Rabu, 28 Agustus 2013

CARA MENGHINDARI PRASANGKA DAN MENGKAJI AKIBATNYA


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
            Aktivitas bimbingan dan konseling, pada dasarnya, merupakan interaksi timbal-balik, yang di dalamnya terjadi hubungan saling mempengaruhi antara konselor sebagai pihak yang membantu dan klien sebagai pihak yang dibantu. Hanya saja, mengingat konselor diasumsikan sebagai pribadi yang akan membimbing konseli dalam mencapai tujuan tertentu, maka dalam relasi ini sangat dibutuhkan adanya kapasitas tertentu yang harus dimiliki oleh seorang konselor. Kapasitas tertentu inilah yang menentukan kualitas konselor.

            Kualitas konselor adalah semua kriteria keunggulan termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan nila-inilai yang dimiliki konselor, yang akan menentukan keberhasilan (efektivitas) proses bimbingan dan konseling. Salah satu kualitas yang kurang dibicarakan adalah kualitas pribadi konselor, yang menyangkut segala aspek kepribadian yang amat penting dan menentukan efektivitas konseling.
            Profesi konselor adalah profesi yang selalu bersinggungan dengan manusia lain. Karena hal inilah hampir bisa dipastikan bahwa seorang konselor selalu dipenuhi dengan penilaian-penilaian terhadap konselinya baik itu penilaian baik maupun penilaian negatif yang belum tentu kebenarannya atau biasa disebut sebagai prasangka. Maka dari itu, dalam rangkuman makalah ini kami akan mencoba membahas dan mengkaji tentang bagaimana cara menghindari prasangka tersebut.
2.      Rumusan Masalah
·         Apa pengertian prasangka?
·         Bagaimana proses terbentuknya prasangka?
·         Bagaimna usaha menghindari dan menghilangkan prasangka?
·         Apa akibat/efek dari prasangka?

3.      Tujuan
·         Mengetahui pengertian prasangka
·         Mengetahui bagaimana proses terbentuknya prasangka
·         Mengetahui bagaimna usaha menghindari dan menghilangkan prasangka
·         Mengetahui akibat/efek dari prasangka

BAB II
PEMBAHASAN
1.      PENGERTIAN PRASANGKA
        Dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan sekolah, keluarga, maupun dilingkungan masyarakat barangkali kita pernah mempunyai anggapan yang kurang baik terhadap seseorang. anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu yang belum kita mengetahui (menyaksikan, menyelidiki) sendiri disebut prasangka (Purwodarminto, 1984, hlm,764). Karena anggapan yang kurang baik iu diberikan sebelum mengetahui sendiri maka anggapan tersebut belum tentu benar. Dari pengertian diatas prasangka berarti menganggap negatif terhadap sesuatu (orang, kelompok, pekerjaan) sebelum mengetahui atau menyelidiki sendiri.
         Prasangka dapat juga berupa perasaan tidak simpati terhadap oranglain atau kelompok lain. Seperti dikemukakan oleh Sherif bahwa prasangka adalah suatu sikap tidak simpatik terhadap kelompok (Siti Partinni, 1984, hlm.121).
         Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prasangka adalah anggapan yang kurang baik yang berupa perasaan tidak simpatik terhadap sesuatu (orang, pekerjaan) sebelum mengetahui sendiri.
        Prasangka dapat mempengaruhi tingkah laku sesorang. Anggapan negatif atau kurang baik terhadap seseorang atau kelompok menimbulkan rasa tidak senang, tidak simpatik, bahkan memusuhi orang atau kelompok yang dikenai prasangka. Perasaan tidak senang dan memusuhi oranglain bukan sikap yang menguntungkan dalam hubungan sosial.
2.      TERBENTUKNYA PRASANGKA
        Orang tidak begitu saja secara otomatis berprasangka terhadap orang atau kelompok lain.  Ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan orang berprasangka terhadap orang lain atau kelompok lain. Sebab-sebab orang berprasangka adalah sebagai berikut :
a.      Orang berprasangka dalam rangka mencari “kambing hitam”.
b.      Orang berprasangka karna dipengarui lingkungan keluarganya.
c.       Orang berprasangka karna mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan.
d.      Prasangka timbul karena adanya perbedaan yang menyebabkan perasaan superior. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut :
·         Perbedaan fisik atau biologis
·         Perbedaan linkungan geografis
·         Perbadaan kekayaan
·         Perbedaan status sosial
·         Perbedaan kepercayaan/agama
·         Perbedaan norma sosial
                Perbedaan-perbedaan tersebut menyebabkan orang merasa lebih superior dan orang lain dianggap rendah. Perbedaan ini bisa menyebabkan orang yang merasa superior berprasangka atau menganggap negatif terhadap oranglain yang dianggap lebih rendah. Begitu pula sebaliknya, orang yang merasa lebih rendah dapat berprasangka terhadap orang lain yang dianggap lebih.


3.      USAHA MENGHINDARI DAN MENGHILANGKAN PRASANGKA
·         usaha preventif
     Yaitu usaha pencegahan agar tidak sampai terkena prasangka, usaha ini dapat dilakukan dengan cara menciptakan yang tentram, damai dan jauh dari rasa permusuhan. Selain itu juga dapat menanamkan sikap selalu menerima orang lain, dan mau bergaul dengan orang lain meskipun ada perbedaan.

·         usaha kuratif
     Yaitu penyembuhan jika sudah terkena prasangka, salah satunya dengan menyadarkan bahwa prasangka itu merugikan diri sendiri dan orang lain, selain itu juga bisa dengan memperbanyak informasi sehingga yang dikenai prasangka itu benar atau keliru.

4.      PRASANGKA SEBAGAI PENGHAMBAT PENCAPAIAN CITA-CITA
      Prasangka brarti menganggap tidak baik sesuatu sebelum mengetahui sendiri. Sehingga dapat menghambat keberhasilan dalam suatu pekerjaan, cita-cita, maupun belajar.
        Misalnya saja seseorang yang beranggapan bahwa pekerjaan atau belajar yang sedang ia jalani pada nantinya tidaklah berguna maka seseorang tersebut akan menjadi malas dalam bekerja maupun belajar sehingga ia akan mengalami kegagalan.
        Untuk mengatasi masalah tersebut maka seseorang tersebut harus banyak mencari informasi baik melalui surat kabar, media massa, tv, maupun buku sehingga ia dapat menilai baik atau buruk pekerjaan atau pelajaran yang ia jalani.

5.      AKIBAT PRASANGKA
·         Tidak mempunyai teman, orang yang suka berprasangka buruk terhadap orang lain maka ia akan sulit untuk bergaul dengan orang yang dikenai prasangka. Misalnya saja seseorang yang yang menganggap orang lain sombong, pemarah, pemalas dan lain sebagainya maka ia akan cenderung tidak mau berteman dengan orang tersebut, padahal yang ia anggap itu belum tentu benar.

·         Menemui kegagalan dalam belajar, misalnya saja seorang murid yang berprasangka bahwa gurunya itu orangnya galak, suka memberi hukuman. Ia pun merasa takut terhadap gurunya tersebut sehingga proses belajarnya  tidak belajar dengan baik. Padahal anggapan terhadap guru itu belum tentu benar.

·         Gagal mencapai cita-cita, orang yang berprasangka terhadap suatu pekerjaan maka ia akan dapat mengalami kegagalan.

·         Menyebabakan permusuhan, sikap tidak simpatik terhadap orang lain dapat menyebabkan permusuhan antara orang yang berprasangka dengan orang yang dikenai prasangka. Misalnya saja toni menganggap bahwa adi itu orangnya sombong, pemalas, dan tinggi hati sehingga toni tidak mau berteman dengan adi dan toni selalu menunjukkan sikap bermusuhan dengan adi.


BAB III
SIMPULAN
v prasangka adalah anggapan yang kurang baik yang berupa perasaan tidak simpatik terhadap suatu orang atau pekerjaan sebeluum nengetahuinya sendiri.
v sebab-sebab prasangka sebagai berikut.
a.       orang-orang berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam.
b.      orang berprasangka karena ia sudah mempersiapkan dari dalam lingkungannya.
c.       orang berprasangka karena kesan yang kurang menyenangkan.
d.      orang berprasangka karena adanya perbedaan.
v  prasangka dapat merugikan diri sendiri dan  orang lain.
v  prasangka dapat menyaebabkan permusuhan ddan  perkelahian.
v  prasangka dapat menghambat cita-cita.
v  kita harus dapat menghindari prasangka.
v  cara menghindari prasangka.
a)      usaha preventif : pencegahan agar tidak terkena prasangka.
b)      usaha kuarif : penyembuhan bila sudah terkena prasangka.
v  akibat orang berprasangka.
a)      tidak mempunyai sahabat.
b)      menemui kegagalan dalam belajar.
c)      gagal dalam mencapai cita-cita.
d)     menyebabkan permusuhan.


DAFTAR PUSTAKA
Mulyatiningsih, Rudi dkk. (2004). Bimbingan Pribadi,Sosial, Belajar, dan Karier. Jakarta : PT.Gramedia Widiasarana Indonesia

0 komentar: