Minggu, 16 Juni 2013

Layanan Bimbingan Karier (BK Karier)


BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG MASALAH
Pekerjaan (occupation, vocation, career) merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Betapa orang akan merasa sangat susah dan gelisah jika tidak memiliki pekerjaan yang jelas, apalagi kalau sampai menjadi penganggur. Demikian pula banyak orang yang mengalami stres dan frustrasi dalam hidup ini karena masalah pekerjaan. Penelitian Levinson (dalam Isaacson, 1985) menunjukkan bahwa komponen terpenting dari kehidupan manusia dewasa adalah: (1) keluarga, dan (2) pekerjaan. Dua komponen tersebut sangat menentukan kebahagian hidup manusia, sehingga tidak mengherankan jika masalah pekerjaan dan keluarga praktis menyita seluruh perhatian, energi, dan waktu orang dewasa.
Menurut Herr dan Cramer (dalam Isaacson, 1985) pekerjaan memiliki peran yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan ekonomis, sosial, dan psikologis. Secara ekonomis orang yang bekerja akan memperoleh penghasilan/uang yang bisa digunakan untuk membeli barang dan jasa guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Secara sosial orang yang memiliki pekerjaan akan lebih dihargai oleh masyarakat daripada orang yang menganggur.
Secara social orang yang bekerja mendapat status sosial yang lebih terhormat daripada yang tidak bekerja. Lebih jauh lagi orang yang memiliki pekerjaan secara psikologis akan meningkatkan harga diri dan kompetensi diri. Pekerjaan juga dapat menjadi wahana yang subur untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki individu.
Pekerjaan tidak serta merta merupakan karier. Kata pekerjaan (work, job, employment) menunjuk pada setiap kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa (Isaacson, 1985); sedangkan kata karier (career) lebih menunjuk pada pekerjaan atau jabatan yang ditekuni dan diyakini sebagai panggilan hidup, yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan seseorang, serta mewarnai seluruh gaya hidupnya (Winkel, 1991). Maka dari itu pemilihan karier lebih memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang dari pada kalau sekedar mendapat pekerjaan yang sifatnya sementara waktu.
Mengingat betapa pentingnya masalah karier dalam kehidupan manusia, maka sejak dini anak perlu dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan cara memberikan pendidikan dan bimbingan karier yang berkelanjutan.
B.       PERUMUSAN MASALAH
1.    Apa pengertian bimbingan karir?
2.    Apa saja tujuan bimbingan karier?
3.    Bagaimana bimbingan karir di Sekolah Dasar?
4.    Bagaimana bimbingan karir di Sekolah Mengengah Pertama?
5.    Bagaimana bimbingan karir di Sekolah Mengengah Atas?
6.    Bagaimana bimbingan karir di Perguruan Tinggi?

C.      TUJUAN PENULISAN
1.    Untuk mengetahui pengertian bimbingan karir.
2.    Untuk mengetahui tujuan bimbingan karier.
3.    Untuk mengetahui bimbingan karir di Sekolah Dasar.
4.    Untuk mengetahui bimbingan karir di Sekolah Mengengah Pertama.
5.    Untuk mengetahui bimbingan karir di Sekolah Mengengah Atas.
6.    Untuk mengetahui bimbingan karir di Perguruan Tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      PENGERTIAN BIMBINGAN KARIR
Menurut Miller dalam Roosdi Achmad Syuhada (1998:15) Bimbingan didefinisikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu-individu dalam mencapai pemahaman dan pengarahan diri (Guidance is the proces of helping individualis achieve the self understanding and self and direction) sedangkan karier diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan kedudukan yang mengarah pada dunia kerja (Dewa Ketut Sukardi, 1987:18), sedangkan bimbingan karier dapat didefinisikan suatu proses pemberian bantuan kepada individu-individu dalam mencapai penanaman dan pengarahan diri pada pekerjaan, jabatan dan kedudukan yang miliki oleh individu. Bimbingan karier adalah proses bantuan yang diberikan kepada siswa agar dapat memahami diri, memahami nilai-nilai, memahami lingkungan, mengenal masalah dan cara mengatasi, serta dapat merencanakan masa depan (Depdikbud Provinsi Jateng; 1991:4).
Dalam bukunya Dewa Ketut Sukardi (1987:22), mendefinisikan Bimbingan Karier adalah bantuan layanan yang diberikan kepada individu-individu untuk memilih, menyiapkan, menyesuaikan dan menetapkan dirinya dalam pekerjaan yang sesuai serta memperoleh kebahagiaan daripadanya. Berkaitan dengan sekolah, bimbingan karier dapat dipandang sebagai suatu proses perkembangan yang berkesinambungan yang membantu terutama dalam hal perencanaan karier, pembuatan keputusan, perkembangan ketrampilan/ keahlian informasi karier, dan pemahaman diri.
Dari definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan, bahwa bimbingan karier adalah suatu proses bantuan, layanan informasi dan pendekatan terhadap individu/ kelompok individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja untuk menentukan pilihan karier, mampu untuk mengambil keputusan karier dan mengakui bahwa keputusan tersebut adalah yang paling tepat/ sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan karier yang akan ditekuninya.
B.       TUJUAN BIMBINGAN KARIER
Tujuan bimbingan karier lebih menitikberatkan kepada layanan yang mengarah untuk persiapan menuju masa depan dunia karier. Perkembangan karier dewasa ini begitu pesat sehingga bimbingan karier harus senantiasa mencari informasi terbaru tentang karakteristik pekerjaan/ karier yang sedang berkembang. Melalui bimbingan karier sebagai suatu proses diharapkan mampu menciptakan sikap kemandirian siswa dalam menentukan arah pilih karier yang sesuai dengan keadaan diri dan kemampuannya. Karena melalui bimbingan karier inilah siswa dapat mengetahui kondisi diri dan informasi lingkungan karier yang diperlukan bagi dirinya untuk merencanakan karier yang memberikan tingkat kepuasan kerja yang diharapkan, ringan dan bertanggung jawab.
C.      BIMBINGAN KARIER DI SEKOLAH DASAR (SD)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, melalui Direktorat Pendidikan Dasar, telah menerbitkan buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Siswa di Sekolah Dasar dalam rangka pelaksanaan Kurikulum tahun 1994. Dalam buku pedoman itu disebutkan bahwa isi layanan bimbingan di Sekolah Dasar ada tiga, yaitu: (1) bimbingan pribadi-sosial, (2) bimbingan belajar, dan (3) bimbingan karier. Jadi jelaslah bahwa secara formal dan legal program bimbingan karier harus sudah diberikan sejak usia sekolah dasar.
Lebih jauh dijelaskan secara rinci pada buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan tersebut mengenai isi bimbingan karier untuk kelas-kelas rendah (kelas 1,2, dan 3) maupun untuk kelas-kelas tinggi (kelas 4,5, dan 6) sebagai berikut :
1.    Isi bimbingan karier untuk kelas-kelas rendah (dikutip dari Pedoman BP-SD, 1994, hal. 16-17):
a.    Mengenalkan perbedaan antar kawan sebaya;
b.    Menggambarkan perkembangan diri siswa;
c.    Menjelaskan bahwa bekerja itu penting bagi kehidupan sesuai dengan tuntutan lingkungan;
d.   Mengenalkan ketrampilan yang dimiliki siswa;
e.    Menjelaskan macam-macam pekerjaan yang ada di lingkungan sekolah;
f.     Menggambarkan kegiatan setelah tamat SD;
g.    Mengenalkan macam-macam pekerjaan yang dilakukan orang dewasa;
h.    Mengenalkan kegiatan-kegiatan yang menarik;
i.      Mengenalkan alasan orang memilih suatu pekerjaan, dan bahwa pilihan itu masih dapat berubah;
j.      Menjelaskan bahwa kehidupan masa depan dapat direncanakan sejak sekarang;
k.    Mengenalkan bahwa seseorang dapat memiliki banyak peran;
l.      Menjelaskan bahwa pekerjaan seseorang itu dipengaruhi oleh minat dan kecakapannya.
2.    Isi bimbingan karier untuk kelas-kelas tinggi (dikutip dari Pedoman BP-SD, 1994, hal.19-20) adalah:
a.    Menjelaskan manfaat mencontoh orang-orang yang berhasil;
b.    Melatih siswa menggambarkan kehidupan di masa yang akan datang;
c.    Membimbing diskusi mengenai pekerjaan wanita dan pria;
d.   Menjelaskan jenis-jenis ketrampilan yang dikaitkan dengan pekerjaan tertentu;
e.    Melatih siswa membayangkan hal-hal yang akan dilakukan pada usia kira-kira 25 tahun kelak;
f.     Membimbing siswa tentang macam-macam gaya hidup dan pengaruhnya;
g.    Menjelaskan tentang pengaruh nilai yang dianut dalam pengambilan keputusan;
h.    Membimbing siswa untuk memperkirakan bahwa meneladan tokoh panutan dapat mempengaruhi karier;
i.      Melatih siswa merencanakan pekerjaan apa yang cocok pada masa dewasa;
j.      Membimbing siswa berdiskusi tentang pengaruh pekerjaan orang terhadap kehidupan anak;
k.    Melatih siswa melihat hubungan antara minat dan kemampuan;
l.      Mengenalkan bermacam-macam cara untuk menilai kemajuan prestasi;
m.  Mengenalkan macam-macam pekerjaan yang ada di lingkungan sekitar.
Setelah memahami materi bimbingan karier yang harus diberikan di SD, maka langkah selanjutnya adalah menentukan waktu, tempat, teknik, dan sistem penilaian Bimbingan Karier. Mengenai waktu pelaksaan bimbingan karier dapat diintegrasikan dengan jam-jam pelajaran yang sudah ada, atau pun menyediakan jam khusus untuk keperluan bimbingan karier ini. Untuk tingkat SD kiranya lebih praktis jika bimbingan karier diintegrasikan dengan jam-jam pelajaran yang tersedia. Jika cara ini yang dipilih, maka semua guru kelas dan semua guru bidang studi sekaligus menjadi guru bimbingan karier. Dalam setiap pelajaran yang diberikan, guru dapat menyelipkan berbagai macam hal yang berkaitan dengan pekerjaan/jabatan/karier anak-anak di masa mendatang, disesuaikan dengan tahap perkembangan karier anak. Kalau ada tenaga khusus untuk Bimbingan Karier, maka penyediaan jam khusus akan sangat bermanfaat.
Tempat pelaksanaan bimbingan karier dapat di mana saja, misalnya di dalam kelas, di luar ruangan, atau di tempat kerja yang sesuai dengan topik yang yang dibahas. Penentuan tempat juga bergantung pada fasilitas yang dibutuhkan. Jika dibutuhkan gambar-gambar, film, atau video, barangkali lebih cocok menggunakan ruang audio visual kalau memang ada. Teknik pelaksanaan juga dapat bermacam-macam, secara kelompok atau secara individual, tergantung dari kebutuhan dan tujuan. Dapat jiga dengan cara alih tangan (referal), artinya minta bantuan orang lain yang ahli dalam bidangnya untuk memberikan bimbingan karier. Demikian juga metode dan peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan topik pembicaraan dan tingkat perkembangan anak.
D.      BIMBINGAN KARIER DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Bimbingan karir di SMP merupakan proses bantuan yang dberikan oleh konselor sekolah kepada siswa dalam rangka pemberian informasi karir dan pekerjaan sehingga muncul kesadaran pada diri siswa untuk memilih pekerjaan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki.
1.    Karakteristik siswa di SMP adalah:
a.    Siswa berusia antara 12/13 – 15/16 tahun.
b.    Tugas-tugas pokok perkembangan yang harus dicapai anak , yaitu:
·      mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karir.
·      mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk pendidikan lanjutan.
·      mengenal gambaran dan mengembangkan sikap pribadi yang mandiri.
·      mengarahkan diri pada peranan sosial sebagai pria atau sebagai wanita.
c.    Perkembangan kemampuan berpikir anak sudah pada tahap operasional formal, dimana anak sudah mulai berpikir secara abstrak, namun masih perlu bantuan dengan contoh-contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari.
d.   Konsep belajar sudah mulai berkembang pada tahap pemahaman, dimana setiap informasi/konsep atau peristiwa belajar dapat dicerna oleh aspek kognitifnya sehingga mereka memperoleh pemahaman diri yang lebih baik.
e.    Berada pada tahap perkembangan remaja, sedang mengalami masa pubertas dan mencari identitas diri.
2.    Tujuan Bimbingan karir di SMP/SLTP
a.    Tujuan Umum
Tujuan umum bimbingan karir di SMP/SLTP adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk melibatkan diri secara aktif dalam suatu proses yang dapat mengungkapkan berbagai macam karir. Melalui proses tersebut diharapkan siswa menyadari dirinya, kemampuannya, dan hubungan antara keduanya dengan berbagai karir dalam masyarakat.
b.    Tujuan khusus bimbingan karir di SMP adalah:
·      Memahami lebih tepat tentang keadaan dan kemampuan diri para siswa.
·      Membina kesadaran terhadap nilai-nilai yang ada pada diri pribadi siswa.
·      Mengenal berbagai jenis sekolah lanjutan tingkat menegah atas (SMA/MA).
·      Mengenal berbagai jenis pekerjaan.
·      Memberi penghargaan yang obyektif dan sehat terhadap dunia kerja.


c.    Fungsi bimbingan karir di SMP adalah:
·      Memberikan arahan kepada siswa agar mempunyai wawasan awal yang objektif tentang pendidikan lanjutan dan lapangan pekerjaan
·      Memberikan bekal tambahan dalam melalui masa peralihan yang sistematis dari status siswa menjadi anggota masyarakat yang produktif.
·      Memberikan kesempatan untuk mengenal serta membina sikap, minat, dan nilai terhadap dunia kerja.
d.   Materi pokok bimbingan karir di SMP/SLTP
Ada lima materi pokok bimbingan karir di SMP/SLTP, yaitu:
·      Pengenalan konsep diri berkenaan dengan bakat dan kecenderungan pilihan karir/jabatan serta arah pengembangan karir.
·      Pengenalan bimbingan karir khususnya berkenaan dengan pilihan pekerjaan.
·      Orientasi dan informasi jabatan dan usaha untuk memperoleh penghasilan.
·      Pengenalan berbagai jenis lapangan pekerjaan yang dapat dimasuki tamatan SMP.
·      Orientasi dan informasi pendidikan menengah sesuai dengan cita­-cita melanjutkan pendidikan dan pengembangan karir.
Bimbingan karir di SMP merupakan kelanjutan dari bimbingan karir di SD, melalui guru pembimbing siswa mendapatkan berbagai informasi tentang karir sehingga dapat membina sikap dan apresiasinya terhadap jenis pendidikan, jenis pekerjaan, dan menelusuri hubungan antara kerja dan waktu luang, memperluas minat kerja, serta memberikan berbagai informasi tentang pekerjaan sehingga memunculkan kesadaran siswa untuk menentukan pilihan pekerjaannya dimasa datang sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
E.       BIMBINGAN KARIER DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
Walaupun baru sedikit yang diketahui tentang kapan para remaja menyatakan pilihan pilihan okupasionalnya ,beberapa estimasi kasar sudah tersedia. Crites (1969) melakukan review terhadap beberapa studi yang berkaitan dan menyimpulkan bahwa sekitar 30 persen siswa bimbang saat di sekolah lanjutan dan perguruan tinggi.Hal ini agak lebih tinggi dari pada penemuan yang lebih muktahir dan fottler dan Bain (1980) yang hanya 18 % dari sample siswa sekolah lanjutan atas di Alabama yang bimbang dan kurang dari studi longitudinal Marr (1956) yang melaporkan bahwa 50 persen subjek tidak membuat sesuatu keputusan hingga usia 21 tahun. .Penelitian Holander (1974) telah menunjukkan bahwa kemampuan mengambil keputusan di antara siswa-siswa sekolah lanjutan atas bervariasi menurut sipat-sipat intelektual siswa.
Perbedaan dalam aspirasi karier, diantara siswa-siswa lanjutan atas ternyata terdapat perbedaan-perbedaan subtansial dalam kebutuhan kebutuhan perkembangan dan kematangan kariernya . Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan-perbedaan ini (misalnya, tingkat bantuan orang tua , latar belakang jenis kelamin rasial dan konsep diri, perkembangan dan kesehatan fisik) Dillart dan Campbell(1981) membandingkan pengaruh dari orang tua terhadap prilaku karier dari 194 orang anak anak dikelas tiga SLTP hingga kelas tiga SLTA . Sampel diambil dari keluarga keluarga yang utuh dan tidak utuh dengan ciri-ciri sosio ekonomik menenggah dan rendah mereka menemukan bahwa orang-orang tua ini secara deferensial mempengaruhi perkembangan karier anak anaknya
Plata (1981) membandingkan aspirasi-aspirasi okupasional dari 40 pria remaja normal dan 40 pria remaja yang mengalami gangguan emosional dengan menggunakan okupasional aspirasion scale, ia menemukan bahwa taraf aspirasi okupasional pria remaja normal lebih tinggi dari pada kelompok kelompok yang menderita gangguan emosional.
Pound (1978) melakukan studi tentang konsep diri dari 500 siswa pria dan 500 siswa wanita yang dipilih secara acak dari enam sekolah lanjutan pada bagian barat New York dan mencoba memprediksi kematangan karier sub-sub kelompok ras dan jenis kelamin . dengan menggunakan skala sikap dari Vocational Development Inventory (sekarang CMI) dan Tennessee Self-Consep Scale sebagai predictor-prediktor ia menemukan bahwa konsep diri nampak mempunyai efek yang berbeda pada kematangan karier yang tergantung pada ras dan jenis kelamin peserta.
1.    Perbedaan dalam Perkembangan Karier
Pandangan tentang perbedaan – perbedaan dalam perkembangan karier diantara siswa siswa lanjutan atas datang dari the nasional Assesment of Educasional progress project on career and occupational Development . Sekitar 37.500 anak anak laki laki dan perempuan antar bangsa termasuk dalam sample. Penemuan penemuannya antara lain sebagai berikut (Mitchell,1977).
a.       Kebanyakan anak anak umur tujuh belas tahun telah membicarakan secara serius kepada seseorang tentang rencana-rencananya di masa depan. Rencana-rencananya didiskusikan dengan orang tua dua kali lebih sering daripada dengan para konselor advisor atau teman sebaya. Hanya sekitar dua pertiganya merasa bahwa orang lawan bicaranya menyadari kemampuan-kemampuannya.
b.      Anak anak laki-laki cendrung lebih percaya kepada kemampuan kemampuannya mengerjakan sesuatu dari pada anak-anak perempuan.
c.       Gengsi dan status tercatat dua kali lebih banyak daripada tantangan dan tanggung jawab, kepuasan pribadi, kesempatan dan kemajuan sebagai alasan-alasan untuk menerima promosi dalam pekerjaan.
d.      Hanya 2,2 persen dari responden memandang bidang-bidang sekolah dan akademik sebagai aktivitas-aktivitas yang mungkin bermanfaat untuk suatu pekerjaan.
e.       Sumber utama untuk mengetahui syarat-syarat suatu pekerjaan adalah observasi terhadap bidang pekerjaan.
f.       Hampir semua anak-anak umur tujuh belas tahun telah memikirkan tentang jenis pekerjaan yang mereka suka kerjakan kelak.
2.    Implikasi-Implikasi Bagi Bimbingan Karier di SLTA
Karena pelajar di sekolah menengah akan sampai pada tingkat kematangan karir yang berbeda melalui rute yang berbeda (lancar atau tidak lancar) aktivitas bimbingan karier harus memiliki tiga penekanan :mendorong perkembangan karier, menyediakan perlakuan,dan membantu penempatan (mengacu kepada perpindahan pelajar ketingkat pendidikan selanjutnya atau kekehidupan pekerjaan.
Kegiatan (aktivitas) bimbingan karier pada sekolah menengah harus bisa mengantar setiap pelajar untuk menangulangi tugas perkembangan menuju perkembangan karier, dan membimbing pelajar kepada kreasi dan prestasi dari seperangkat pilihan dan rencana yang akan di tetapkan.
Penekanan penekanan utama dalam aktivitas aktivitas bimbingan karier untuk berbagai individu haruslah didasarkan pada intensitas perencanaan, kesiapan berpartisipasi dalam kehidupan sebagai pribadi yang independent, dan keterarahan individu-individu kepada tujuan. Dalam hubungan dengan itu, the nasional conference on Guidance, Counseling, and placement in Career Development and Education Occupasional Decision-Making(Cysbers&Pritchard,1969:74) memberi rekomendasi tujuan-tujuan untuk aktivitas-aktivitas bimbingan karier di sekolah menengah sebagai berikut:
a.       Siswa mengembangkan kesadaran akan perlunya implementasi yang lebih khusus dari tujuan-tujuan karier.
b.      Siswa mengembangkan rencana-rencana yang lebih khusus guna mengimplementasikan tujuan-tujuan karier.
c.       Siswa melaksanakan rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat-syarat memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran di tingkat sekolah lanjutan, dengan latihan dalam jabatan, atau dengan mengejar latihan lebih lanjut di perguruan tinggi atau pendidikan pasca sekolah lanjutan yang mengantar pada kualifikasi-kualifikasi untuk suatu okupasi khusus
3.    Tujuan Bimbingan Karier di SLTA.
Herr (1976 : 1-2) mengemukakan tujuan tujuan bimbingan karier di SLTA yang meliputi membantu siswa siswa belajar untuk :
a.       menunjukkan hubungan antara hasil-hasil belajar, nilai-nilai aspirasi aspirasi pendidikan.dan kariernya
b.      menganalisis kompetensi pribadi sekarang dalam keterampilan keterampilan yang diperlukan untuk pilihan-pilihan karier dan mengembangkan rencana-rencana untuk memperkuat keterampilan ini bila di perlukan
c.       memegang tanggung jawab dalam perencanaan karier dan konsekuensi- konsekuensinya.
d.      siap untuk memenuhi syarat bagi taraf memasuki pekerjaan-pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran yang sesuai, dengan pendidikan kooperatif, atau dengan latihan-latihan dalam jabatan.
e.       siap untuk memenuhi syarat bagi pendidikan pasca sekolah lanjutan dengan mengambil mata pelajaran yang diperlukan oleh tipe program dan lembaga yang diinginkan (perguruan tinggi, perdagangan, perusahaan.
f.       mengembangkan pengetahuan dan keterampilan keterampilan yang berhubungan dengan kehidupan sebagai konsumen.
g.      dengan penggunaan efektif waktu luang.
h.      secara sistematis menguji realitas pilihan-pilihan karier dengan menghubungkannya dengan hasil belajar dalam mata pelajaran.

F.       BIMBINGAN KARIER DI PERGURUAN TINGGI
1.    Motivasi Memasuki Jenjang Perguruan Tinggi
Pada dasarnya belajar di perguruan tinggi tidak merupakan bagian sistem pendidikan wajib, sehingga kuliah di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan yang disengaja. Ada berbagai alasan yang menjadi motivasi bagi orang untuk memasuki perguruan tinggi (menjadi mahasiswa). Berikut ini dijabarkan beberapa hal yang menjadi motivasi orang untuk memasuki jenjang pendidikan perguruan tinggi (penelitian di Amerika Serikat), yaitu:
a.      Alasan, terdiri dari:
·      Untuk kepuasan diri: mahasiswa yang mencari identitas pribadi dan pemenuhan diri.
·      Untuk mengejar karir: mahasiswa yang memandang pendidikan di perguruan tinggi sebagai alat untuk mencapai tujuan profesi atau okupasi tertentu, dalam hal ini perguruan tinggi dianggap sebagai alat/cara untuk mencapai tujuan dan bukan sebagai tujuan itu sendiri.
·      Untuk menghindar: mahasiswa yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi sebagai jalan untuk menghindari sesuatu hal (wajib militer, keharusan bekerja), bukan karena suatu tujuan positif, disadari, dan sungguh-sungguh.
b.      Budaya mahasiswa, penelitian yang dilakukan Clark & Trow menunjukkan ada empat budaya mahasiswa yang dominan, yaitu:
·      Collegiate: berkenaan dengan mengejar kesenangan, seperti: bermain baseball, futball, cheer, dll.
·      Vokasional: berkenaan dengan pengejaran keterampilan-keterampilan untuk dapat digunakan dalam bekerja.
·      Akademik: berkenaan dengan pengejaran pengetahuan.
·      Konformis: berkenaan dengan pengejaran identitas pribadi yang sesuai.
c.       Distribusi umur,
Pada umumnya populasi yang memasuki perguruan tinggi berumur antara 18-21 tahun. Populasi perguruan tinggi mewakili berbagai taraf kematangan, pengalaman hidup, eksplorasi okupasional, pengalaman kerja, dan kelompok-kelompok variabel lainnya.
d.      Sex composition,
Pada abad ke-19 yang mendominasi pendidikan di perguruan tinggi adalah laki-laki, namun di abad ke-21 persentase wanita yang memasuki perguruan tinggi meningkat dengan pesat.
e.       Kelas sosio-ekonomis
Ada suatu hubungan linier antara penghasilan keluarga dengan keberadaan anak di perguruan tinggi, jika penghasilan keluarga meningkat maka kesempatan anak-anak untuk memasuki pendidikan di perguruan tinggi juga meningkat. Hal ini menyebabkan sekolah kejuruan mulai ditinggalkan. Secara tradisional, perguruan tinggi dipandang sebagai alat untuk melakukan mobilitas ke atas.
f.       Hasil-hasil yang didapat di perguruan tinggi
Kebanyakan orang memilih pendidikan di perguruan tinggi sebab mereka merasa akan mendapat pengembalian-pengembalian, baik berupa kepribadian, maupun keuangan.
2.    Hal-hal Pokok Dalam Bimbingan Karir di Perguruan Tinggi
Ada beberapa hal pokok dalam bimbingan karir di perguruan tinggi, yaitu:
a.       Institusional komitmen: pengakuan dari pihak perguruan tinggi terhadap bimbingan karir sebagai bagian penting dari keseluruhan kegiatan pendidikan di perguruan tinggi.
b.      Pertimbangan perencanaan: berhubungan dengan permasalahan kesegeraan bimbingan karir bagi para mahasiswa.
c.       Perencanaan program karir di perguruan tinggi: dalam perencanaan bimbingan karir sebaiknya sudah diadakan penyediaan layanan-layanan yang lengkap.
3.    Model rangkaian untuk program karir di perguruan tinggi, adalah:
a.       Orientasi kesadaran.
b.      Assesment diri.
c.       Penjajakan karir.
d.      Mensetting tujuan karir.
e.       Pengalaman kerja.
f.       Konteks karir.
g.      Tersedianya dunia kerja.
h.      Penempatan.
i.        Alumni
4.    Teknik konseling yang dapat digunakan dalam konseling karir di perguruan tinggi, antara lain:
a.       Konseling kelompok.
b.      Konseling perorangan.
c.       Konseling teman sebaya.
d.      Penempatan.
5.    Tipe Konseling Karir
Menurut Morrill dan Forrest ada empat tipe konseling karir, yaitu:
a.       Konseling yang membantu klien dengan suatu keputusan tertentu dengan memberikan informasi dan klarifikasi masalah.
b.      Konseling yang membantu klien dengan suatu keputusan tertentu dengan memusatkan perhatian pada keterampilan membuat keputusan.
c.       Konseling yang memandang karir sebagai proses, bukan sebagai tujuan.
d.      Konseling yang memusatkan perhatian pada usaha menanamkan kemampuan menggunakan karakteristik personal klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan klien sendiri.

BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Bimbingan karier adalah suatu proses bantuan, layanan informasi dan pendekatan terhadap individu/ kelompok individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja untuk menentukan pilihan karier, mampu untuk mengambil keputusan karier dan mengakui bahwa keputusan tersebut adalah yang paling tepat/ sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan karier yang akan ditekuninya.
Mengingat betapa pentingnya masalah karier dalam kehidupan manusia, maka sejak dini anak perlu dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan cara memberikan pendidikan dan bimbingan karier yang berkelanjutan.
Sekolah mempunyai peranan penting dalam bimbingan karier. Melalui bimbingan karier di SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi memudahkan peserta didik dalam pencapaian kariernya.

DAFTAR PUSTAKA

Hattari. 1983. Ke Arah Pengertian Bimbingan Karier dengan Pendekatan Developmental. Jakarta : BP3K.
Herr,E.L dan SH. Cramer.1979, Career Guidance and Counseling Througth The life Span, Bouston : Brown dan Company.
Muslihudin, dkk. 2004. Bimbingan dan Konseling (Makalah). Bandung : LPMP Jawa Barat.
Prayitno, 1999. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan konseling di sekolah atas (SMU), Jakarta : Mandiri Abad

0 komentar: