BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Aktivitas bimbingan dan konseling,
pada dasarnya, merupakan interaksi timbal-balik, yang di dalamnya terjadi hubungan
saling mempengaruhi antara konselor sebagai pihak yang membantu dan klien sebagai
pihak yang dibantu. Hanya saja, mengingat konselor diasumsikan sebagai pribadi
yang akan membimbing konseli dalam mencapai tujuan tertentu, maka dalam relasi
ini sangat dibutuhkan adanya kapasitas tertentu yang harus dimiliki oleh seorang
konselor. Kapasitas tertentu inilah yang menentukan kualitas konselor.
Kualitas konselor adalah semua
kriteria keunggulan termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan
nila-inilai yang dimiliki konselor, yang akan menentukan keberhasilan
(efektivitas) proses bimbingan dan konseling. Salah satu kualitas yang kurang
dibicarakan adalah kualitas pribadi konselor, yang menyangkut segala aspek
kepribadian yang amat penting dan menentukan efektivitas konseling.
Profesi konselor adalah profesi yang
selalu bersinggungan dengan manusia lain. Karena hal inilah hampir bisa
dipastikan bahwa seorang konselor selalu dipenuhi dengan penilaian-penilaian
terhadap konselinya baik itu penilaian baik maupun penilaian negatif yang belum
tentu kebenarannya atau biasa disebut sebagai prasangka. Maka dari itu, dalam
rangkuman makalah ini kami akan mencoba membahas dan mengkaji tentang bagaimana
cara menghindari prasangka tersebut.
2. Rumusan
Masalah
·
Apa pengertian
prasangka?
·
Bagaimana proses
terbentuknya prasangka?
·
Bagaimna usaha menghindari
dan menghilangkan prasangka?
·
Apa akibat/efek dari
prasangka?
3. Tujuan
·
Mengetahui pengertian
prasangka
·
Mengetahui bagaimana
proses terbentuknya prasangka
·
Mengetahui bagaimna
usaha menghindari dan menghilangkan prasangka
·
Mengetahui akibat/efek
dari prasangka
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN
PRASANGKA
Dalam kehidupan sehari-hari baik
dilingkungan sekolah, keluarga, maupun dilingkungan masyarakat barangkali kita
pernah mempunyai anggapan yang kurang baik terhadap seseorang. anggapan yang
kurang baik mengenai sesuatu yang belum kita mengetahui (menyaksikan,
menyelidiki) sendiri disebut prasangka (Purwodarminto, 1984, hlm,764). Karena
anggapan yang kurang baik iu diberikan sebelum mengetahui sendiri maka anggapan
tersebut belum tentu benar. Dari pengertian diatas prasangka berarti menganggap
negatif terhadap sesuatu (orang, kelompok, pekerjaan) sebelum mengetahui atau
menyelidiki sendiri.
Prasangka dapat juga berupa perasaan tidak simpati terhadap oranglain
atau kelompok lain. Seperti dikemukakan oleh Sherif bahwa prasangka adalah
suatu sikap tidak simpatik terhadap kelompok (Siti Partinni, 1984, hlm.121).
Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prasangka adalah
anggapan yang kurang baik yang berupa perasaan tidak simpatik terhadap sesuatu
(orang, pekerjaan) sebelum mengetahui sendiri.
Prasangka dapat mempengaruhi tingkah laku sesorang. Anggapan negatif
atau kurang baik terhadap seseorang atau kelompok menimbulkan rasa tidak
senang, tidak simpatik, bahkan memusuhi orang atau kelompok yang dikenai
prasangka. Perasaan tidak senang dan memusuhi oranglain bukan sikap yang
menguntungkan dalam hubungan sosial.
2.
TERBENTUKNYA
PRASANGKA
Orang
tidak begitu saja secara otomatis berprasangka terhadap orang atau kelompok
lain. Ada faktor-faktor tertentu yang
menyebabkan orang berprasangka terhadap orang lain atau kelompok lain.
Sebab-sebab orang berprasangka adalah sebagai berikut :
a.
Orang berprasangka
dalam rangka mencari “kambing hitam”.
b.
Orang berprasangka
karna dipengarui lingkungan keluarganya.
c.
Orang berprasangka
karna mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan.
d.
Prasangka timbul karena
adanya perbedaan yang menyebabkan perasaan superior. Perbedaan tersebut antara
lain sebagai berikut :
·
Perbedaan fisik atau
biologis
·
Perbedaan linkungan
geografis
·
Perbadaan kekayaan
·
Perbedaan status sosial
·
Perbedaan
kepercayaan/agama
·
Perbedaan norma sosial
Perbedaan-perbedaan tersebut menyebabkan orang merasa lebih superior dan
orang lain dianggap rendah. Perbedaan ini bisa menyebabkan orang yang merasa
superior berprasangka atau menganggap negatif terhadap oranglain yang dianggap
lebih rendah. Begitu pula sebaliknya, orang yang merasa lebih rendah dapat
berprasangka terhadap orang lain yang dianggap lebih.
3.
USAHA
MENGHINDARI DAN MENGHILANGKAN PRASANGKA
·
usaha preventif
Yaitu usaha pencegahan agar tidak sampai terkena prasangka,
usaha ini dapat dilakukan dengan cara menciptakan yang tentram, damai dan jauh
dari rasa permusuhan. Selain itu juga dapat menanamkan sikap selalu menerima
orang lain, dan mau bergaul dengan orang lain meskipun ada perbedaan.
·
usaha kuratif
Yaitu penyembuhan jika sudah terkena prasangka, salah satunya
dengan menyadarkan bahwa prasangka itu merugikan diri sendiri dan orang lain,
selain itu juga bisa dengan memperbanyak informasi sehingga yang dikenai
prasangka itu benar atau keliru.
4.
PRASANGKA
SEBAGAI PENGHAMBAT PENCAPAIAN CITA-CITA
Prasangka
brarti menganggap tidak baik sesuatu sebelum mengetahui sendiri. Sehingga dapat
menghambat keberhasilan dalam suatu pekerjaan, cita-cita, maupun belajar.
Misalnya saja seseorang
yang beranggapan bahwa pekerjaan atau belajar yang sedang ia jalani pada
nantinya tidaklah berguna maka seseorang tersebut akan menjadi malas dalam
bekerja maupun belajar sehingga ia akan mengalami kegagalan.
Untuk mengatasi masalah
tersebut maka seseorang tersebut harus banyak mencari informasi baik melalui
surat kabar, media massa, tv, maupun buku sehingga ia dapat menilai baik atau
buruk pekerjaan atau pelajaran yang ia jalani.
5.
AKIBAT
PRASANGKA
·
Tidak mempunyai teman, orang yang suka berprasangka buruk terhadap
orang lain maka ia akan sulit untuk bergaul dengan orang yang dikenai
prasangka. Misalnya saja seseorang yang yang menganggap orang lain sombong,
pemarah, pemalas dan lain sebagainya maka ia akan cenderung tidak mau berteman
dengan orang tersebut, padahal yang ia anggap itu belum tentu benar.
·
Menemui kegagalan dalam
belajar, misalnya saja seorang murid
yang berprasangka bahwa gurunya itu orangnya galak, suka memberi hukuman. Ia
pun merasa takut terhadap gurunya tersebut sehingga proses belajarnya tidak belajar dengan baik. Padahal anggapan
terhadap guru itu belum tentu benar.
·
Gagal mencapai
cita-cita, orang yang berprasangka terhadap suatu pekerjaan maka ia akan dapat
mengalami kegagalan.
·
Menyebabakan permusuhan,
sikap tidak simpatik terhadap orang lain dapat menyebabkan permusuhan antara
orang yang berprasangka dengan orang yang dikenai prasangka. Misalnya saja toni
menganggap bahwa adi itu orangnya sombong, pemalas, dan tinggi hati sehingga
toni tidak mau berteman dengan adi dan toni selalu menunjukkan sikap bermusuhan
dengan adi.
BAB
III
SIMPULAN
v prasangka
adalah anggapan yang kurang baik yang berupa perasaan tidak simpatik terhadap
suatu orang atau pekerjaan sebeluum nengetahuinya sendiri.
v sebab-sebab
prasangka sebagai berikut.
a.
orang-orang
berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam.
b.
orang berprasangka
karena ia sudah mempersiapkan dari dalam lingkungannya.
c.
orang berprasangka
karena kesan yang kurang menyenangkan.
d.
orang berprasangka
karena adanya perbedaan.
v prasangka
dapat merugikan diri sendiri dan orang
lain.
v prasangka
dapat menyaebabkan permusuhan ddan
perkelahian.
v prasangka
dapat menghambat cita-cita.
v kita
harus dapat menghindari prasangka.
v cara
menghindari prasangka.
a) usaha
preventif : pencegahan agar tidak terkena prasangka.
b) usaha
kuarif : penyembuhan bila sudah terkena prasangka.
v akibat
orang berprasangka.
a) tidak
mempunyai sahabat.
b) menemui
kegagalan dalam belajar.
c) gagal
dalam mencapai cita-cita.
d) menyebabkan
permusuhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Mulyatiningsih,
Rudi dkk. (2004). Bimbingan Pribadi,Sosial, Belajar, dan Karier.
Jakarta : PT.Gramedia Widiasarana Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar