DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Visi dan Misi Bimbingan dan
Konseling..................................... 1
BAB II MAKNA DAN PENGERTIAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A.
Pengertian Bimbingan ................................................................. 2
B.
Pengertian Konseling................................................................... 4
C.
Fungsi Bimbingan dan
Konseling................................................ 5
D.
Prinsip Bimbingan dan
Konseling................................................ 7
E.
Asas Bimbingan dan Konseling................................................... 7
F.
Paradigma Bimbingan dan
Konseling.......................................... 10
G.
Pengertian Sosial.......................................................................... 10
H.
Ruang Lingkup Bimbingan dan
Konseling Sosial....................... 13
BAB II MASALAH
SOSIAL DALAM MASYARAKAT
A.
Pengertian Masalah Sosial........................................................... 14
B.
Jenis-Jenis Masalah Sosial
dalam Masyarakat ............................ 15
C.
Metode Dalam Ilmu Sosial.......................................................... 15
BAB III SITUASI
SOSIAL
A.
Pengertian Situasi Sosial............................................................. 17
B.
Proses Sosialisasi ........................................................................ 20
C.
Situasi Kelompok Sosial.............................................................. 21
D.
Ciri-Ciri dan Peranan
Situasi Kelompok Sosial Terhadap
Individu
dan Sebaliknya............................................................. 22
E.
Resolusi Konflik (Negosiasi)....................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 28
BAB I
PENDAHULUAN
A.
VISI
DAN MISI BIMBINGAN DAN KONSELING
Visi dari bimbingan dan
konseling adalah terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal
dengan hakikat kemanusiaanya sebagai hamba Tuhan YME, sebagai mahkluk individu
dan mahkluk sosial dalam berhubungan dengan manusia dan alam semesta.
Misi dari bimbingan dan konseling
adalah menunjang perkembangan diri dan kemandirian individu untuk dapat
menjalani kehidupannya sehari-hari secara efektif, kreatif dan dinamis serta
memiliki kecakapan hidup untuk masa depan karir dalam;
·
Beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME
·
Pemahaman dan
perkembangan diri dan lingkungan
·
Pengarahan diri kearah
dimensi spiritual
·
Pengambilan keputusan
berdasarkan IQ, EQ, dan SQ
·
Pengaktualisasian diri
secara optimal.
BAB II
MAKNA DAN PENGERTIAN
BIMBINGAN DAN KOSELING SOSIAL
A.
PENGERTIAN BIMBINGAN
Istilah bimbingan dalam kamus bahasa
Inggris gudance dikaitkan dengan kata
asal guide, yang diartikan sebagai berikut : menunjukkan
jalan (showing the way); memimpin (leading) ; menuntun (conduction); memberikan petunjuk (giving instruction) ; mengatur (regulating) ; mengarahkan (governing); memberi nasehat (giving advice).
Istilah
bimbingan dalam bahasa Indonesia diberi pengertian selaras dengan arti-arti
yang disebut diatas, akan muncul dua pengertian yang agak mendasar, yaitu:
1) Memberikan informasi, yaitu menyajikan
pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan atau
memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat.
2) Mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan.
Tujuan itu mungkin hanya diketahui oleh pihak yang mengarahkan dan mungkin
perlu di ketahui oleh kedua belah pihak.
Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh pembimbing terhadap
individu yang mengalami problem, agar si terbimbing mempunyai kemampuan untuk
memecahkan problemnya sendiri dan akhirnya dapat mencapai kebahagiaan hidupnya,
baik dalam kehidupan individu maupun sosialnya (Achmad Badawi, 1973).
Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dialkaukan oleh orang yang ahli kepada
seseorang atau beberapa individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar
orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno & Amti, E, 2004:99).
Untul
memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum bimbingan, dibawah ini
dikemukakan hurf-huruf bumbingan yang dijadikan akronim sebagai unsur-unsur
pokok yang ada dalam usaha bimbingan (Prayitno & Amti, E, 2004:131).
B = Bantuan
I = Individu
M = Mandiri
B = Bahan
I = Interaksi
N = Nasehat
G = Gagasan
A = Alat dan asuhan
N = Norna
Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli (konselor) kepada
seseorang atau beberapa orang individu (konseli/klien), baik anak-anak, remaja
maupun orang dewasa agar si terbimbing dapat mengentaskan permasalahannya,
dapat mengembangkan kemampuan berdasarkan norma-norma yang berlaku guna
menentukan dan mengarahkan pertumbuhan individu dalam mewujudkan kemandirian
diri, kebahagiaan dan kesejahteraan kehidupan yang akan memberikan sumbangan
bagi masyarakat.
B.
PENGERTIAN KONSELING
Secara etimologis istilah konseling
berasal dari bahasa latin yaitu (consilium)
yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau
“memahami”. Sedang dalam bahasa Anglo sayon istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “mengarahkan” atau
“menyampaikan”.
Konseling
adalah interaksi yang terjadi antara dua orang individu yang masing-masing
disebut konselor dan klien, yang terjadi pada suasana yang profesional,
dilakukan sebagai alat untuk memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkahlaku
klien (Pepinsky dan Pepinsky dalam Sherizer dan Stone, 1974).
Untuk
memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum konseling, dibawah ini
dikemukakan huruf-huruf konseling yang dijadikan akronim sebagai unsur-unsur
pokok yang ada dalam usaha konseling (Prayitno & Amti, E, 2004: 131).
K = Kontak
O = Orang
N = Menangani
S = Masalah
E = Expert (ahli)
L = Laras
I = Integrasi
N = Norma
G = Guna
Dari
beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling dan media lain
(seperti : telephone, internet dll) oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami suatu masalah
(disebut konseli/klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
oleh konseli dalam memberikan bantuan menyesuaikan dirinya agar lebih efektif
di lingkungannya dan dapat membantu membuat intepretasi tentang fakta-fakta
yang dibuatnya. Berdasarkan norma-normayang berlaku untuk tujuan yang berguna
bagi konseli.
Maka
secara umum dari kesimpulan tentang bimbingan serta kesimpulan konseling maka
dapat diambil sebuah garis besar bahwa bimbingan dan konseling adalah proses
pemberian bantuan dari seorang yang ahli (konselor) kepada individu/kelompok
(konseli/klien), baik anak-anak, remaja maupun orang dewasa yang dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung, agar individu/kelompok tersebut mandiri
dan berkembang potensinya secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial,
belajar, karir juga teratasinya masalah yang dihadapi melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku untuk tujuan
yang berguna bagi konseli.
C.
FUNGSI BIMBINGAN DAN
KONSELING
1) Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling
yang membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, moral, agama).
2) Fungsi pencegahan (preventif), yaitu fungsi yang berdasarkan upaya
konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi
dan berupaya untuk mencegahnya supayatidak dialami oleh konseli.
3) Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling
yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa
berupaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusifyang memfasilitasi
perkembangan konseli.
4) Fungsi
pengentasan/penyembuhan (kuratif), yaitu fungsi yang berkaitan erat dengan upaya
pemberian bantuan kepada yeng mengalami masalah baik menyangkut aspek pribadi,
sosial, belajar, maupun karier.
5) Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu
konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler,jurusan atau program studi dan
memantapkan penguasaan karier atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat,
keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
6) Fungsi adaptasi, yaitu fungsi bimbingan dan konseling
dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dan lingkungannyasecara
dinamis dan konstruktif.
7) Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling
untuk membantu konsrli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir,
berperasaan, bertindak atau berkehendak.
8) Fungsi fasilitas, yaitu pemberian kemudahan kepada
konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi,
selaras dan seimbang seluruh aspek yang ada dalam diri konseli.
9) Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling
untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi
kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.
10) Fungsi advokasi, yaitu fungsi strategi untuk mempengaruhi
kebijaksanaan apa yang diputuskan, siapa yang memutuskan dan bagaimana
keputusan itu diambil.
D.
PRINSIP-PRINSIP
BIMBINGAN DAN KONSELING
Prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling yaitu prinsip-prinsip yang berkaitan dengan:
1. Sasaran
layanan
2. Permasalahan
individu
3. Program
layanan
4. Tujuan
dan pelaksanaan pelayanan
E.
ASAS
BIMBINGAN DAN KONSELING
Penyelenggaraan
layanan da kegiatan bimbingan dan konseling dituntut untuk memenuhi sejumlah
asas bimbingan. Pemenuhan akan asas-asas itu akan memperlancar pelaksanaan dan
lebih menjamin keberhasilan layana/kegiatan, sedangkan pengingkaranya akan
dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanan serta mengurangi atau
mengaburkan hasil layanan kegiatan. Asas-asas itu ialah sebagai berikut.
1. Asas
kerahasiaan yaitu asas bimbingan dan konseling
yang menuntut dirahasiakanya sejumlah data dan keterangan peserta didik
(konseli/klien) yang menjadi sasaran layanan yaitu data atau keterangannya
tidak boleh dan tidak layak di ketahui orang lain.
2. Asas
kesukarelaan yaitu asas bimbingan dan konseling
yang menghendaki adanya kesukarelaan dan kerelaan konseli mengikuti/menjalani
layanan/kegiatan yang diperuntukan baginya.
3. Asas
keterbukaan yaitu asas bimbingan dan konseling
yang menghendaki agar konseli yang menjadi sasaran layanan /kegiatan bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura, baik didalam keterangan tentang dirinya sendiri
maupun berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan
dirinya.
4. Asas
kegiatan yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar klien yang menjadi sasaran brpartisipasi secara aktif didalam
penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan.
5. Asas
kemandirian yaitu bimbingan dan konseling yang
menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu konseli sebagai
sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu
yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkunganya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan
dirisendiri sebagaimana telah diutarakan terdahulu.
6. Asas
kekinian yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah
permasalahan konseli dalam kondisinya sekarang.
7. Asas
kedinamisan yaitu asas bimbingan dan konseling
yang menghendaki agar isi layanan trhadap sasaran layanan (konseli) yang sama
kehendaknya selalu bergerak maju,tidak monoton, dan terus berkembang serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembanganya dari waktu
kewaktu.
8. Asas
keterpaduan yaitu asas bimbingan dan konseling
yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling,
baik yang dilakukan oleh konselor maupun pihak lain saling menunjang, harmonis
dan terpadukan.
9. Asas
kenormatifan yaitu asas bimbingan dan konseling
yang menghendaki agar segenap layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada
dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada, yaitu
norma-norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
kebiasaan yang berlaku.
10. Asas
keahlian yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan
atas dasar kaidah-kaidah profesional.
11. Asas
alih tangan yaitu asas bimbingna dan konseling
yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan
konseli, mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.
12. Asas
tutwurihandayani yaitu asas bimbingan
dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara
keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan da dorongan serta kesempatan yang
seluas-luasnya kepada konseli untuk maju.
F.
PARADIGMA
BIMBINGAN DAN KONSELING
1) Bimbingan
dan konseling merupakan psiko-paedagogis dalam bingkai bidaya indonesia dan
religius.
2) Arah
bimbingan dan konseling mengembangkan individu untuk mampu memenuhi tugas-tugas
perkembanganya secara optimal.
3) Membantu
individu agar mampu mengatasi berbagai permasalahan yang mengganggu dan
menghambat perkembanganya.
G.
PENGERTIAN
SOSIAL
Istilah”sosial”
berasal dari akar kata bahasa latin Socius, yang artinya berkawan atau
masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dalam arti sempit
mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat (Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas).
Aristoteles
(filusuf Yunani), mengatakan bahwa “manusia” adalah makhluk sosial, karena
hampir semua aspek kehidupan manusia berada pada dalam situasi sosial. Setelah
ada sosial,situasi sosial, kemudian ada perilaku sosial. Yang dimaksud perilaku
sosial adalah perilaku yang terjadi dalam situasi sosial; yakni bagaimana orang
berfikir, merasa dan bertindak karena kehadiran orang lain.
Pertama,
berpikir sosial: apa yang kita pikirkan ketika kita menghadapi dosen yang
arogan, suka marah dan kelihatan sangar? Apa pula yang kita fikirkan ketika
kita berhadapan dosen cantik, ramah, berwawasan luas, mempunyai komitmen,
berdedikasi dan berakhlak mulia?
Kedua,
merasa dalam situasi sosial: sebagian besar situasi sosial melibatkan perasaan.
Kita bayangkan kembali ketika saat kita berada dalam situasi sosial tertentu.
Apa yang kita rasakan ketika kita berhadapan dengan dosen yang aroga, tidak
pernah senyum, suka menghukum?
Ketiga,
bertindak dalam situasi sosial: inilah langkah konkrit yang bisa dilihat orang
lain dalam situasi sosial.mungkin kita akan mejabat tangan ketika kita bertemu
dengan ibu dosen yang ramah, baik hati dan tidak sombong.
Keempat,
bentuk situasi sosial;
a) Adanya
kehadiran orang lain yang dapat di indra namun tanpa interaksi.
b) Adanya
kehadiran orang lain yang dapat diindra dan ada interaksi dengannya (interaksi
sosial)
c) Adanya
imajinasi akan adanya orang lain.
d) Adanya
kehadiran orang lain melalui melalui media tertentu yang kita ketahui dan
kehadiranya mempengaruhi kita.
Setelah kita tau apa itu perilaku
sosial kita akan mengetahui pula apa itu tindakan sosial, interaksi sosial.
Tindakan sosial adalah bagian dari perilaku sosial sedangkan interaksi sosial
adalah keadaan dimana seseorang melakukan hubungan paling berbalas respon
dengan orang lain. Berdasarkan sifat interaksinya interaksi sosial di bedakan
menjadi dua:
1) Interaksi
yang bersifat akrab (pribadi); pada interaksi ini terdapat tingkat keakraban
yang tinggi dan ikatan erat pada pelakunya seperti; hubungan anak dan orang tua
yang saling menyayangi, hubungan suami-istri, hubungan saudara.
2) Interaksi
tidak akrab (non-personal) interaksi sosial terbesar pada manusia seperti;
ketika kita ngobrol dengan orang yang baru kita kenal, wawancara kerja,
interaksi antara penjual dan pembeli.
Interaksi sosial merupkan
hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu
(seseorang) dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Pengertian sosial
adalah hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat serta dalam
keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain bisa secara nyata, namun juga
hanya berbentuk imajinasi.
Maka pengertian bimbingan dan
konseling sosial adalah pelayanan bantuan untuk seseorang baik individu/
kelompok dalam masyarakat agar berkembangsecara optimal dalam hubungan pribadi,
sosial, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar
norma-norma yang berlaku. Bimbingan dan konseling sosial juga merupakan suatu proses bantuan
untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan pemahaman dan ketrampilan
berinteraksi sosial atau hubungan insani (human
relationship) dan memecahkan masalah-masalah sosial yang dialaminya (Yusuf,
2009: 55).
H.
RUANG
LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING SOSIAL
1) Pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah, sekolah merupakan lembaga formal yang
secara khusus di bentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat.
Dalam kelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang pelayanan bimbingan dan konseling mempunyai kedudukan
dan peranan yang khusus.
2) Pelayanan
bimbingan dan konseling di luar sekolah
a) Bimbingan
dan konseling keluarga
b) Bimbingan
dan konseling masyarakat.
BAB
II
MASALAH SOSIAL DALAM
MASYARAKAT
A.
PENGERTIAN
MASALAH SOSIAL
Menurut
Birenboum dan Sagarin, 1972, dalam spector
dan kitsuse ( Bambang Rudito ) “
masalah sosial ada atau muncul ketika masyarakat tertentu, merasa dipecah belah
atau terancam atau merasa terganggu dalam menjalankan aktifitas kehidupanya
yang berlaku dalam masyarakatnya tersebut”.
Menurut
Rubington et al, 1981, dalam bukunya the
studiy of social problems, ( Bambang Rudito ) masalah sosial adalah “sebuah
situasi yang diduga bahwa situasi tersebut tidak cocok dengan nilai-nilai dari
jumlah orang atau komuniti dan orang dalam komuniti tersebut sepakat bahwa
harus ada aksi yang dilakukan untuk merubah situasi tersebut”.
Soetomo
( 2010: 28 ) “masalah sosial merupakan sebuah gejala atau fenomena yang muncul
dalam realitas kehidupan masyarakat”.
Dari
kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa masalah sosial adalah suatu
ketidak sesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang
membahayakan kehidupan kelompok sosial.
B.
JENIS-JENIS
MASALAH SOSIAL DALAM MASYARAKAT
Masalah
sosisl dapat dikategorikan menjadi 4 jenis faktor yaitu:
1) Faktor
Ekonomi: mencangkup kemiskinan, pengagguran, PHK, sulitnya mencari pekerjaan,
sedikitnya lapangan pekerjan yang tersedia, kurangnya ketrampilan pembuka
lapangan kerja sendiri.
2) Faktor
budaya: perceraian, kenakalan remja, pergaulan bebas, narkoba, miras, dunia
malam.
3) Faktor
biologis: penyakit menular, keracunan makanan.
4) Faktor
psikologis: penyakit syaraf, aliran sesat, kepribadian ganda.
C.
METODE
DALAM ILMU SOSIAL
Metode
adalah suatu cara untuk melangkah maju dengan terencana dan teratur untuk
mencapai suatu tujuan tertentu, yang dengan sadar mempergunakan
pengetahuan-pengetahuan yang sistematis untuk keadaan yang berbeda-beda. Metode
dalam ilmu sosial diantaranya ialah:
1) Metode
kualitatif: menyelidiki obyek yang tidak
dapat diukur dengan angka-angka atau ukuran lain yang sifatnya eksata. Metode
ini masih dibagi menjadi 4 lagi yaitu:
a) Metode
histori: peristiwa masa silam kemudian menuntaskan menjadi prinsip-prinsip yang
bersifat umum.
b) Metode
komperatif: menggunakan perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan.
c) Metode
histori komperatif: meneliti masyarakat silam dengan masyarakat sekarang dan
juga meningkatkan perbedaan dan persamaan.
d) Metode
case-studi: mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala yang nyata dalam
kehidupan masyarakat. Alat/cara 4 macam : interview,
questioanire, schdules, dan observasi.
2) Metode
kuantitatif: menyelidiki obyek masyarakat yang
dapat diukur dengan angka-angka sehingga dapat diukur menggunakan sekala
indeks, tabel-tabel.
3) Metode
sosiometri: menggunakan sekala untuk
mempelajari hubungan antara manusia dengan masyarakat.
4) Metode
indoktif: metode yang mempelajari gejala-gejala
masyarakat yang bersifat khusus untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku
besifat umum.
5) Metode
deduktif: metode yang mempelajari yang sudah
berlaku umum untuk mendapatkan pengertian yang bersifat khusus.
6) Metode
empiris: metode yang dipergunakan dengan
mengadakan penelitian mengenai gejala-gejala yang nyata di dalam masyarakat.
7) Metode
rasionalis: metode yang menggunakan pemikiran
yang sehat atau logika untuk mencapai pengertian penting masalah-masalah
kemasyarakatan.
8) Metode
fungsionalism: metode yang bertujuan untuk
meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial di dalam
masyarakat
BAB
III
SITUASI
SOSIAL
A.
PENGERTIAN
SITUASI SOSIAL
Situasi sosial adalah suatu kondisi
tertentu dimana berlangsung hubungan antara individu yang satu dengan individu
yang lain atau terjadi saling hubungan antara dua individu atau lebih. Bentuk
situasi sosial antara lain :
1) Adanya
kehadiran orang lain yang dapat diindera namun tanpa interaksi
2) Adanya
kehadiran orang lain yang dapat diindera dan ada interaksi dengannya. Intilah
lainnya adalah interaksi sosial.
3) Imajinasi
akan adanya kehadiran orang lain
4) Adanya
kehadiran orang lain melalui media tertentu yang diketahui dan kehadirannya
mempengaruhi.
Situasi sosial dibedakan kepada Togetherness Situation (situasi
kebersamaan) dan GroupSituation (situasi
kelompok). Togetherness Situation adalah
situasi dimana sejumlah individu berkumpul pada suatu tempat dan pada waktu
tertentu. Ciri-cirinya adalah :
a) Sejumlah
orang berkumpul
b) Mempunyai
kepentingan yang sama
c) Pada
tempat tertentu
d) Bersifat
sementara waktu
e) Tidak
memiliki ikatan diantara suatu individu dengan individu yang lain.
Terkadang situasi kebersamaan ini
bisa saja berubah menjadi situasi massa. Yaitu situasi dimana tingkah laku
kelompok timbul secara spontan, relatif tidak terorganisasi tidak terduga dan
tidak terencana dalam arah perkembangannya dan terjadi saling pengaruh antara
individu dengan individu lain. Dalam situasi massa ini para pelakunya merasa
memiliki kedudukan yang sama, tidak ada perbedaan diantara mereka.
Hubungan yang terjadi antara
individu tidak terlepas dari rangsangan –rangsangan sosial. Secara garis besar
perangsang sosial tersebut terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Orang
lain, terdiri dari :
a) Individu-individu
lain sebagai perangsang
b) Kelompok,
kelompok ini dapat dibedakan atas:
1. Hubungan
intragroup: hubungan antar individu lain dalam kelompok lain atau antar
kelompok dengan keompok.
2. Hubungan
intergroup: hubungan individu dengan kelompok lain dalam kelompok itu sendiri.
3. Hasil
kebudayaan (materi dan non materi). Misal: bangunan, perkakas, bahasa seni.
2. Ketanyaan
sosial.
Kenyataan sosial terbagi kepada dua
macam yaitu :
a. Social Things (benda-benda
sosial)
Nilai
dari social thingsini ditentukan oleh
beberapa faktoryaitu: kebutuhan, minat dan kepercayaan. Jadi suatu barang atau
benda akan bernilai tinggi jika memuhi syarat tersebut.
b. Social fact (kenyataan
sosial)
Kenyataan
sosial ini biasanya akan menimbulkan sikap yang berbeda-berbeda pada
masing-masing individu.
Suatu
pekerjaan yang awalnya hanya kenyataan individual , tetapi dengan seiringnya
berjalannya waktu produktifitas pekerjaan tersebut meningkat dan hasilnya cukup
menjanjikan, sehingga lama kelamaan banyak orang yang menginginkan pekerjaan
tersebut dengan sendirinya kenyataan yang tadinya individual berubah menjadi
kenyataaan sosial. Dalam kehidupan sosial selalu ada hubungan timbal balik, sehingga
suatu ketika jawaban akan menjadi perangsang terhadap kehidupan sosial. Dengan
kata lain setiap perbuatan yang dilakukan yang dilakukan individu lain akan
menimbulkan perbuatan lain lagi dan seterusnya.
B.
PROSES
SOSIALISASI
Zajonc,1968, (dalam Alfa
Alfiyah) mengatakan bahwa dengan orang yang baru atau yang belum dikenal,
faktor yang memudahkan komunikasi adalah pertemuan yang berulang-ulang, sejauh
reaksi pada saat pertama kali bertemu tidak negatif.
Iteraksi adalah masalah
yang paling unik yang timbul pada diri manusia, interaksi timbul dari berbagai
macam hal yang merupakan dasar dari peristiwa sosial yang lebih luas. Perasaan
pemikiran dan keinginan ada pada tiap-tiap seseorang tidak hanya sebagai tenaga
yang bisa menegakkan individu itu sendiri, melainkan meupakan dasar pula bagi
aktivitas psikologis dari orang lain, dan semua proses sosialisasi baik yang
bersifat operation, coorperation adalah
hasil daripada interaksi individu.
Interaksi
dapat dibedakan menjadi dua macam:
a)
Interaksi antar
benda-benda, bersifat statis, memberi respon terhadap tindakan-tindakan kita,
bukan terhadap kita dan timbulnya hanya pada sattu pihak saja yaitu pada orang
yang melakukan perbuatan itu.
b)
Interaksi antara
manusia dengan manusia, bersifat dinamis memberi respons tertentu padea manusia
lain: dan prose kejiwaan yang timbul terdapat pada gejala pihak yng
bersangkutan.
Menurut ajaran inference doctrine
tiap orang mengalami dan mempunyai pengalaman dan kesadaran dalam kehidupan dan
mewujudkan pemikiran, perasaan kemampuan dan sebagainya, menurut teori
inference doctrine, orang bisa mengetahui fakta kesabaran itu disebabkan karena
orang mengadakan penarik kongklusi dari pengalamannya pada dirinya sendiri.
Kelemahan-kelemahan
terhadap inference doctrine
a) Dalam
kenyataannya kita sering mengetahui psikologis orang lain secara langsung tanpa
melakukan inference.
b) Inference
doctrine menganggap bahwa kita mengamati kejadian dalam diri kita sendiri
dengan cara seperti pengamatan pada orang lain.
c) Bila
kita bersendi pada ajaran inference doctrine ini, maka kita tidak mungkin bisa
menangkap pengalaman orang lain yang belum pernah kita alami, juga kita tidak
mungkin menangkap pengalaman orang lain yang jauh berbeda dengan kita.
C.
SITUASI
KELOMPOK SOSIAL
Bila seorang individu
berada dalam ikatan masa(crowd) maka ia akan merasa, berfikir dan
bertingkahlaku yang berbeda dengan apabila individu itu dalam keadaan sendirian atau terpisah
dari orang lain,
Menurur Gustave Le Bon
(dalam Alfi Asyura) timbulnya jiwa masa ini didorong oleh ada sugesti dari
pemimpin atau antusias atau situasi yang muncul pada kerumunan massa, individu
yang terkena sugesti akan menuruti semua perintah dari pemimpinnya baik yang
irrasional dan tidak masuk akal sedikitpun.
Sidmud Freud mengatakan
bahwa jika massa itu seakan-akan telah dikendalikan dan hanya memiliki
ciri-ciri yang negatif saja. Secara konsepnya tidak hanya rangsangan negatif
saja yang terdapat dalam psikologi massa, ada sisi positifnya namun terkadang
individu kurang mampu membedakan mana yang positif dan mana yang negatif.
D.
CIRI-CIRI
DAN PERANAN SITUASI KELOMPOK SOSIAL TERHADAP INDIVIDU DAN SEBALIKNYA
a) Eksperimen
situasi kebersamaan F.H Allport (1916-1969)
Togtherness situation atau situasi
kebersamaan itu sudah dapat mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga seorang
individu yang berada dalam situasi bersama akan menjadi lain dibandingkan
situasi ketika ia sendiri.
Allport menempuh beberapa cara dalam permainan ekstrim, sehingga ia
mempunyai kesimpulan, bahwa situasi kebersamaan pada sendiri mempunyai akibat
menghilangkan penilaian-penilaian yang ekstrem pada orang-orang yang turut
serta dalam keadaan kebersamaan itu.
b) Eksperimen
Rosenbaum Dan Blake
Eksperimen ini dilakukan untuk menyelidiki akibat dari
suatu sikap dan tingkah laku yang dinyatakan oleh seseorang didalam keadaan
kebersamaan terhadap sikap dan tingkah laku orang lain didalam keadaan tersebut
apabila menghadapi persoalan yang sama.Kesimpulan dari eksperimen Rosenbaum
adalah bahwa :
“Dalam keadaan kebersamaan itu orang-orang
mudah mengimitasi sebuah contoh (atau mudah terpengaruh oleh sugesti
berdasarkan contoh), ternyata situasi togetherness itu, sebagai bentuk
darisituasisosial dan sikap keragu-raguan individu mengenai apa yang harus ia
lakukan, sangat memudahkan terjadinya imitasi dan sugesti terhadap tingkahlaku
orang dalam keadaan yang sama”.
c) Eksperimen
Asch. Dari eksperimen Asch ternyata pengaruh sugesti (mayoritas) terhadap
penilaian individu dalam keadaan kebersamaan itu besar apabila individu dengan
jelas mengetahui pa yang harus ia lakukan, pengaruh sugesti dalam eksperimen
Asch akan diperkecil apabila terdapat pula sugesti minoritas yang berlawanan
dengan sugesti mayoritas dalam keadaan yang sama.
E.
RESOLUSI
KONFLIK (NEGOSIASI)
1.
Konflik
Massa
Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti memukul. Secara sosiologis, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu
dalam suatu interaksi, misalnya adalah ciri fisik, kepandaian, pengetahuan,
adat istiadat dsb.
2.
Penyebab
konflik
Penyebab
konflik antara lain kurangnya sumber daya: dana, alat, orang, sikap berbeda,
ketidaksetujuan, komunikasi buruk, lemahnya teamwork (kerjasama dan
kepercayaan). Struktur organisasi yang tidak cukup dan kurang jelasnya peran.
Sedangkan gejaala-gejala konflik antara lain: ada sesuatu yang tidak beres,
merasa gelisah, frustasi, terhina, tersakiti hati, sedih, murah dan tidak
setuju. Tidak saling bicara. Sengaja merusak/menjatuhkan dan tidak kooperatif,
berkontrdikdi, berkata-kata tidak baik, debat,polemik, kelompok-kelompok
ancaman dan tindakan merusak.
3.
Tipe
Konflik
Ada
beberapa tipe konflik, diantaranya yaitu :
1. Konflik
intrapersonal: biasanya mengarah pada psikologi
2. Konflik
interpersonal: dalamm kelompok kerja
3. Konflik
kelompok: antara kelompok/crew
4. Konflik
organisasi: mogok oleh buruh
5. Konflik
komunitas: perang sara
6. Konflik
intranasional: perang sipil, kampanye pemilu
7. Konflik
internasional: perang dunia
4.
Pendekatan
dalam Menangani Konflik Pendekatan dalam Menangani konflik yaitu :
a. Jika
pandangan terhadap diri sendiri rendah dan pendekatan orang lain juga rendah
maka akan menghindari konflik dan hasilnya konflik itu tidak dapat diselesaikan
atau terpecahkan.
b. Jika
pendekatan diri sendiri tinggi dan orang lain rendah (konfrontasi) sama dengan
jika pendekatan orang lain tinggi dan diri sendiri rendah (akomodasi),
masalahnya terpecahkan hanya satu pihak (salah satu dirugikan) berarti menang
kalah (wine-lose) dan kalah menang (lose-win)
c. Sedangkan
jika pendekatan diri sendiri sedang dan pendekatan orang lain jiga sedang maka
terjadi kompromi, masalah terpecahkan hanya sebagian bagi kedua pihak.
d. Pendekatan
yang paling baik dalam memecahkan konflik adalah kolaborasi, masalah
terpecahkan secara penuh kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan.
e. Model
konflik resolusi: (PURE)
v Preparation (persiapan)
dengan cara:
1. Menceritakan
diri anda demgan benar dan jujur
2. Memahami
pihak lain.
v Understanding (pemehaman)
1. Mendengarkan
cara mereka (orang lain)
2. Dapatkah
anda membantu saya memahami keprihatinan saya terhadap saya?
v Resolution
1. Menemukan
solusi
Bagaimana
kita dapat memecahkan masalah
Mencari
pndapat dan pecahkan masalah
2. Menyetujui
solusi
Mana
yang sesuai dengan kita, anda dan saya?
Apakah
anda sudah win-win (kedua belah pihak sama-sama puas tidak ada yang dirugikan
maupun diuntungkan).
v Ending (penyelesaian)
1. Menyetujui
tindak lanjut
Apakah
anda yakin dapat kita lakukan?
Tulis
dan tindak
2. Jabat
tangan
3. Terimakasih
dan mohon maaf
5.
Prinsip-prinsip
Dasar dalam Resolusi Konflik
Prinsip-prinsip dasar dalam resolusi konflik
yaitu:
a. Fokus
pada situasi, isu, tingkah laku (bukan pada orang).
b. Jaga
kepercayaan diri dan hargai orang lain.
c. Jaga
hubungan yang konstuktif.
d. Berinisiatif
untuk membuat sesuatu yang lebih baik.
e. Pimpin
dengan memberi contoh dan berpikir kedepan.
Prinsip dasar diatas dilakukan dalam mencari resolusi konflik, namun ada
prinsip dasar yang lain, yaitu: berpikir sebelum bereaksi, mendengarkan dengan
aktif, jamin proses adil, bidik masalah, terima tanggungjawab, gunakan
komunikasi langsung, pahami kepentingan, fokus masa depan dan pilih yang
menguntungkan.
6.
Dampak
Konflik
Dampak yang dirasakan dengan adanya
konflik diantaranya:
1. Dampak
langsung: biaya lawyer dan yang lain.
2. Dampak
produktifitas: kerugian waku, kesempatan.
3. Dampak
kontiyutas: hilangnya hubungan yang telah terwujud
4. Dampak
emosional: fokus terganggu.
Beberapa
contoh konkrit konflik massa yang cukup serius
pada akhir-akhir ini:
1. Konflik
yang bernuansa sparatisme: konflik di NAD, Maluku dan Papua
2. Konflik
yang bernuansa etnis: konflik di kalbar, kalteng dan ambon
3. Konflik
yang bernuansa ideologi: isu paham komunis, paham radikal
4. Konflik
yang bernuansa politik: konflik kibat isu kecurangan pilkada, isu pemekaran di
wilayah yang berakibat penyerangan.
5. Konflik
yang bernuansa ekonomi: konflik antar kelompok nelayan di selat madura, antar
kelompok preman, dan kelompok pedagang.
6. Konflik
sosial lainnya: konflik anatar anak sekolah/ mahasiswa
7. Konflik
yang bernuansa solidaritas liar: tawuran
8. Konflik
isu beragama atau aliran kepercayaan : isu aliran sesat
DAFTAR
PUSTAKA
Soetomo,
(2010). Masalah Sosial Dan Upaya
Pencegahannya. Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
Parillo, Vincent, N, ental, (1987). Contemporary Social Problem, John
Wiliey And Sons New York.
Bambang Rudito, http://www.kemsos.go.id/unduh/Bambang_Rudito%20.pdf.
Diakses tanggal 10 Okober 2012.
Wikipedia
bahasaIndonesia ensiklopedia bebas http://id.wikipedia.org/wiki/konflik diakses
tanggal 10 Oktober 2012.
Badawi,
Akhmad, 1973. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta, Pustaka Pelajar
Offset.
Ketut, Dewa
Sukardi. 2008. Pengantar Pelaksaan
Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surakarta. Copyright.
Muhamadiyah Universiti press Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Prayitno dan
Amti E. (1999), Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling, Jakarta, PT Rineka Cipta.
Prayitno dan
Amti E. (2004), Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling, Jakarta, PT Rineka Cipta. Revisi.
Shertzer, B
& Stone, S.C. (1974) Fundamental of
Counseling. Boston Houghton Mifflin Company.
Sukardi, D.K.
(2007). Pengantar Pelaksanaan Program
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Tohirin (2009), Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan
Madrasah. Bandung, PT Grafindo Persada.
Walgito, Bimo.
1980. Bimbingan dan Penyuluhan. Yogyakarta
: Yasbit Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta.
Yusuf,S &
Nurihsan, J, (2009) Landasan Bimbinngan
dan Konseling. Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offse
Yusuf, S.
(2009). Program Bimbingan dan Konseling
di Sekolah. Bandung : Rizqi Press.
0 komentar:
Posting Komentar