaku.
           Metode klinis terutama digunakan untuk mengumpulkan informasi rinci tentang masalah perilaku kasus tidak dapat menyesuaikan diri dan menyimpang. Tujuan utama dari metode ini adalah studi atas kasus individu atau kasus kelompok untuk mendeteksi dan mendiaknosa masalah-masalah khusus mereka dan menyarankan langkah-langkah terapi untuk merehabilitasi mereka dilingkungan mereka. Metode deferensial digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat diantara peserta didik. Menggunakan barbagai macam teknik pengukuran serta menggunakan statistik untuk menganalisis data sangat lazim dalam metode-metode psikologi. Metode klinis digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih rinci mengenai perilaku penyesuaian dan kasus-kasus menyimpang.
  

B.     Kontibusi Psikologi Pendidikan
            Psikologi pendidikan telah membuat kemajuan besar untuk memahami bagaimana peserta didik dengan karakter yang berbeda bisa belajar dengan baik menurut keragaman mata pelajaran. Seringkali pertanyaan tes tidak sesuai dengan kurikulum sekolah, sehingga tes tidak dapat mengukur secara baik peserta didik telah belajar sesuai dengan kurikulum. Seharusnya tes memberikan informasi yang bermanfaat. Seperti disarankan oleh Joseph Rice lebih dari satu abad lalu, sebuah cara yang baik untuk menilai apakah pelajaran telah berjalan efektif adalah dengan menguji apa yang benar-benar telah peserta didik pelajari, sesuai dengan lingkup materi yang diajarkan.
            Psikolog pendidikan akan terus memberikan kontribusi bagi pendidikan, karena ilmu itu memeperlajari lebih lanjut tentang otak dan bagaimana belajar terjadi; perkembngan intelek, pengaruh, kepribadian, karakter dan motivasi; cara menilai pembelajaran dan menciptakan multifaset lingkungan belajar. Sultan Muhammad (2008) mengemukakan bahwa psikologi pendidikan membantu para guru bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dengan tujuan-tujuan berikut ini :
1.      Untuk memahami karakteristik perkembngan peserta didik.
2.      Untuk memahami sifat kelas atau ruang belajar.
3.      Untuk memahami perbedaan individual.
4.      Untuk memahami metode pembelajaran yang efektif.
5.      Pengetahuan tentang kesehatan mental.
6.      Kontribusi kurikulum.
7.      Pengukuran hasil/dampak belajar.
8.      Pedoman layanan pendidikan anak-anak luar biasa.


PERTANYAAN

1.      Undang-Undang nomor berapa yang menjadi rujukan pelaksanaan konseling?
2.      Apa karakteristik konselor yang ideal?
3.      Apa perbedaan Bimbingan dan Konseling?
4.      Apa Kunci sukses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling?
5.      Apa kontribusi Psikologi Pendidikan.

0 komentar: