Rabu, 28 Agustus 2013

MAKNA DAN PENGERTIAN BK SOSIAL, MASALAH SOSIAL DALAM MASYARAKAT SERTA SITUASI SOSIAL


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A.    Visi dan Misi Bimbingan dan Konseling..................................... 1

BAB II MAKNA DAN PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.    Pengertian Bimbingan ................................................................. 2
B.     Pengertian Konseling................................................................... 4
C.     Fungsi Bimbingan dan Konseling................................................ 5
D.    Prinsip Bimbingan dan Konseling................................................ 7
E.     Asas Bimbingan dan Konseling................................................... 7
F.      Paradigma Bimbingan dan Konseling.......................................... 10
G.    Pengertian Sosial.......................................................................... 10
H.    Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling Sosial....................... 13


BAB II MASALAH SOSIAL DALAM MASYARAKAT
A.    Pengertian Masalah Sosial........................................................... 14
B.     Jenis-Jenis Masalah Sosial dalam Masyarakat ............................ 15
C.     Metode Dalam Ilmu Sosial.......................................................... 15

BAB III SITUASI SOSIAL
A.    Pengertian Situasi Sosial............................................................. 17
B.     Proses Sosialisasi ........................................................................ 20
C.     Situasi Kelompok Sosial.............................................................. 21
D.    Ciri-Ciri dan Peranan Situasi Kelompok Sosial Terhadap
Individu dan Sebaliknya............................................................. 22
E.     Resolusi Konflik (Negosiasi)....................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 28

BAB I
PENDAHULUAN

A.    VISI DAN MISI BIMBINGAN DAN KONSELING
            Visi dari bimbingan dan konseling adalah terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal dengan hakikat kemanusiaanya sebagai hamba Tuhan YME, sebagai mahkluk individu dan mahkluk sosial dalam berhubungan dengan manusia dan alam semesta.
            Misi dari bimbingan dan konseling adalah menunjang perkembangan diri dan kemandirian individu untuk dapat menjalani kehidupannya sehari-hari secara efektif, kreatif dan dinamis serta memiliki kecakapan hidup untuk masa depan karir dalam;
·         Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME
·         Pemahaman dan perkembangan diri dan lingkungan
·         Pengarahan diri kearah dimensi spiritual
·         Pengambilan keputusan berdasarkan IQ, EQ, dan SQ
·         Pengaktualisasian diri secara optimal.

BAB II
MAKNA DAN PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KOSELING SOSIAL

A.    PENGERTIAN BIMBINGAN
            Istilah bimbingan dalam kamus bahasa Inggris gudance dikaitkan dengan kata asal guide,  yang diartikan sebagai berikut : menunjukkan jalan (showing the way); memimpin (leading) ; menuntun (conduction); memberikan petunjuk (giving instruction) ; mengatur (regulating) ; mengarahkan (governing); memberi nasehat (giving advice).
            Istilah bimbingan dalam bahasa Indonesia diberi pengertian selaras dengan arti-arti yang disebut diatas, akan muncul dua pengertian yang agak mendasar, yaitu:
1)      Memberikan informasi, yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat.
2)      Mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan. Tujuan itu mungkin hanya diketahui oleh pihak yang mengarahkan dan mungkin perlu di ketahui oleh kedua belah pihak.

            Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh pembimbing terhadap individu yang mengalami problem, agar si terbimbing mempunyai kemampuan untuk memecahkan problemnya sendiri dan akhirnya dapat mencapai kebahagiaan hidupnya, baik dalam kehidupan individu maupun sosialnya (Achmad Badawi, 1973).
            Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dialkaukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno & Amti, E, 2004:99).
            Untul memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum bimbingan, dibawah ini dikemukakan hurf-huruf bumbingan yang dijadikan akronim sebagai unsur-unsur pokok yang ada dalam usaha bimbingan (Prayitno & Amti, E, 2004:131).
B         =          Bantuan
I           =          Individu
M         =          Mandiri
B         =          Bahan
I           =          Interaksi
N         =          Nasehat
G         =          Gagasan
A         =          Alat dan asuhan
N         =          Norna

            Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli (konselor) kepada seseorang atau beberapa orang individu (konseli/klien), baik anak-anak, remaja maupun orang dewasa agar si terbimbing dapat mengentaskan permasalahannya, dapat mengembangkan kemampuan berdasarkan norma-norma yang berlaku guna menentukan dan mengarahkan pertumbuhan individu dalam mewujudkan kemandirian diri, kebahagiaan dan kesejahteraan kehidupan yang akan memberikan sumbangan bagi masyarakat.

B.     PENGERTIAN KONSELING
            Secara etimologis istilah konseling berasal dari bahasa latin yaitu (consilium) yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedang dalam bahasa Anglo sayon istilah konseling berasal dari “sellan”  yang berarti “mengarahkan” atau “menyampaikan”.
            Konseling adalah interaksi yang terjadi antara dua orang individu yang masing-masing disebut konselor dan klien, yang terjadi pada suasana yang profesional, dilakukan sebagai alat untuk memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkahlaku klien (Pepinsky dan Pepinsky dalam Sherizer dan Stone, 1974).
            Untuk memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum konseling, dibawah ini dikemukakan huruf-huruf konseling yang dijadikan akronim sebagai unsur-unsur pokok yang ada dalam usaha konseling (Prayitno & Amti, E, 2004: 131).
K         =          Kontak
O         =          Orang
N         =          Menangani
S          =          Masalah
E          =          Expert (ahli)
L          =          Laras
I           =          Integrasi
N         =          Norma
G         =          Guna
            Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling dan media lain (seperti : telephone, internet  dll) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami suatu masalah (disebut konseli/klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli dalam memberikan bantuan menyesuaikan dirinya agar lebih efektif di lingkungannya dan dapat membantu membuat intepretasi tentang fakta-fakta yang dibuatnya. Berdasarkan norma-normayang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi konseli.
            Maka secara umum dari kesimpulan tentang bimbingan serta kesimpulan konseling maka dapat diambil sebuah garis besar bahwa bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan dari seorang yang ahli (konselor) kepada individu/kelompok (konseli/klien), baik anak-anak, remaja maupun orang dewasa yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, agar individu/kelompok tersebut mandiri dan berkembang potensinya secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karir juga teratasinya masalah yang dihadapi melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi konseli.


C.    FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
1)      Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, moral, agama).
2)      Fungsi  pencegahan (preventif), yaitu fungsi yang berdasarkan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supayatidak dialami oleh konseli.
3)      Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusifyang memfasilitasi perkembangan konseli.
4)      Fungsi pengentasan/penyembuhan (kuratif), yaitu fungsi yang berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada yeng mengalami masalah baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier.
5)      Fungsi penyaluran,  yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler,jurusan atau program studi dan memantapkan penguasaan karier atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
6)      Fungsi adaptasi, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dan lingkungannyasecara dinamis dan konstruktif.
7)      Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konsrli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan, bertindak atau berkehendak.
8)      Fungsi fasilitas, yaitu pemberian kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek yang ada dalam diri konseli.
9)      Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.
10)   Fungsi advokasi, yaitu fungsi strategi untuk mempengaruhi kebijaksanaan apa yang diputuskan, siapa yang memutuskan dan bagaimana keputusan itu diambil.

D.    PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
            Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yaitu prinsip-prinsip yang berkaitan dengan:
1.      Sasaran layanan
2.      Permasalahan individu
3.      Program layanan
4.      Tujuan dan pelaksanaan pelayanan

E.     ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING
            Penyelenggaraan layanan da kegiatan bimbingan dan konseling dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan akan asas-asas itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layana/kegiatan, sedangkan pengingkaranya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanan serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan kegiatan. Asas-asas itu ialah sebagai berikut.
1.      Asas kerahasiaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya sejumlah data dan keterangan peserta didik (konseli/klien) yang menjadi sasaran layanan yaitu data atau keterangannya tidak boleh dan tidak layak di ketahui orang lain.
2.      Asas kesukarelaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukarelaan dan kerelaan konseli mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukan baginya.
3.      Asas keterbukaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli yang menjadi sasaran layanan /kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik didalam keterangan tentang dirinya sendiri maupun berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.
4.      Asas kegiatan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran brpartisipasi secara aktif didalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan.
5.      Asas kemandirian yaitu bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu konseli sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkunganya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan dirisendiri sebagaimana telah diutarakan terdahulu.
6.      Asas kekinian yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli dalam kondisinya sekarang.
7.      Asas kedinamisan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan trhadap sasaran layanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju,tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembanganya dari waktu kewaktu.
8.      Asas keterpaduan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh konselor maupun pihak lain saling menunjang, harmonis dan terpadukan.
9.      Asas kenormatifan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada, yaitu norma-norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku.
10.  Asas keahlian yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.
11.  Asas alih tangan yaitu asas bimbingna dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli, mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.
12.  Asas tutwurihandayani yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan da dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk maju.

F.     PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING
1)      Bimbingan dan konseling merupakan psiko-paedagogis dalam bingkai bidaya indonesia dan religius.
2)      Arah bimbingan dan konseling mengembangkan individu untuk mampu memenuhi tugas-tugas perkembanganya secara optimal.
3)      Membantu individu agar mampu mengatasi berbagai permasalahan yang mengganggu dan menghambat perkembanganya.

G.    PENGERTIAN SOSIAL
                Istilah”sosial” berasal dari akar kata bahasa latin Socius, yang artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
            Aristoteles (filusuf Yunani), mengatakan bahwa “manusia” adalah makhluk sosial, karena hampir semua aspek kehidupan manusia berada pada dalam situasi sosial. Setelah ada sosial,situasi sosial, kemudian ada perilaku sosial. Yang dimaksud perilaku sosial adalah perilaku yang terjadi dalam situasi sosial; yakni bagaimana orang berfikir, merasa dan bertindak karena kehadiran orang lain.
            Pertama, berpikir sosial: apa yang kita pikirkan ketika kita menghadapi dosen yang arogan, suka marah dan kelihatan sangar? Apa pula yang kita fikirkan ketika kita berhadapan dosen cantik, ramah, berwawasan luas, mempunyai komitmen, berdedikasi dan berakhlak mulia?
            Kedua, merasa dalam situasi sosial: sebagian besar situasi sosial melibatkan perasaan. Kita bayangkan kembali ketika saat kita berada dalam situasi sosial tertentu. Apa yang kita rasakan ketika kita berhadapan dengan dosen yang aroga, tidak pernah senyum, suka menghukum?
            Ketiga, bertindak dalam situasi sosial: inilah langkah konkrit yang bisa dilihat orang lain dalam situasi sosial.mungkin kita akan mejabat tangan ketika kita bertemu dengan ibu dosen yang ramah, baik hati dan tidak sombong.
            Keempat, bentuk situasi sosial;
a)      Adanya kehadiran orang lain yang dapat di indra namun tanpa interaksi.
b)      Adanya kehadiran orang lain yang dapat diindra dan ada interaksi dengannya (interaksi sosial)
c)      Adanya imajinasi akan adanya orang lain.
d)     Adanya kehadiran orang lain melalui melalui media tertentu yang kita ketahui dan kehadiranya mempengaruhi kita.
            Setelah kita tau apa itu perilaku sosial kita akan mengetahui pula apa itu tindakan sosial, interaksi sosial. Tindakan sosial adalah bagian dari perilaku sosial sedangkan interaksi sosial adalah keadaan dimana seseorang melakukan hubungan paling berbalas respon dengan orang lain. Berdasarkan sifat interaksinya interaksi sosial di bedakan menjadi dua:
1)      Interaksi yang bersifat akrab (pribadi); pada interaksi ini terdapat tingkat keakraban yang tinggi dan ikatan erat pada pelakunya seperti; hubungan anak dan orang tua yang saling menyayangi, hubungan suami-istri, hubungan saudara.
2)      Interaksi tidak akrab (non-personal) interaksi sosial terbesar pada manusia seperti; ketika kita ngobrol dengan orang yang baru kita kenal, wawancara kerja, interaksi antara penjual dan pembeli.

Interaksi sosial merupkan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu (seseorang) dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Pengertian sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat serta dalam keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain bisa secara nyata, namun juga hanya berbentuk imajinasi.
            Maka pengertian bimbingan dan konseling sosial adalah pelayanan bantuan untuk seseorang baik individu/ kelompok dalam masyarakat agar berkembangsecara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Bimbingan dan konseling  sosial juga merupakan suatu proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan pemahaman dan ketrampilan berinteraksi sosial atau hubungan insani (human relationship) dan memecahkan masalah-masalah sosial yang dialaminya (Yusuf, 2009: 55).

H.    RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING SOSIAL
1)      Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus di bentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat. Dalam kelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang pelayanan  bimbingan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan yang khusus.
2)      Pelayanan bimbingan dan konseling di luar sekolah
a)      Bimbingan dan konseling keluarga
b)      Bimbingan dan konseling masyarakat.


BAB II
MASALAH SOSIAL DALAM MASYARAKAT

A.    PENGERTIAN MASALAH SOSIAL
Menurut Birenboum dan Sagarin, 1972, dalam spector dan kitsuse ( Bambang Rudito ) “ masalah sosial ada atau muncul ketika masyarakat tertentu, merasa dipecah belah atau terancam atau merasa terganggu dalam menjalankan aktifitas kehidupanya yang berlaku dalam masyarakatnya tersebut”.
Menurut Rubington et al, 1981, dalam bukunya the studiy of social problems, ( Bambang Rudito ) masalah sosial adalah “sebuah situasi yang diduga bahwa situasi tersebut tidak cocok dengan nilai-nilai dari jumlah orang atau komuniti dan orang dalam komuniti tersebut sepakat bahwa harus ada aksi yang dilakukan untuk merubah situasi tersebut”.
Soetomo ( 2010: 28 ) “masalah sosial merupakan sebuah gejala atau fenomena yang muncul dalam realitas kehidupan masyarakat”.
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa masalah sosial adalah suatu ketidak sesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.


B.     JENIS-JENIS MASALAH SOSIAL DALAM MASYARAKAT
Masalah sosisl dapat dikategorikan menjadi 4 jenis faktor yaitu:
1)      Faktor Ekonomi: mencangkup kemiskinan, pengagguran, PHK, sulitnya mencari pekerjaan, sedikitnya lapangan pekerjan yang tersedia, kurangnya ketrampilan pembuka lapangan kerja sendiri.
2)      Faktor budaya: perceraian, kenakalan remja, pergaulan bebas, narkoba, miras, dunia malam.
3)      Faktor biologis: penyakit menular, keracunan makanan.
4)      Faktor psikologis: penyakit syaraf, aliran sesat, kepribadian ganda.

C.    METODE DALAM ILMU SOSIAL
Metode adalah suatu cara untuk melangkah maju dengan terencana dan teratur untuk mencapai suatu tujuan tertentu, yang dengan sadar mempergunakan pengetahuan-pengetahuan yang sistematis untuk keadaan yang berbeda-beda. Metode dalam ilmu sosial diantaranya ialah:
1)      Metode kualitatif: menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka atau ukuran lain yang sifatnya eksata. Metode ini masih dibagi menjadi 4 lagi yaitu:
a)      Metode histori: peristiwa masa silam kemudian menuntaskan menjadi prinsip-prinsip yang bersifat umum.
b)      Metode komperatif: menggunakan perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan.
c)      Metode histori komperatif: meneliti masyarakat silam dengan masyarakat sekarang dan juga meningkatkan perbedaan dan persamaan.
d)     Metode case-studi: mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala yang nyata dalam kehidupan masyarakat. Alat/cara 4 macam : interview, questioanire, schdules, dan observasi.
2)      Metode kuantitatif: menyelidiki obyek masyarakat yang dapat diukur dengan angka-angka sehingga dapat diukur menggunakan sekala indeks, tabel-tabel.
3)      Metode sosiometri: menggunakan sekala untuk mempelajari hubungan antara manusia dengan masyarakat.
4)      Metode indoktif: metode yang mempelajari gejala-gejala masyarakat yang bersifat khusus untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku besifat umum.
5)      Metode deduktif: metode yang mempelajari yang sudah berlaku umum untuk mendapatkan pengertian yang bersifat khusus.
6)      Metode empiris: metode yang dipergunakan dengan mengadakan penelitian mengenai gejala-gejala yang nyata di dalam masyarakat.
7)      Metode rasionalis: metode yang menggunakan pemikiran yang sehat atau logika untuk mencapai pengertian penting masalah-masalah kemasyarakatan.
8)      Metode fungsionalism: metode yang bertujuan untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial di dalam masyarakat

BAB III
SITUASI SOSIAL

A.    PENGERTIAN SITUASI SOSIAL
            Situasi sosial adalah suatu kondisi tertentu dimana berlangsung hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain atau terjadi saling hubungan antara dua individu atau lebih. Bentuk situasi sosial antara lain :
1)      Adanya kehadiran orang lain yang dapat diindera namun tanpa interaksi
2)      Adanya kehadiran orang lain yang dapat diindera dan ada interaksi dengannya. Intilah lainnya adalah interaksi sosial.
3)      Imajinasi akan adanya kehadiran orang lain
4)      Adanya kehadiran orang lain melalui media tertentu yang diketahui dan kehadirannya mempengaruhi.

            Situasi sosial dibedakan kepada Togetherness Situation (situasi kebersamaan) dan GroupSituation (situasi kelompok). Togetherness Situation adalah situasi dimana sejumlah individu berkumpul pada suatu tempat dan pada waktu tertentu. Ciri-cirinya adalah :
a)      Sejumlah orang berkumpul
b)      Mempunyai kepentingan yang sama
c)      Pada tempat tertentu
d)     Bersifat sementara waktu
e)      Tidak memiliki ikatan diantara suatu individu dengan individu yang lain.
            Terkadang situasi kebersamaan ini bisa saja berubah menjadi situasi massa. Yaitu situasi dimana tingkah laku kelompok timbul secara spontan, relatif tidak terorganisasi tidak terduga dan tidak terencana dalam arah perkembangannya dan terjadi saling pengaruh antara individu dengan individu lain. Dalam situasi massa ini para pelakunya merasa memiliki kedudukan yang sama, tidak ada perbedaan diantara mereka.
            Hubungan yang terjadi antara individu tidak terlepas dari rangsangan –rangsangan sosial. Secara garis besar perangsang sosial tersebut terbagi menjadi dua, yaitu :
1)      Orang lain, terdiri dari :
a)      Individu-individu lain sebagai perangsang
b)      Kelompok, kelompok ini dapat dibedakan atas:
1.      Hubungan intragroup: hubungan antar individu lain dalam kelompok lain atau antar kelompok dengan keompok.
2.      Hubungan intergroup: hubungan individu dengan kelompok lain dalam kelompok itu sendiri.
3.      Hasil kebudayaan (materi dan non materi). Misal: bangunan, perkakas, bahasa seni.

2.      Ketanyaan sosial.
         Kenyataan sosial terbagi kepada dua macam yaitu :
a.       Social Things (benda-benda sosial)
Nilai dari social thingsini ditentukan oleh beberapa faktoryaitu: kebutuhan, minat dan kepercayaan. Jadi suatu barang atau benda akan bernilai tinggi jika memuhi syarat tersebut.
b.      Social fact (kenyataan sosial)
Kenyataan sosial ini biasanya akan menimbulkan sikap yang berbeda-berbeda pada masing-masing individu.
Suatu pekerjaan yang awalnya hanya kenyataan individual , tetapi dengan seiringnya berjalannya waktu produktifitas pekerjaan tersebut meningkat dan hasilnya cukup menjanjikan, sehingga lama kelamaan banyak orang yang menginginkan pekerjaan tersebut dengan sendirinya kenyataan yang tadinya individual berubah menjadi kenyataaan sosial. Dalam kehidupan sosial selalu ada hubungan timbal balik, sehingga suatu ketika jawaban akan menjadi perangsang terhadap kehidupan sosial. Dengan kata lain setiap perbuatan yang dilakukan yang dilakukan individu lain akan menimbulkan perbuatan lain lagi dan seterusnya.

B.     PROSES SOSIALISASI
            Zajonc,1968, (dalam Alfa Alfiyah) mengatakan bahwa dengan orang yang baru atau yang belum dikenal, faktor yang memudahkan komunikasi adalah pertemuan yang berulang-ulang, sejauh reaksi pada saat pertama kali bertemu tidak negatif.
            Iteraksi adalah masalah yang paling unik yang timbul pada diri manusia, interaksi timbul dari berbagai macam hal yang merupakan dasar dari peristiwa sosial yang lebih luas. Perasaan pemikiran dan keinginan ada pada tiap-tiap seseorang tidak hanya sebagai tenaga yang bisa menegakkan individu itu sendiri, melainkan meupakan dasar pula bagi aktivitas psikologis dari orang lain, dan semua proses sosialisasi baik yang bersifat operation, coorperation adalah hasil daripada interaksi individu.

Interaksi dapat dibedakan menjadi dua macam:
a)      Interaksi antar benda-benda, bersifat statis, memberi respon terhadap tindakan-tindakan kita, bukan terhadap kita dan timbulnya hanya pada sattu pihak saja yaitu pada orang yang melakukan perbuatan itu.
b)     Interaksi antara manusia dengan manusia, bersifat dinamis memberi respons tertentu padea manusia lain: dan prose kejiwaan yang timbul terdapat pada gejala pihak yng bersangkutan.

            Menurut ajaran inference doctrine tiap orang mengalami dan mempunyai pengalaman dan kesadaran dalam kehidupan dan mewujudkan pemikiran, perasaan kemampuan dan sebagainya, menurut teori inference doctrine, orang bisa mengetahui fakta kesabaran itu disebabkan karena orang mengadakan penarik kongklusi dari pengalamannya pada dirinya sendiri.
Kelemahan-kelemahan terhadap inference doctrine
a)      Dalam kenyataannya kita sering mengetahui psikologis orang lain secara langsung tanpa melakukan inference.
b)      Inference doctrine menganggap bahwa kita mengamati kejadian dalam diri kita sendiri dengan cara seperti pengamatan pada orang lain.
c)      Bila kita bersendi pada ajaran inference doctrine ini, maka kita tidak mungkin bisa menangkap pengalaman orang lain yang belum pernah kita alami, juga kita tidak mungkin menangkap pengalaman orang lain yang jauh berbeda dengan kita.

C.    SITUASI KELOMPOK SOSIAL
            Bila seorang individu berada dalam ikatan masa(crowd) maka ia akan merasa, berfikir dan bertingkahlaku yang berbeda dengan apabila individu  itu dalam keadaan sendirian atau terpisah dari orang lain,
            Menurur Gustave Le Bon (dalam Alfi Asyura) timbulnya jiwa masa ini didorong oleh ada sugesti dari pemimpin atau antusias atau situasi yang muncul pada kerumunan massa, individu yang terkena sugesti akan menuruti semua perintah dari pemimpinnya baik yang irrasional dan tidak masuk akal sedikitpun.
            Sidmud Freud mengatakan bahwa jika massa itu seakan-akan telah dikendalikan dan hanya memiliki ciri-ciri yang negatif saja. Secara konsepnya tidak hanya rangsangan negatif saja yang terdapat dalam psikologi massa, ada sisi positifnya namun terkadang individu kurang mampu membedakan mana yang positif dan mana yang negatif.

D.    CIRI-CIRI DAN PERANAN SITUASI KELOMPOK SOSIAL TERHADAP INDIVIDU DAN SEBALIKNYA
a)      Eksperimen situasi kebersamaan F.H Allport (1916-1969)
      Togtherness situation atau situasi kebersamaan itu sudah dapat mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga seorang individu yang berada dalam situasi bersama akan menjadi lain dibandingkan situasi ketika ia sendiri.
      Allport menempuh beberapa cara  dalam permainan ekstrim, sehingga ia mempunyai kesimpulan, bahwa situasi kebersamaan pada sendiri mempunyai akibat menghilangkan penilaian-penilaian yang ekstrem pada orang-orang yang turut serta dalam keadaan kebersamaan itu.

b)      Eksperimen Rosenbaum Dan Blake
            Eksperimen ini dilakukan untuk menyelidiki akibat dari suatu sikap dan tingkah laku yang dinyatakan oleh seseorang didalam keadaan kebersamaan terhadap sikap dan tingkah laku orang lain didalam keadaan tersebut apabila menghadapi persoalan yang sama.Kesimpulan dari eksperimen Rosenbaum adalah bahwa :
 “Dalam keadaan kebersamaan itu orang-orang mudah mengimitasi sebuah contoh (atau mudah terpengaruh oleh sugesti berdasarkan contoh), ternyata situasi togetherness itu, sebagai bentuk darisituasisosial dan sikap keragu-raguan individu mengenai apa yang harus ia lakukan, sangat memudahkan terjadinya imitasi dan sugesti terhadap tingkahlaku orang dalam keadaan yang sama”.

c)      Eksperimen Asch. Dari eksperimen Asch ternyata pengaruh sugesti (mayoritas) terhadap penilaian individu dalam keadaan kebersamaan itu besar apabila individu dengan jelas mengetahui pa yang harus ia lakukan, pengaruh sugesti dalam eksperimen Asch akan diperkecil apabila terdapat pula sugesti minoritas yang berlawanan dengan sugesti mayoritas dalam keadaan yang sama.

E.     RESOLUSI KONFLIK (NEGOSIASI)
1.      Konflik Massa
     Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak  berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
     Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi, misalnya adalah ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat dsb.

2.      Penyebab konflik
            Penyebab konflik antara lain kurangnya sumber daya: dana, alat, orang, sikap berbeda, ketidaksetujuan, komunikasi buruk, lemahnya teamwork (kerjasama dan kepercayaan). Struktur organisasi yang tidak cukup dan kurang jelasnya peran. Sedangkan gejaala-gejala konflik antara lain: ada sesuatu yang tidak beres, merasa gelisah, frustasi, terhina, tersakiti hati, sedih, murah dan tidak setuju. Tidak saling bicara. Sengaja merusak/menjatuhkan dan tidak kooperatif, berkontrdikdi, berkata-kata tidak baik, debat,polemik, kelompok-kelompok ancaman dan tindakan merusak.

3.      Tipe Konflik
Ada beberapa tipe konflik, diantaranya yaitu :
1.      Konflik intrapersonal: biasanya mengarah pada psikologi
2.      Konflik interpersonal: dalamm kelompok kerja
3.      Konflik kelompok: antara kelompok/crew
4.      Konflik organisasi: mogok oleh buruh
5.      Konflik komunitas: perang sara
6.      Konflik intranasional: perang sipil, kampanye pemilu
7.      Konflik internasional: perang dunia
4.      Pendekatan dalam Menangani Konflik Pendekatan dalam Menangani konflik yaitu :
a.       Jika pandangan terhadap diri sendiri rendah dan pendekatan orang lain juga rendah maka akan menghindari konflik dan hasilnya konflik itu tidak dapat diselesaikan atau terpecahkan.
b.      Jika pendekatan diri sendiri tinggi dan orang lain rendah (konfrontasi) sama dengan jika pendekatan orang lain tinggi dan diri sendiri rendah (akomodasi), masalahnya terpecahkan hanya satu pihak (salah satu dirugikan) berarti menang kalah (wine-lose) dan kalah menang (lose-win)
c.       Sedangkan jika pendekatan diri sendiri sedang dan pendekatan orang lain jiga sedang maka terjadi kompromi, masalah terpecahkan hanya sebagian bagi kedua pihak.
d.      Pendekatan yang paling baik dalam memecahkan konflik adalah kolaborasi, masalah terpecahkan secara penuh kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan.
e.       Model konflik resolusi: (PURE)
v  Preparation (persiapan) dengan cara:
1.      Menceritakan diri anda demgan benar dan jujur
2.      Memahami pihak lain.
v  Understanding (pemehaman)
1.      Mendengarkan cara mereka (orang lain)
2.      Dapatkah anda membantu saya memahami keprihatinan saya terhadap saya?

v  Resolution
1.      Menemukan solusi
Bagaimana kita dapat memecahkan masalah
Mencari pndapat dan pecahkan masalah
2.      Menyetujui solusi
Mana yang sesuai dengan kita, anda dan saya?
Apakah anda sudah win-win (kedua belah pihak sama-sama puas tidak ada yang dirugikan maupun diuntungkan).

v  Ending (penyelesaian)
1.      Menyetujui tindak lanjut
Apakah anda yakin dapat kita lakukan?
Tulis dan tindak
2.      Jabat tangan
3.      Terimakasih dan mohon maaf





5.      Prinsip-prinsip Dasar dalam Resolusi Konflik
   Prinsip-prinsip dasar dalam resolusi konflik yaitu:
a.       Fokus pada situasi, isu, tingkah laku (bukan pada orang).
b.      Jaga kepercayaan diri dan hargai orang lain.
c.       Jaga hubungan yang konstuktif.
d.      Berinisiatif untuk membuat sesuatu yang lebih baik.
e.       Pimpin dengan memberi contoh dan berpikir kedepan.

        Prinsip dasar diatas dilakukan dalam mencari resolusi konflik, namun ada prinsip dasar yang lain, yaitu: berpikir sebelum bereaksi, mendengarkan dengan aktif, jamin proses adil, bidik masalah, terima tanggungjawab, gunakan komunikasi langsung, pahami kepentingan, fokus masa depan dan pilih yang menguntungkan.

6.      Dampak Konflik
Dampak yang dirasakan dengan adanya konflik diantaranya:
1.      Dampak langsung: biaya lawyer dan yang lain.
2.      Dampak produktifitas: kerugian waku, kesempatan.
3.      Dampak kontiyutas: hilangnya hubungan yang telah terwujud
4.      Dampak emosional: fokus terganggu.

Beberapa contoh konkrit konflik massa yang cukup serius  pada akhir-akhir ini:
1.      Konflik yang bernuansa sparatisme: konflik di NAD, Maluku dan Papua
2.      Konflik yang bernuansa etnis: konflik di kalbar, kalteng dan ambon
3.      Konflik yang bernuansa ideologi: isu paham komunis, paham radikal
4.      Konflik yang bernuansa politik: konflik kibat isu kecurangan pilkada, isu pemekaran di wilayah yang berakibat penyerangan.
5.      Konflik yang bernuansa ekonomi: konflik antar kelompok nelayan di selat madura, antar kelompok preman, dan kelompok pedagang.
6.      Konflik sosial lainnya: konflik anatar anak sekolah/ mahasiswa
7.      Konflik yang bernuansa solidaritas liar: tawuran
8.      Konflik isu beragama atau aliran kepercayaan : isu aliran sesat
9.      Konflik isu kebijakan pemerintah: BBM, BOS, LPG, dll.

DAFTAR PUSTAKA

Soetomo, (2010). Masalah Sosial Dan Upaya Pencegahannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Parillo, Vincent, N, ental, (1987). Contemporary Social Problem, John Wiliey  And Sons New York.
Bambang Rudito, http://www.kemsos.go.id/unduh/Bambang_Rudito%20.pdf. Diakses tanggal 10 Okober 2012.
Wikipedia bahasaIndonesia ensiklopedia bebas http://id.wikipedia.org/wiki/konflik diakses tanggal 10 Oktober 2012.
Badawi, Akhmad,  1973. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta, Pustaka Pelajar Offset.
Ketut, Dewa Sukardi. 2008. Pengantar Pelaksaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surakarta. Copyright. Muhamadiyah Universiti press Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Prayitno dan Amti E. (1999), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, PT Rineka Cipta.
Prayitno dan Amti E. (2004), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, PT Rineka Cipta. Revisi.
Shertzer, B & Stone, S.C. (1974) Fundamental of Counseling. Boston Houghton Mifflin Company.
Sukardi, D.K. (2007). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Tohirin (2009), Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Bandung, PT Grafindo Persada.
Walgito, Bimo. 1980. Bimbingan dan Penyuluhan. Yogyakarta : Yasbit Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta.
Yusuf,S & Nurihsan, J, (2009) Landasan Bimbinngan dan Konseling. Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offse
Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung : Rizqi Press.

0 komentar: