Kamis, 11 Juli 2013

Teori Perkembangan


Teori Perkembangan
Dari Santrock
Tugas-tugas perkembangan:
Perkembangan fisik:
Selama tahun-tahun sekolah dasar anak-anak bertumbuh rata-rata 5 hingga 7,6 cm setahun sehingga pada usia 11 tahun, tinggi rata-rata anak perempuan 147 cm dan tinggi rata-rata anak laki-laki 146 cm. Kaki anak-anak menjadi lebih panjang dan tubuh lebih kurus. Selama tahun-tahun pertengahan dan akhir masa anak-anak, berat anak-anak bertambah rata-rata  2,3 hingga 3,2 kg pertahun. Berat meningkat terutama karena bertambahnya  ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh.
Massa dan kekuatan otot berangsur-angsur bertambah pada saat yang sama “gemuk bayi” (baby fat) berkurang. Kemampuan-kemampuan kekuatan mereka berlipat ganda selama tahun-tahun ini. Ketika anak-anak memasuki jenjang sekolah dasar, mereka memperoleh kendali yang lebih besar atas tubuh mereka. Aktivitas fisik sangat penting bagi mereka untuk memperhalus keterampilan-keterampilan mereka yang sedang berkembang. Selama masa pertengahan dan akhir masa anak-anak, perkembangan motorik anak-anak menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi daripada masa awal anak-anak.
Perkembangan kognitif:
Karakteristik perkembangan kognitif pada masa pertengahan anak-anak adalah pemikiran operasional konkret. Dimana, pada tahap ini dapat melakukan operasi-operasi dengan mengubah tindakan secara mental, memperlihatkan keterampilan-keterampilan konservasi; penalaran secara logis menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya di dalam keadaan-keadaan konkret; tidak abstrak (misalnya, tidak dapat membayangkan langkah-langkah persamaan aljbar); keterampilan-keterampilan klasifikasi-dapat menggolongkan benda-benda ke dalam perangkat-perangkat dan sub-subperangkat dan bernalat tentang keterkaitannya.  Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak, perkembangan kognitif anak-anak sudah semakin matang sehingga memungkinkan orangtua untuk bermusyawarah dengan mereka tentang penolakan penyimpangan dan pengendalian perilaku mereka.


Perkembangan sosioemosional:
 Menurut suatu investigasi, waktu yang dihabiskan oleh orangtua untuk mengasuh, mengajar berbicara dan bermain dengan anak-anak mereka yang berusia 5 hingga 12 tahun kurang dari setengah dari waktu yang dihabiskan ketika anak-anak masih lebih kecil (Hill & Stafford, 1980). Penurunan interaksi orangtua-anak ini mungkin bahkan lebih tajam pada keluarga-keluarga yang orangtuanya kurang berpendidikan. Selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, anak-anak meluangkan banyak waktunya dalam berinteraksi dengan teman sebaya sebesar lebih dari 40% (Barker & Wright, 1951). Relasi saling pengertian antara orangtua dan anak-anak menjadi semakin penting dalam hubungan keluarga selama masa pertengahan dan akhir anak-anak. Kognisi sosial (social cognition) anak-anak tentang teman-teman sebaya mereka juga menjadi semakin penting untuk memahami hubungan teman sebaya pada masa pertengahan dan akhir anak-anak. Diantaranya adalah bagaimana anak-anak memproses informasi tentang relasi-relasi teman sebaya dan pengetahuan sosial mereka (Crick & Dodge, 1994; Dodge, 1993; Quiggle, dkk, 1992). Persahabatan memiliki aspek yang sangat penting pada usia pertengahan dan akhir anak-anak. Persahabatan memiliki enam fungsi dan diantaranya adalah memiliki sikap yang sama terhadap suatu hal dan menyukai jenis kegiatan yang pengisi waktu luang yang sama. Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak, pemahaman diri berubah secara pesat dari mendefinisikan diri melalui karakteristik eksternal menjadi mendefinisikan diri melalui karakteristik internal. Anak-anak sekolah dasar juga lebih cenderung mendefinisikan diri mereka sendiri dilihat dari karakteistik sosial dan perbandingan sosial. Pemahaman diri anak-anak pada tahun-tahun sekolah dasar juga mencakup peningkatan acuan pada perbandingan sosial (social comprison). Pada tahap perkembangan ini, anak-anak lebih cenderung membedakan diri mereka dari orang lain secara komparatif daripada secara absolut. Misalnya, anak-anak usia sekolah dasar tidak lagi cenderung berpikir tentang apa yang aku lakukan atau tidak kulakukan, tetapi tentang apa yang dapat aku lakukan dibandingkan dengan orang lain (in comparison with others).  
Dari Margaret Harris & George Butterworth (Developmental Psychology)
Dalam perkembangan biologis (fisik), anak usia middle childhood mengalami pertambahan tinggi dan berat badan yang sangat pesat. Perkembangan otak khususnya pada bagian lobus frontal yang berperan penting dalam perencanaan dan pengorganisasian perilaku dan pikiran juga berkembang dengan pesat.
Usia middle childhood ditandai dengan dimulainya anak-anak memasuki pendidikan formal di sekolah. Dengan memasuki usia sekolah maka setiap hari anak-anak akan berhubungan langsung dengan teman sebayanya di sekolah sehingga relasi dengan peer juga akan semakin meningkat. Perkembangan sosial pada anak middle childhood lebih menekankan pada kelompok teman sebaya mereka (peer) sebagai pelengkap relasi yang telah dibangun sebelumnya dengan antara orangtua dan anak. Cole dan Cole (2001) memperkirakan sekitar 40% dari waktu yang dimiliki anak usia 6-12 tahun dihabiskan bersama dengan teman sebayanya (peer). Meskipun dalam waktu yang bersamaan orangtua juga berusaha untuk memantau aktivitas anak-anak meraka, namun karena waktu yang dihabiskan anak-anak untuk berinteraksi dengan teman sebaya lebih banyak maka pengawasan dari orangtua juga akan tetap berkurang. Pada usia ini anak-anak juga mulai menggunakan social comparison sebagai bagian yang penting dalam menilai diri mereka. Mereka akan mengambil pandangan-pandangan yang lebih bersifat relatif dalam kaitannya dengan social comparison. Mereka membandingkan aktivitas yang mereka lakukan dengan aktivitas lain yang dilakukan oleh temannya.
Perkembangan moral berdasarkan Kohlberg dibagi menjadi tiga bagian:
1.       Level 1 (Tahap prekonvensional). Benar dan salah ditentukan dari reward atau punishment.
Stage 1. Pada tahap ini anak-anak menilai perilaku mereka baik atau buruk berdasarkan pada hasil akhir dari perilaku tersebut. Suatu perilaku bernilai baik menurut mereka jika mendapatkan reward dan perilaku itu buruk jika mendapatkan punishment.
Stage 2. Pada tahap ini, anak menganggap bahwa apapun yang memuaskan atau dapat memenuhi kebutuhannya merupakan hal yang baik.
2.       Level 2 (Tahap konvensional). Anak menilai perilaku mereka baik atau salah menurut maksud atau tujuan dilakukannya, berkaitan dengan norma-norma sosial yang ada. Melihat hal lain dibalik perilaku itu (menghindari disalahkan dan mencari persetujuan).
Stage 3. Anak-anak menganggap bahwa jika perilakunya dapat menyenangkan atau menolong orang lain maka perilaku itu dikatakan baik dan mereka menganggap bahwa itu adalah sisi lain dibalik perilaku itu.
Stage 4. Anak-anak menganggap bahwa memperhatikan aturan sosial dan melakukan salah satu kewajiban merupakan hal yang baik.
3.       Level 3 (Tahap postkonvensional). Perilaku benar atau salah didasarkan pada prinsip-prinsip moral.
Tahapan perkembangan moral dari Piaget:
1.       Premoral
Anak usia 0-5 tahun.
-          Memiliki pemahaman yang sangat sedikit akan aturan-aturan dan aspek lainnya.
2.       Moral realism
Anak usia 5-10 tahun.
-          Berpikir secara kaku: aturan harus ditaati.
-          Perilaku dinilai berdasarkan konsekuensinya.
3.       Moral relativism
Anak usia 10 tahun ke atas.
-          Adanya perkembangan dalam hal fleksibilitas isu-isu moral.
-          Pemahaman bahwa setiap orang memiliki standar moral yang berbeda-beda.
-          Aturan dapat diabaikan ddan orang tidak selalu dihukum.
-          Percaya adanya hukuman timbal balik.

David R. Shaffer
Peers juga berpengaruh sebagai salah satu agen model sosial bagi banyak perilaku baik perilaku benar maupun yang salah serta sebagai objek social comparison.
Teori Urie Bronfenbrenner: perkembangan individu berpusat dan berkaitan dengan beberapa sistem yang ada lingkungan. Berawal dari lingkaran lingkungan keluarga hingga ke konteks yang lebih luas contohnya aspek budaya. Setiap sistem ini saling berinteraksi dalam memberikan pengaruh yang penting bagi perkembangan individu. Model lingkungan ekologi Bronfenbrenner merupakan serangkaian struktur yang bertahap. Lapisan pertama, mikrosistem menunjuk pada relasi antara anak dan lingkungan yang sangat dekat dengan anak seperti keluarga (orangtua). Lapisan kedua, mesosistem yaitu hubungan atau interrelasi diantara lingkungan mikrosistem seperti rumah, sekolah, dan peer groups. Mikrosistem yang berjalan dengan optimal akan mempengaruhi pula mesosistem, contohnya anak yang mendapatkan kenyamanan dan relasi yang harmonis dengan orangtua juga cenderung akan diterima oleh teman sebayanya. Pada lapisan ketiga lingkungan exosistem, anak dan remaja tidak hanya sebagai suatu bagian tetapi mungkin juga dapat mempengaruhi lingkungan mereka. Bronfenbrenner juga menitikberatkan pada lingkungan makrosistem seperti kultural, subkultural, atau kelas sosial dalam konteks kaitannya dengan mikrosistem, mesosistem dan exosistem.
Teori perkembangan moral Piaget:
-          Premoral Period
Menurut Piaget, pada usia anak-anak masih memiliki kesadaran yang sangat kurang berkaitan dengan aturan-aturan. Ketika memainkan sebuah permainan marbles, anak-anak tidak melakukannya secara sistematis tetapi mereka membuat aturan-aturan sendiri dan mereka berpikir agar permainan itu bisa memberikan kesenangan.
-          Moral Realism atau Heteronomous Morality
Pada usia 5 sampai 10 tahun, anak-anak mengembangkan ketertarikan yang kuat akan aturan-aturan. Anak-anak sekarang percaya bahwa aturan-aturan ditetapkan oleh figur-figur autoritas seperti Tuhan, polisi, orangtua mereka dan anak-anak memiliki pemikiran bahwa peraturan itu bersifat mutlak dan tidak dapat diubah. Anak-anak yang berada pada tahap ini memikirkan aturan sebagai moral yang bersifat absolut. Mereka percaya bahwa sisi “benar” dan sisi “salah” adalah beberapa isu-isu moral dan perilaku yang berada di sisi “benar” selalu mengikuti aturan.
-          Moral Relativism atau Autonomous Morality
Anak usia 10 tahun ke atas pada tahap ini memiliki pendapat yang bisa berubah-ubah mengenai aturan. Mereka merasa bahwa aturan dapat dilanggar untuk memenuhi kebutuhan manusia.

The Discipline Book
Perasaan terhadap diri sendiri mempengaruhi bagaimana tingkah laku kita. Self-images adalah bagaimana seseorang menerima dan memandang dirinya sendiri. Self-images yang negatif sering mengarah kepada perilaku-perilaku yang bermasalah. Banyak dari perilaku-perilaku yang bermasalah berasal dari rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri. Self-esteem yang sehat tidak berarti menjadi narsis atau arogan, tetapi berarti bahwa adanya pemahaman yang real tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri, menikmati kekuatan yang dimiliki dan mengolah area-area permasalahan yang ada. Karena terdapat keterkaitan antara ketiga hal ini yakni  bagaimana seseorang berpikir tentang dirinya sendiri dan bagaimana seseorang berperilaku akan membantu seorang anak untuk membangun rasa percaya dirinya.

0 komentar: