BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
MASALAH
Pekerjaan (occupation,
vocation, career) merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan
manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Betapa
orang akan merasa sangat susah dan gelisah jika tidak memiliki pekerjaan yang
jelas, apalagi kalau sampai menjadi penganggur. Demikian pula banyak orang yang
mengalami stres dan frustrasi dalam hidup ini karena masalah pekerjaan.
Penelitian Levinson (dalam Isaacson, 1985) menunjukkan bahwa komponen
terpenting dari kehidupan manusia dewasa adalah: (1) keluarga, dan (2)
pekerjaan. Dua komponen tersebut sangat menentukan kebahagian hidup manusia,
sehingga tidak mengherankan jika masalah pekerjaan dan keluarga praktis menyita
seluruh perhatian, energi, dan waktu orang dewasa.
Menurut Herr dan Cramer
(dalam Isaacson, 1985) pekerjaan memiliki peran yang sangat besar dalam
memenuhi kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan ekonomis, sosial, dan
psikologis. Secara ekonomis orang yang bekerja akan memperoleh penghasilan/uang
yang bisa digunakan untuk membeli barang dan jasa guna mencukupi kebutuhan
hidup sehari-hari. Secara sosial orang yang memiliki pekerjaan akan lebih
dihargai oleh masyarakat daripada orang yang menganggur.
Secara social orang yang
bekerja mendapat status sosial yang lebih terhormat daripada yang tidak bekerja.
Lebih jauh lagi orang yang memiliki pekerjaan secara psikologis akan
meningkatkan harga diri dan kompetensi diri. Pekerjaan juga dapat menjadi
wahana yang subur untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki
individu.
Pekerjaan tidak serta
merta merupakan karier. Kata pekerjaan (work, job, employment) menunjuk
pada setiap kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa (Isaacson, 1985);
sedangkan kata karier (career) lebih menunjuk pada pekerjaan atau
jabatan yang ditekuni dan diyakini sebagai panggilan hidup, yang meresapi
seluruh alam pikiran dan perasaan seseorang, serta mewarnai seluruh gaya
hidupnya (Winkel, 1991). Maka dari itu pemilihan karier lebih memerlukan
persiapan dan perencanaan yang matang dari pada kalau sekedar mendapat
pekerjaan yang sifatnya sementara waktu.
Mengingat betapa
pentingnya masalah karier dalam kehidupan manusia, maka sejak dini anak perlu
dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan cara memberikan
pendidikan dan bimbingan karier yang berkelanjutan.
B.
PERUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian bimbingan
karir?
2.
Apa saja tujuan bimbingan
karier?
3.
Bagaimana bimbingan karir
di Sekolah Dasar?
4.
Bagaimana bimbingan karir
di Sekolah Mengengah Pertama?
5.
Bagaimana bimbingan karir
di Sekolah Mengengah Atas?
6.
Bagaimana bimbingan karir
di Perguruan Tinggi?
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk mengetahui
pengertian bimbingan karir.
2.
Untuk mengetahui tujuan
bimbingan karier.
3.
Untuk mengetahui bimbingan
karir di Sekolah Dasar.
4.
Untuk mengetahui bimbingan
karir di Sekolah Mengengah Pertama.
5.
Untuk mengetahui bimbingan
karir di Sekolah Mengengah Atas.
6.
Untuk mengetahui bimbingan
karir di Perguruan Tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN BIMBINGAN
KARIR
Menurut Miller dalam
Roosdi Achmad Syuhada (1998:15) Bimbingan didefinisikan sebagai suatu proses
pemberian bantuan kepada individu-individu dalam mencapai pemahaman dan
pengarahan diri (Guidance is the proces of helping individualis achieve the
self understanding and self and direction) sedangkan
karier diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan
dan kedudukan yang mengarah pada dunia kerja (Dewa Ketut Sukardi, 1987:18),
sedangkan bimbingan karier dapat didefinisikan suatu proses pemberian bantuan
kepada individu-individu dalam mencapai penanaman dan pengarahan diri pada
pekerjaan, jabatan dan kedudukan yang miliki oleh individu. Bimbingan karier
adalah proses bantuan yang diberikan kepada siswa agar dapat memahami diri,
memahami nilai-nilai, memahami lingkungan, mengenal masalah dan cara mengatasi,
serta dapat merencanakan masa depan (Depdikbud Provinsi Jateng; 1991:4).
Dalam bukunya Dewa Ketut
Sukardi (1987:22), mendefinisikan Bimbingan Karier adalah bantuan layanan yang
diberikan kepada individu-individu untuk memilih, menyiapkan, menyesuaikan dan
menetapkan dirinya dalam pekerjaan yang sesuai serta memperoleh kebahagiaan
daripadanya. Berkaitan dengan sekolah, bimbingan karier dapat dipandang sebagai
suatu proses perkembangan yang berkesinambungan yang membantu terutama dalam
hal perencanaan karier, pembuatan keputusan, perkembangan ketrampilan/ keahlian
informasi karier, dan pemahaman diri.
Dari definisi tersebut,
dapat diambil kesimpulan, bahwa bimbingan karier adalah suatu proses bantuan,
layanan informasi dan pendekatan terhadap individu/ kelompok individu agar
dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja untuk menentukan
pilihan karier, mampu untuk mengambil keputusan karier dan mengakui bahwa
keputusan tersebut adalah yang paling tepat/ sesuai dengan keadaan dirinya
dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan karier yang akan ditekuninya.
B.
TUJUAN BIMBINGAN
KARIER
Tujuan bimbingan karier
lebih menitikberatkan kepada layanan yang mengarah untuk persiapan menuju masa
depan dunia karier. Perkembangan karier dewasa ini begitu pesat sehingga
bimbingan karier harus senantiasa mencari informasi terbaru tentang
karakteristik pekerjaan/ karier yang sedang berkembang. Melalui bimbingan
karier sebagai suatu proses diharapkan mampu menciptakan sikap kemandirian
siswa dalam menentukan arah pilih karier yang sesuai dengan keadaan diri dan
kemampuannya. Karena melalui bimbingan karier inilah siswa dapat mengetahui
kondisi diri dan informasi lingkungan karier yang diperlukan bagi dirinya untuk
merencanakan karier yang memberikan tingkat kepuasan kerja yang diharapkan,
ringan dan bertanggung jawab.
C.
BIMBINGAN KARIER DI
SEKOLAH DASAR (SD)
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, melalui Direktorat Pendidikan Dasar, telah menerbitkan
buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Siswa di Sekolah Dasar dalam rangka
pelaksanaan Kurikulum tahun 1994. Dalam buku pedoman itu disebutkan bahwa isi
layanan bimbingan di Sekolah Dasar ada tiga, yaitu: (1) bimbingan
pribadi-sosial, (2) bimbingan belajar, dan (3) bimbingan karier. Jadi jelaslah
bahwa secara formal dan legal program bimbingan karier harus sudah diberikan
sejak usia sekolah dasar.
Lebih jauh dijelaskan
secara rinci pada buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan tersebut mengenai isi bimbingan
karier untuk kelas-kelas rendah (kelas 1,2, dan 3) maupun untuk kelas-kelas
tinggi (kelas 4,5, dan 6) sebagai berikut :
1.
Isi bimbingan karier
untuk kelas-kelas rendah (dikutip dari Pedoman BP-SD, 1994, hal. 16-17):
a.
Mengenalkan perbedaan
antar kawan sebaya;
b.
Menggambarkan perkembangan
diri siswa;
c.
Menjelaskan bahwa bekerja
itu penting bagi kehidupan sesuai dengan tuntutan lingkungan;
d.
Mengenalkan ketrampilan
yang dimiliki siswa;
e.
Menjelaskan macam-macam
pekerjaan yang ada di lingkungan sekolah;
f.
Menggambarkan kegiatan
setelah tamat SD;
g.
Mengenalkan macam-macam
pekerjaan yang dilakukan orang dewasa;
h.
Mengenalkan
kegiatan-kegiatan yang menarik;
i.
Mengenalkan alasan orang
memilih suatu pekerjaan, dan bahwa pilihan itu masih dapat berubah;
j.
Menjelaskan bahwa kehidupan
masa depan dapat direncanakan sejak sekarang;
k.
Mengenalkan bahwa
seseorang dapat memiliki banyak peran;
l.
Menjelaskan bahwa
pekerjaan seseorang itu dipengaruhi oleh minat dan kecakapannya.
2.
Isi bimbingan karier
untuk kelas-kelas tinggi (dikutip dari Pedoman BP-SD, 1994, hal.19-20) adalah:
a.
Menjelaskan manfaat
mencontoh orang-orang yang berhasil;
b.
Melatih siswa
menggambarkan kehidupan di masa yang akan datang;
c.
Membimbing diskusi
mengenai pekerjaan wanita dan pria;
d.
Menjelaskan jenis-jenis
ketrampilan yang dikaitkan dengan pekerjaan tertentu;
e.
Melatih siswa membayangkan
hal-hal yang akan dilakukan pada usia kira-kira 25 tahun kelak;
f.
Membimbing siswa tentang
macam-macam gaya hidup dan pengaruhnya;
g.
Menjelaskan tentang
pengaruh nilai yang dianut dalam pengambilan keputusan;
h.
Membimbing siswa untuk
memperkirakan bahwa meneladan tokoh panutan dapat mempengaruhi karier;
i.
Melatih siswa merencanakan
pekerjaan apa yang cocok pada masa dewasa;
j.
Membimbing siswa
berdiskusi tentang pengaruh pekerjaan orang terhadap kehidupan anak;
k.
Melatih siswa melihat
hubungan antara minat dan kemampuan;
l.
Mengenalkan bermacam-macam
cara untuk menilai kemajuan prestasi;
m. Mengenalkan macam-macam pekerjaan yang ada di lingkungan
sekitar.
Setelah memahami materi
bimbingan karier yang harus diberikan di SD, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan waktu, tempat, teknik, dan sistem penilaian Bimbingan Karier.
Mengenai waktu pelaksaan bimbingan karier dapat diintegrasikan dengan jam-jam
pelajaran yang sudah ada, atau pun menyediakan jam khusus untuk keperluan
bimbingan karier ini. Untuk tingkat SD kiranya lebih praktis jika bimbingan
karier diintegrasikan dengan jam-jam pelajaran yang tersedia. Jika cara ini
yang dipilih, maka semua guru kelas dan semua guru bidang studi sekaligus
menjadi guru bimbingan karier. Dalam setiap pelajaran yang diberikan, guru
dapat menyelipkan berbagai macam hal yang berkaitan dengan
pekerjaan/jabatan/karier anak-anak di masa mendatang, disesuaikan dengan tahap
perkembangan karier anak. Kalau ada tenaga khusus untuk Bimbingan Karier, maka
penyediaan jam khusus akan sangat bermanfaat.
Tempat pelaksanaan
bimbingan karier dapat di mana saja, misalnya di dalam kelas, di luar ruangan,
atau di tempat kerja yang sesuai dengan topik yang yang dibahas. Penentuan
tempat juga bergantung pada fasilitas yang dibutuhkan. Jika dibutuhkan
gambar-gambar, film, atau video, barangkali lebih cocok menggunakan ruang audio
visual kalau memang ada. Teknik pelaksanaan juga dapat bermacam-macam, secara
kelompok atau secara individual, tergantung dari kebutuhan dan tujuan. Dapat
jiga dengan cara alih tangan (referal), artinya minta bantuan orang lain yang
ahli dalam bidangnya untuk memberikan bimbingan karier. Demikian juga metode
dan peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan topik pembicaraan dan tingkat
perkembangan anak.
D.
BIMBINGAN KARIER DI
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Bimbingan karir di SMP
merupakan proses bantuan yang dberikan oleh konselor sekolah kepada siswa dalam
rangka pemberian informasi karir dan pekerjaan sehingga muncul kesadaran pada
diri siswa untuk memilih pekerjaan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan
yang dimiliki.
1.
Karakteristik siswa
di SMP adalah:
a.
Siswa berusia antara 12/13
– 15/16 tahun.
b.
Tugas-tugas pokok
perkembangan yang harus dicapai anak , yaitu:
· mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan
karir.
· mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk pendidikan
lanjutan.
· mengenal gambaran dan mengembangkan sikap pribadi yang mandiri.
· mengarahkan diri pada peranan sosial sebagai pria atau sebagai
wanita.
c.
Perkembangan kemampuan
berpikir anak sudah pada tahap operasional formal, dimana anak sudah mulai
berpikir secara abstrak, namun masih perlu bantuan dengan contoh-contoh konkrit
dalam kehidupan sehari-hari.
d.
Konsep belajar sudah mulai
berkembang pada tahap pemahaman, dimana setiap informasi/konsep atau peristiwa
belajar dapat dicerna oleh aspek kognitifnya sehingga mereka memperoleh
pemahaman diri yang lebih baik.
e.
Berada pada tahap
perkembangan remaja, sedang mengalami masa pubertas dan mencari identitas diri.
2.
Tujuan Bimbingan
karir di SMP/SLTP
a.
Tujuan
Umum
Tujuan
umum bimbingan karir di SMP/SLTP adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk
melibatkan diri secara aktif dalam suatu proses yang dapat mengungkapkan
berbagai macam karir. Melalui proses tersebut diharapkan siswa menyadari
dirinya, kemampuannya, dan hubungan antara keduanya dengan berbagai karir dalam
masyarakat.
b.
Tujuan
khusus bimbingan karir di SMP adalah:
· Memahami lebih tepat tentang keadaan dan kemampuan diri para
siswa.
· Membina kesadaran terhadap nilai-nilai yang ada pada diri
pribadi siswa.
· Mengenal berbagai jenis sekolah lanjutan tingkat menegah atas
(SMA/MA).
· Mengenal berbagai jenis pekerjaan.
· Memberi penghargaan yang obyektif dan sehat terhadap dunia
kerja.
c.
Fungsi
bimbingan karir di SMP adalah:
· Memberikan arahan kepada siswa agar mempunyai wawasan awal yang
objektif tentang pendidikan lanjutan dan lapangan pekerjaan
· Memberikan bekal tambahan dalam melalui masa peralihan yang
sistematis dari status siswa menjadi anggota masyarakat yang produktif.
· Memberikan kesempatan untuk mengenal serta membina sikap, minat,
dan nilai terhadap dunia kerja.
d.
Materi
pokok bimbingan karir di SMP/SLTP
Ada lima materi pokok bimbingan karir di SMP/SLTP, yaitu:
· Pengenalan konsep diri berkenaan dengan bakat dan kecenderungan
pilihan karir/jabatan serta arah pengembangan karir.
· Pengenalan bimbingan karir khususnya berkenaan dengan pilihan
pekerjaan.
· Orientasi dan informasi jabatan dan usaha untuk memperoleh
penghasilan.
· Pengenalan berbagai jenis lapangan pekerjaan yang dapat dimasuki
tamatan SMP.
· Orientasi dan informasi pendidikan menengah sesuai dengan cita-cita
melanjutkan pendidikan dan pengembangan karir.
Bimbingan karir di SMP
merupakan kelanjutan dari bimbingan karir di SD, melalui guru pembimbing siswa
mendapatkan berbagai informasi tentang karir sehingga dapat membina sikap dan
apresiasinya terhadap jenis pendidikan, jenis pekerjaan, dan menelusuri
hubungan antara kerja dan waktu luang, memperluas minat kerja, serta memberikan
berbagai informasi tentang pekerjaan sehingga memunculkan kesadaran siswa untuk
menentukan pilihan pekerjaannya dimasa datang sesuai dengan bakat dan minat
yang dimilikinya.
E.
BIMBINGAN KARIER DI
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
Walaupun baru sedikit yang
diketahui tentang kapan para remaja menyatakan pilihan pilihan okupasionalnya
,beberapa estimasi kasar sudah tersedia. Crites (1969) melakukan review
terhadap beberapa studi yang berkaitan dan menyimpulkan bahwa sekitar 30 persen
siswa bimbang saat di sekolah lanjutan dan perguruan tinggi.Hal ini agak lebih
tinggi dari pada penemuan yang lebih muktahir dan fottler dan Bain (1980) yang
hanya 18 % dari sample siswa sekolah lanjutan atas di Alabama yang bimbang dan
kurang dari studi longitudinal Marr (1956) yang melaporkan bahwa 50 persen
subjek tidak membuat sesuatu keputusan hingga usia 21 tahun. .Penelitian
Holander (1974) telah menunjukkan bahwa kemampuan mengambil keputusan di antara
siswa-siswa sekolah lanjutan atas bervariasi menurut sipat-sipat intelektual
siswa.
Perbedaan dalam aspirasi
karier, diantara siswa-siswa lanjutan atas ternyata terdapat
perbedaan-perbedaan subtansial dalam kebutuhan kebutuhan perkembangan dan
kematangan kariernya . Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan-perbedaan ini
(misalnya, tingkat bantuan orang tua , latar belakang jenis kelamin rasial dan
konsep diri, perkembangan dan kesehatan fisik) Dillart dan Campbell(1981)
membandingkan pengaruh dari orang tua terhadap prilaku karier dari 194 orang
anak anak dikelas tiga SLTP hingga kelas tiga SLTA . Sampel diambil dari
keluarga keluarga yang utuh dan tidak utuh dengan ciri-ciri sosio ekonomik
menenggah dan rendah mereka menemukan bahwa orang-orang tua ini secara
deferensial mempengaruhi perkembangan karier anak anaknya
Plata (1981) membandingkan
aspirasi-aspirasi okupasional dari 40 pria remaja normal dan 40 pria remaja
yang mengalami gangguan emosional dengan menggunakan okupasional
aspirasion scale, ia menemukan bahwa taraf aspirasi okupasional pria remaja
normal lebih tinggi dari pada kelompok kelompok yang menderita gangguan
emosional.
Pound (1978) melakukan
studi tentang konsep diri dari 500 siswa pria dan 500 siswa wanita yang dipilih
secara acak dari enam sekolah lanjutan pada bagian barat New York dan mencoba
memprediksi kematangan karier sub-sub kelompok ras dan jenis kelamin . dengan
menggunakan skala sikap dari Vocational Development Inventory (sekarang CMI)
dan Tennessee Self-Consep Scale sebagai predictor-prediktor ia menemukan bahwa
konsep diri nampak mempunyai efek yang berbeda pada kematangan karier yang
tergantung pada ras dan jenis kelamin peserta.
1.
Perbedaan dalam
Perkembangan Karier
Pandangan tentang
perbedaan – perbedaan dalam perkembangan karier diantara siswa siswa lanjutan
atas datang dari the nasional Assesment of Educasional progress project on
career and occupational Development . Sekitar 37.500 anak anak laki laki dan
perempuan antar bangsa termasuk dalam sample. Penemuan penemuannya antara lain
sebagai berikut (Mitchell,1977).
a.
Kebanyakan anak anak umur
tujuh belas tahun telah membicarakan secara serius kepada seseorang tentang
rencana-rencananya di masa depan. Rencana-rencananya didiskusikan dengan orang
tua dua kali lebih sering daripada dengan para konselor advisor atau teman
sebaya. Hanya sekitar dua pertiganya merasa bahwa orang lawan bicaranya
menyadari kemampuan-kemampuannya.
b.
Anak anak laki-laki
cendrung lebih percaya kepada kemampuan kemampuannya mengerjakan sesuatu dari
pada anak-anak perempuan.
c.
Gengsi dan status tercatat
dua kali lebih banyak daripada tantangan dan tanggung jawab, kepuasan pribadi,
kesempatan dan kemajuan sebagai alasan-alasan untuk menerima promosi dalam
pekerjaan.
d.
Hanya 2,2 persen dari
responden memandang bidang-bidang sekolah dan akademik sebagai
aktivitas-aktivitas yang mungkin bermanfaat untuk suatu pekerjaan.
e.
Sumber utama untuk
mengetahui syarat-syarat suatu pekerjaan adalah observasi terhadap bidang
pekerjaan.
f.
Hampir semua anak-anak
umur tujuh belas tahun telah memikirkan tentang jenis pekerjaan yang mereka
suka kerjakan kelak.
2.
Implikasi-Implikasi
Bagi Bimbingan Karier di SLTA
Karena pelajar di sekolah
menengah akan sampai pada tingkat kematangan karir yang berbeda melalui rute
yang berbeda (lancar atau tidak lancar) aktivitas bimbingan karier harus
memiliki tiga penekanan :mendorong perkembangan karier, menyediakan
perlakuan,dan membantu penempatan (mengacu kepada perpindahan pelajar ketingkat
pendidikan selanjutnya atau kekehidupan pekerjaan.
Kegiatan (aktivitas)
bimbingan karier pada sekolah menengah harus bisa mengantar setiap pelajar
untuk menangulangi tugas perkembangan menuju perkembangan karier, dan
membimbing pelajar kepada kreasi dan prestasi dari seperangkat pilihan dan
rencana yang akan di tetapkan.
Penekanan penekanan utama
dalam aktivitas aktivitas bimbingan karier untuk berbagai individu haruslah
didasarkan pada intensitas perencanaan, kesiapan berpartisipasi dalam kehidupan
sebagai pribadi yang independent, dan keterarahan individu-individu kepada
tujuan. Dalam hubungan dengan itu, the nasional conference on Guidance,
Counseling, and placement in Career Development and Education Occupasional
Decision-Making(Cysbers&Pritchard,1969:74) memberi rekomendasi
tujuan-tujuan untuk aktivitas-aktivitas bimbingan karier di sekolah menengah
sebagai berikut:
a.
Siswa mengembangkan kesadaran
akan perlunya implementasi yang lebih khusus dari tujuan-tujuan karier.
b.
Siswa mengembangkan
rencana-rencana yang lebih khusus guna mengimplementasikan tujuan-tujuan
karier.
c.
Siswa melaksanakan
rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat-syarat memasuki pekerjaan dengan
mengambil mata pelajaran di tingkat sekolah lanjutan, dengan latihan dalam
jabatan, atau dengan mengejar latihan lebih lanjut di perguruan tinggi atau
pendidikan pasca sekolah lanjutan yang mengantar pada kualifikasi-kualifikasi
untuk suatu okupasi khusus
3.
Tujuan Bimbingan
Karier di SLTA.
Herr (1976 : 1-2)
mengemukakan tujuan tujuan bimbingan karier di SLTA yang meliputi membantu
siswa siswa belajar untuk :
a.
menunjukkan hubungan
antara hasil-hasil belajar, nilai-nilai aspirasi aspirasi pendidikan.dan
kariernya
b.
menganalisis kompetensi
pribadi sekarang dalam keterampilan keterampilan yang diperlukan untuk
pilihan-pilihan karier dan mengembangkan rencana-rencana untuk memperkuat
keterampilan ini bila di perlukan
c.
memegang tanggung jawab
dalam perencanaan karier dan konsekuensi- konsekuensinya.
d.
siap untuk memenuhi syarat
bagi taraf memasuki pekerjaan-pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran yang
sesuai, dengan pendidikan kooperatif, atau dengan latihan-latihan dalam
jabatan.
e.
siap untuk memenuhi syarat
bagi pendidikan pasca sekolah lanjutan dengan mengambil mata pelajaran yang
diperlukan oleh tipe program dan lembaga yang diinginkan (perguruan tinggi,
perdagangan, perusahaan.
f.
mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan keterampilan yang berhubungan dengan kehidupan sebagai
konsumen.
g.
dengan penggunaan efektif
waktu luang.
h.
secara sistematis menguji
realitas pilihan-pilihan karier dengan menghubungkannya dengan hasil belajar
dalam mata pelajaran.
F.
BIMBINGAN KARIER DI
PERGURUAN TINGGI
1.
Motivasi Memasuki
Jenjang Perguruan Tinggi
Pada dasarnya belajar di
perguruan tinggi tidak merupakan bagian sistem pendidikan wajib, sehingga
kuliah di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan yang disengaja. Ada berbagai
alasan yang menjadi motivasi bagi orang untuk memasuki perguruan tinggi
(menjadi mahasiswa). Berikut ini dijabarkan beberapa hal yang menjadi motivasi
orang untuk memasuki jenjang pendidikan perguruan tinggi (penelitian di Amerika
Serikat), yaitu:
a.
Alasan, terdiri dari:
· Untuk kepuasan diri: mahasiswa yang mencari identitas pribadi
dan pemenuhan diri.
· Untuk mengejar karir: mahasiswa yang memandang pendidikan di
perguruan tinggi sebagai alat untuk mencapai tujuan profesi atau okupasi
tertentu, dalam hal ini perguruan tinggi dianggap sebagai alat/cara untuk
mencapai tujuan dan bukan sebagai tujuan itu sendiri.
· Untuk menghindar: mahasiswa yang menempuh pendidikan di
perguruan tinggi sebagai jalan untuk menghindari sesuatu hal (wajib militer,
keharusan bekerja), bukan karena suatu tujuan positif, disadari, dan
sungguh-sungguh.
b.
Budaya mahasiswa,
penelitian yang dilakukan Clark & Trow menunjukkan ada empat budaya
mahasiswa yang dominan, yaitu:
· Collegiate: berkenaan dengan
mengejar kesenangan, seperti: bermain baseball, futball, cheer, dll.
· Vokasional: berkenaan dengan
pengejaran keterampilan-keterampilan untuk dapat digunakan dalam bekerja.
· Akademik: berkenaan dengan
pengejaran pengetahuan.
· Konformis: berkenaan dengan
pengejaran identitas pribadi yang sesuai.
c.
Distribusi umur,
Pada umumnya populasi yang
memasuki perguruan tinggi berumur antara 18-21 tahun. Populasi perguruan tinggi
mewakili berbagai taraf kematangan, pengalaman hidup, eksplorasi okupasional,
pengalaman kerja, dan kelompok-kelompok variabel lainnya.
d.
Sex
composition,
Pada abad ke-19 yang mendominasi
pendidikan di perguruan tinggi adalah laki-laki, namun di abad ke-21 persentase
wanita yang memasuki perguruan tinggi meningkat dengan pesat.
e.
Kelas sosio-ekonomis
Ada suatu hubungan linier
antara penghasilan keluarga dengan keberadaan anak di perguruan tinggi, jika
penghasilan keluarga meningkat maka kesempatan anak-anak untuk memasuki
pendidikan di perguruan tinggi juga meningkat. Hal ini menyebabkan sekolah
kejuruan mulai ditinggalkan. Secara tradisional, perguruan tinggi dipandang
sebagai alat untuk melakukan mobilitas ke atas.
f.
Hasil-hasil yang
didapat di perguruan tinggi
Kebanyakan orang memilih
pendidikan di perguruan tinggi sebab mereka merasa akan mendapat
pengembalian-pengembalian, baik berupa kepribadian, maupun keuangan.
2.
Hal-hal Pokok Dalam
Bimbingan Karir di Perguruan Tinggi
Ada beberapa hal pokok dalam bimbingan karir di perguruan
tinggi, yaitu:
a.
Institusional komitmen:
pengakuan dari pihak perguruan tinggi terhadap bimbingan karir sebagai bagian
penting dari keseluruhan kegiatan pendidikan di perguruan tinggi.
b.
Pertimbangan perencanaan:
berhubungan dengan permasalahan kesegeraan bimbingan karir bagi para mahasiswa.
c.
Perencanaan program karir
di perguruan tinggi: dalam perencanaan bimbingan karir sebaiknya sudah diadakan
penyediaan layanan-layanan yang lengkap.
3.
Model rangkaian untuk
program karir di perguruan tinggi, adalah:
a.
Orientasi kesadaran.
b.
Assesment diri.
c.
Penjajakan karir.
d.
Mensetting tujuan karir.
e.
Pengalaman kerja.
f.
Konteks karir.
g.
Tersedianya dunia kerja.
h.
Penempatan.
i.
Alumni
4.
Teknik konseling yang
dapat digunakan dalam konseling karir di perguruan tinggi, antara lain:
a.
Konseling kelompok.
b.
Konseling perorangan.
c.
Konseling teman sebaya.
d.
Penempatan.
5.
Tipe Konseling Karir
Menurut Morrill dan Forrest ada empat tipe konseling karir,
yaitu:
a.
Konseling yang membantu
klien dengan suatu keputusan tertentu dengan memberikan informasi dan
klarifikasi masalah.
b.
Konseling yang membantu
klien dengan suatu keputusan tertentu dengan memusatkan perhatian pada
keterampilan membuat keputusan.
c.
Konseling yang memandang
karir sebagai proses, bukan sebagai tujuan.
d.
Konseling yang memusatkan
perhatian pada usaha menanamkan kemampuan menggunakan karakteristik personal
klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan klien sendiri.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Bimbingan karier adalah
suatu proses bantuan, layanan informasi dan pendekatan terhadap individu/
kelompok individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia
kerja untuk menentukan pilihan karier, mampu untuk mengambil keputusan karier
dan mengakui bahwa keputusan tersebut adalah yang paling tepat/ sesuai dengan
keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan karier yang akan
ditekuninya.
Mengingat betapa
pentingnya masalah karier dalam kehidupan manusia, maka sejak dini anak perlu
dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan
cara memberikan pendidikan dan bimbingan karier yang berkelanjutan.
Sekolah mempunyai peranan
penting dalam bimbingan karier. Melalui bimbingan karier di SD, SMP, SMA dan
perguruan tinggi memudahkan peserta didik dalam pencapaian kariernya.
DAFTAR PUSTAKA
Hattari. 1983. Ke
Arah Pengertian Bimbingan Karier dengan Pendekatan Developmental. Jakarta
: BP3K.
Herr,E.L dan SH.
Cramer.1979, Career Guidance and Counseling Througth The life Span,
Bouston : Brown dan Company.
Muslihudin, dkk.
2004. Bimbingan dan Konseling (Makalah). Bandung : LPMP Jawa
Barat.
Prayitno, 1999. Seri
Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan konseling di sekolah atas (SMU), Jakarta
: Mandiri Abad
0 komentar:
Posting Komentar