Rabu, 28 Agustus 2013

PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR JUJUR DAN BERINTEGRITAS


KATA PENGANTAR

            Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkah dan hikmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR JUJUR DAN BERINTEGRITAS “.
Makalah ini ditulis dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah  Pengembangan Pribadi Konselor  yang diampu oleh dosen Anisa Maimunah, M.Psi. pada Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Yogyakarta. Berkat bimbingan dari berbagai pihak, maka akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun dalam penyusunannya, mengingat kemampuan yang masih terbatas serta sempitnya pengetahuan. Oleh karena itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat diambil manfaatnya bagi kita semua. Amin.
                                                                         Yogyakarta,    September     
                                                                                                                      
                                                            Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C.     Tujuan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1.      Pengertian Kepribadian................................................................ 3
2.      Pengertian Jujur............................................................................ 4
3.      Pengertian Integritas ................................................................... 5
4.      Karakteristik Konselor Jujur dan Berintegritas............................ 6
5.      Cara Mengembangkan Kepribadian Jujur dan Berintegritas........ 12
6.      Pentingnya Konselor Berkepribadian Jujur dan Berintegritas......14
BAB III SIMPULAN
             Kesimpulan........................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 20


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
            Aktivitas bimbingan dan konseling, pada dasarnya, merupakan interaksi timbal-balik, yang di dalamnya terjadi hubungan saling mempengaruhi antara konselor sebagai pihak yang membantu dan klien sebagai pihak yang dibantu. Hanya saja, mengingat konselor diasumsikan sebagai pribadi yang akan membimbing konseli dalam mencapai tujuan tertentu, maka dalam relasi ini sangat dibutuhkan adanya kapasitas tertentu yang harus dimiliki oleh seorang konselor. Kapasitas tertentu inilah yang menentukan kualitas konselor.
            Kualitas konselor adalah semua kriteria keunggulan termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan nila-inilai yang dimiliki konselor, yang akan menentukan keberhasilan (efektivitas) proses bimbingan dan konseling. Salah satu kualitas yang kurang dibicarakan adalah kualitas pribadi konselor, yang menyangkut segala aspek kepribadian yang amat penting dan menentukan efektivitas konseling.

2.      Rumusan Masalah
·         Apa pengertian kepribadian?
·         Apa pengertian jujur?
·         Apa pengertian integritas?
·         Apa  karakteristik konselor jujur dan berintegritas?
·         Bagaimana cara mengembangkan pribadi jujur dan berintegritas?
·         Kenapa konselor harus memiliki kepribadian jujur dan berintegritas?

3.      Tujuan
·         Mengetahui pengertian kepribadian.
·         Mengetahui pengertian jujur.
·         Mengetahui pengertian integritas.
·         Mengetahui karakteristik konselor jujur dan berintegritas.
·         Mengetahui cara mengembangkan pribadi jujur dan berintegritas.
·         Mengetahui pentingnya konselor memiliki kepribadian jujur dan berintegritas.
BAB II
PEMBAHASAN
1.      PENGERTIAN KEPRIBADIAN
       Banyak para ahli yang mendefinisikan kepribadian. Salah satu yang paling penting menurut Gordon W.Allport. Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas. Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia. Maksud dinamis pada pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja berubah-ubah melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman-pengalaman, reward, punishment, pendidikan dsb.
       Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya (Depkes, 1992).
       Dari dua definisi diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya.

2.      PENGERTIAN JUJUR
     Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Dengan memahami makna kata jujur ini  maka mereka akan dapat menyikapinya. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara samar-samar. Indikator kearah itu sangat mudah ditemukan yakni   masih saja banyak orang belum jujur  jika dibandingkan dengan orang  yang telah jujur.
         Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Jika ada seseorang berhadapan dengan sesuatu atau fenomena maka orang itu akan memperoleh  gambaran tentang  sesuatu  atau fenomena tersebut. Jika  orang  itu  menceritakan informasi tentang  gambaran  tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur. Dalam penjabarannya jujur bisa diartikan sebagai perilaku yang tidak memutar balikan fakta, bertindak sesuai hati nurani, mengatakan benar bila itu benar dan mengatakan salah bila itu salah. (artikata.com : 2012)

3.      PENGERTIAN INTEGRITAS
        Integritas adalah sebuah konsep konsistensi tindakan, nilai-nilai, metode, langkah-langkah, prinsip, harapan, dan hasil. Dalam etika, integritas dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran yang merupakan kata kerja atau akurasi dari tindakan seseorang. Integritas dapat dianggap sebagai kebalikan dari kemunafikan,  dalam yang menganggap konsistensi internal sebagai suatu kebajikan, dan menyarankan bahwa pihak-pihak yang memegang nilai-nilai yang tampaknya bertentangan harus account untuk perbedaan atau mengubah keyakinan mereka.
       Kata “integritas” berasal dari kata sifat Latin integer (utuh, lengkap) Dalam konteks ini, integritas adalah rasa batin “keutuhan” yang berasal dari kualitas seperti kejujuran dan konsistensi karakter.. Dengan demikian, seseorang dapat menghakimi bahwa orang lain “memiliki integritas” sejauh bahwa mereka bertindak sesuai dengan, nilai dan prinsip keyakinan mereka yakini.  Integritas pada hakekatnya bermakna mempunyai kepribadian utuh tak tergoyahkan, yang terwujud pada sikap setia dan tangguh berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam melaksanakan tugas. (IndoLibrary.com  : 2011)
       Integritas akan mendorong terbentuknya pribadi yang berani menolak godaan dan segala bentuk intervensi, dengan mengedepankan tuntutan hati nurani untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, dan selalu berusaha melakukan tugas dengan segala cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan terbaik.

4.      KARAKTERISTIK KONSELOR JUJUR DAN BERINTEGRITAS
·         Memiliki sikap Toleran
            Masalah-masalah seperti stres yang dimiliki oleh konselinya hendaknya mampu konselor atasi dengan baik dan ia memiliki kemampuan untuk menghadapi hal-hal yang kurang menentu tersebut tanpa terganggu profesinya dan aspek kehidupan pribadinya. Contoh, bu Andya pada suatu hari menerima klien yang sedang stres berat karena ia menjadi korban penindasan yang dilakukan teman-teman sekelasnya. Penindasan ini tidak sekedar hanya di mai-maki atau di suruh-suruh, namun juga sampai melakukan tindak kekerasan. Klien ini menceritakan semua kekesalan yang ia rasakan kepada bu andya. Bahwa meskipun ia tidak mau disuruh-suruh namun ia tidak mempunyai cukup keberanian untuk mengungkapkannya dan selalu pasrah menerima penindasanpenindasan yang dilakukan teman-teman sekelasnya.
            Dalam masalah ini, bu Andya mentolerir stres yang dihadapi oleh si klien dengan tidak memprotes terhadap apa yang dirasakan kliennya. Namun ia justru memberi semangat dan motivasi agar supaya kliennya menjadi lebih berani mengungkapkan pendapatnya dan dapat menyelesaikan problemanya dengan teman-teman kelasnya itu dengan baik.

·         Mengantisipasi berbagai tekanan yang menimpa diri
Sebagai seorang yang memiliki keutuhan atau integritas kepribadian yang kuat, wajar bila seorang konselor mampu melakukan antisipasi terhadap tekanan-tekanan yang menimpa diri konselor sendiri. Tekanan-tekanan ini bisa jadi disebabkan oleh hal yang diluar dugaan dan bisa datang kapan saja tanpa pemberitahuan, oleh karenanya seorang konselor harus mampu melakukan antisipasi diri terhadap tekanan yang muncul. Bila tekanan yang seperti ini sudah muncul dan konselor kurang mampu mengatasinya, maka bila dibawa pada konseling akan mengganggu mekanisme konseling dikarenakan ketidaksiapan pribadi konselor dalam melaksanakan tuganya.
Contoh, pak Joko adalah seorang konselor di SMP garuda di semarang, sebagai seorang tidak jarang juga mempunyai masalah-masalah yang dapat menekan dirinya. Pada suatu ketika ia di jadikan sebagai petugas penghukum siswa yang telat masuk sekolah maupun yang melanggar peraturan sekolah. Dalam hal ini pak Joko tau bahwa tugas tersebut bukanlah wewenang pak joko sebagai konselor. Merasa mendapat tekanan dari kepala sekolah lalu ia memutuskan untuk mendengarkan musik guna menenangkan suasana hatinya, karena ia tau bahwa pikirannya yang tidak tenang tersebut akan mengganggu tugasnya sebagai konselor sekolah.

·         Melakukan coping terhadap berbagai tekanan yang menimpa diri
Coping merupakan salah satu upaya atau metode yan dilakukan konselor agar konselor mampu menyesuaikan dan mengatasi berbagai macam permasalahan sesuai dengan keadaan dan situasi yang terjadi. Hendaknya konseling ini menerapkan metode coping pada saat ia berhadapan dengan klien dan bisa juga diterapkan konselor pada keadaan yang menimpa dirinya sendiri. Metode ini sangat berguna bagi konselor pada saat ia menjalankan tugasnya karena ia mampu mengatasi berbagai macam keadaan yang ia hadapi. Contoh, Septi sering sekali terlambat masuk sekolah, hampir setiap hari ia terlambat sekolah. Ia sering menerima hukuman dari petugas kedisiplinan karena keterlambatannya tersebut. Karena masalahnya tesebut, ia lalu dipanggil guru BK guna menanyai sebab penyebab yan menjadikannya sering terlambat sekolah. Setelah dijelaskan oleh septi, lalu konselor tahu alasan mengapa septi sering terlambat masuk sekolah, ternyata angkutan yang biasanya mengantarkan ia dari kampungnya ke terminal sekarang sudah tidan beroperasi lagi, sehingga ia harus berjalan kaki pergi keterminal. Dalam kasus ini, konselor telah tepat menggunakan coping dalam menghadapi permasalahan kliennya.

·         Berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten.
Kepribadian konselor merupakan titik tumpu yang berfungsi sebagai penyeimbang antara pengetahuan mengenai dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik. Ketika titik tumpu ini kuat, pengetahuan dan keterampilan bekerja secara seimbang dengan kepribadian yang berpengaruh pada perubahan perilaku positif dalam konseling. Menampilkan kepribadian yang mencerminkan sifat-sifat berbudi dan luhur ini hendaknya bisa konselor terapkan dalam tugasnya saat proses konseling, saat berada di lingkungan kerja, maupun di kehidupan sehari-hari konselor itu sendiri. Dengan demikian konselor akan dikatakan mampu membangun keutuhan kepribadian konselor yang sesungguhnya. Konselor yang jujur memiliki ciri seperti, bersikap kongruen, artinya sifat-sifat dirinya yang dipersepsi oleh dirinya sendiri (real self) sama sebangun dengan yang dipersepsi oleh orang lain (public self). Memiliki pemahaman yang jelas tentang makna kejujuran (Thohari Musnamar : 1992).
      Contoh, Riska adalah seorang siswa SMA raflesia kelas X, ia mempunyai perangai yang temperamen dan emosional. Saat berkonseling ia terlihat tergesa-gesa dan bersikap menantang kepada konselornya mengenai permasalahan tempat bimbingan belajar yang bagus dan berkualitas. Dalam keadaan demikian, pak Topo selaku konselor sekolah dengan sabar dan ramah menghadapi riska tanpa melawan riska dengan perangai yang serupa. Pak Topo juga bisa menampilkan kewibawaan dan kejujurannya kepada riska dengan mengatakan informasi-informasi yang ditanyakan Riska kepadanya.

·         Menampilkan kepribadian dan perilaku emosi yang stabil
            Konselor juga perlu membangun kehidupan emosional yang sehat. Artinya, konselor mempunyai relasi yang baik dengan orang lain, konselor belajar untuk menyelesaikan masalah-masalah konselor sendiri. Kalau emosi konselor tidak sehat, bisa-bisa klien jadi sasaran. Bagaimana membangun emosi yang sehat? Syarat utamanya adalah seorang konselor sudah lebih dahulu dikonseling. Konselor dikonseling selama bertahun-tahun, supaya konselor siap. Kalau tidak sehat secara emosi, konselor bisa collaps. Akhirnya proses konseling merupakan campur-adukan emosi, antara emosi klien dan emosi konselor. konselor harus memilah antara emosi klien dan emosi konselor. Kemarahan klien bisa-bisa menjadi kemarahan konselor. Selain pernah dikonseling, konselor juga perlu membangun kebutuhan fisiknya. Hal ini perlu supaya konselor bisa konsentrasi, dan tidak mengantuk. Konselor juga diwajibkan mampu mengontrol emosi bila sedang berhadapan dengan konselinya. Tidak seharusnya seorang konselor akan merasa terprovokasi mendengarkan pendapat dan ocehan konselinya, oleh karenanya seorang konselor harus berlatih mengontrol emosi demi keprofesionalitas dalam pekerjaannya.
            Contoh, pada saat jam kebersihan di sekolah SMA mukoharjo semarang, Amelia datang ketempat konselor untuk mengungkapkan kecemasannya terhadap hasil ujian masuk perguruan tinggi. Dalam keadaan cemas tersebut. Namun ia masih sempat mengata-ngatai teman-teman yang mengikuti ujian yang sama dengan petra. Ia mengatakan bahwa ia lebih pintar dari teman-temannya, namun ia masih kurang percaya diri akan hasil ujiannya nanti. Kendati demikian, ia masih saja suka mencela temanya dengan mengatai mereka bodoh, goblok, dan tolol. Dalam kasus tersebut, konselor sama sekali tidak terpicu emosinya dengan omongan pedas petra, ia masih bisa mengontrol emosinya sendiri sehingga tidak mudah terpancing dan tersulut, sehingga ia mampu menghadapi petra yang demikian, dan memberikan petra penguatan bahwa ia tidak perlu cemas terhadap hasil ujian nanti.

·         Menampilkan kepribadian dan perilaku empati.
Empati adalah kemampuan sesorang untuk merasakan secara tepat apa yang dirasakan dan dialami oleh orang lain dan mengkomunikasikan persepsinya. Orang yang memiliki tingkat empati tinggi akan menampakkan sifat bantuannya yang nyata dan berarti dalam hubungannya dengan orang lain, sementara mereka yang rendah tingkat empatinya menunjukkan sifat yang secara nyata dan berarti merusak hubungan antarpribadi. Merespon konseli yang sedang menunjukkan atau meluapkan emosinya ketika konseling, konselor bisa menggunakan empati. Dalam menggunakan empati sebagai respon kepada konseli, hendaknya tidak berlebihan, dan diunjukkan dengan porsi yang tepat sesuai kebutuhan, agar jalannya proses konseling tidak terganggu.
Contoh, bu Ineke selaku guru BK di SMA negeri 1 subah, tiba-tiba kedatangan konseli yang datang dengan senyum yang tersemat di wajahnya. Priska namanya, ia terlihat begitu gembira karena baru saja mendapat hadiah kado ulang tahun berupa gaun mahal dari perancis. Ia begitu antusias bercerita tentang kegembiraannya tersebut kepada bu ineke. Bu ineke pun ikut merasa bahagia terhadap priska, namun ia tidak kelewatan batas dalam menampilkan empati kegembiraannya tersebut dengan tertawa terbahak-bahak atau terlalu kencang dalam menjerit. Ia menampilkan empati seperlunya.


5.      CARA MENGEMBANGKAN PRIBADI JUJUR DAN BERINTEGRITAS
         Kenyataan menunjukkan bahwa suatu sistem, metode, atau teknik, betatapun ilmiah dan canggihnya, tidak akan berdaya-guna selama tidak dijalankan oleh manusia atau pribadi yang berkualitas. Ungkapan the man behind the system (orang di balik system) atau the man behind the gun (orang di balik senjata) menggambarkan bahwa penentu proses pendidikan adalah manusia juga (setelah Tuhan). Hal ini berlaku pula bagi kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan pribadi konselor seharusnya diarahkan untuk meraih kualitas Insan Paripurna, yang otaknya sarat dengan ilmu yang bermanfaat, hatinya dipenuhi dengan keiman pada tuhan, sikap dan perilakunya merealisasikan nilai-nilai yang mantap dan teguh, wataknya terpuji, dan bimbingannya kepada orang lain (konseli) membuahkan keimanan, kemandirian, semangat kerja tinggi, kedamaian, dan kasih sayang. Sungguh tipe ideal konselor yang kualitasnya cukup sulit untuk dicapai, tetapi dapat didekati.
       Kejujuran dan Integritas merupkan satu kiesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan seharusnya ada pada diri setiap konselor. Karena dengan kejujuran dan integritas kualitas konseling akan sangat ditentukan. Mengembangkan  kejujuran dan integritas syarat utamanya adalah keimanan. Tugas seorang konselor memang sangat erat kaitannya dengan spiritual, untuk itu setiap konselor penting dan harus memperkuat keimanannya. Dengan agama dan keimanan yang kuat maka kejujuran dan integritas akan muncul dalam diri konselor.
       Bastaman memberi beberapa tips (cara) buat para konselor agar meraih kualitas ideal tersebut. Dia menyebut cara ini dengan istilah pelatihan pengembangan pribadi yang bercorak psiko-edukasi. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan aspek psiko-sosial yang positif dan mengurangi aspek-apek yang negatif. Dengan model pelatihan ini, para konselor diharapkan dapat lebih sadar diri, mampu menyesuaikan diri, menemukan arti, dan tujuan hidupnya, serta menyadari serta menghayati intensitas ibadah.Dengan pelatihan semacam ini, ungkapan the man behind the system ditingkatkan “menjadi”, yang berarti adanya peningkatan mental-spiritual pada manusia (konselor) sebagai penerap sistem (bimbingan dan konseling).
       Cara lain untuk meningkatkan kualitas pribadi dalam rangka mencapai citra konselor ideal adalah dengan pelatihan disiplin diri yang lebih berorientasi spiritual-religius, yakni membenahi kehidupan pribadi sesuai tuntutan agama (syari’at). Salah satu bentuknya adalah mengintesifkan dan meningkatkan kualitas ibadah, misalnya dalam hal dzikir dan shalat. Ultimate goalnya, agar ungkapan the spirit of the man behind the system dapat ditingkatkan menjadi the divine guidance in the spirit of the man behind the system. Artinya, dengan meningkatkan kedekatan kepada Allah (spiritual) sang Konselor akan mendapat bimbingan-Nya dalam membimbing para kliennya. (KOMUNIKA : 2009)

6.      PENTINGNYA KONSELOR BERKEPRIBADIAN JUJUR DAN BERINTEGRITAS
         Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi konselor menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif, di samping faktor pengetahuan tentang dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik atau konseling.
        Dalam kenyataan di lapangan, tidak sedikit para siswa yang tidak mau datang ke ruang bimbingan dan konseling, bukan karena guru pembimbingnya yang kurang keilmuannya dalam bidang bimbingan, tetapi karena mereka memiliki kesan bahwa pembimbing tersebut bersifat judes atau kurang ramah. Sikap jujur harus dimiliki konselor dalam menjalankan tugasnya/dalam proses konseling. Yang dimaksud jujur disini adalah bahwa konselor itu bersikap transparan (terbuka),  autentik, dan asli (genuine).
         Sikap keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untuk menjalin hubungan psikologis yang lebih dekat satu sama lainnya di dalam proses konseling. Konselor yang menutup atau menyembunyikan bagian-bagian dirinya terhadap klien dapat menghalangi terjadinya relasi yang lebih dekat. Kedekatan hubungan psikologis sangat penting dalam konseling, sebab dapat menimbulkan hubungan yang langsung dan terbuka antara konselor dengan klien. Apabila terjadi ketertutupan dalam konseling dapat menyebabkan merintangi perkembangan klien. Kejujuran memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif kepada klien (Thohari Musnamar : 1992).
       Cara lain untuk mengembangkan kejujuran dan integritas adalah dengan cara :
1.      Menamamkan budaya malu
            Dalam hal ini seorang konselor harus memiliki budaya malu apabila melakukan sebuah kebohongan atau ketidak jujuran. Namun, konselor juga harus menerapkan asas kerahasiaan dalam menjalankan tugasnya. Budaya malu untuk berbohong dapat menjadikan konselor bertindak jujur dalam segala kegiatannya.

2.      Menjadi diri sendiri
            Artinya seseorang atau seorang konselor haruslah menghargai dan bangga terhadap dirinya sendiri, tidak memandang kekuaranagn yang dimiliki sebagai sebuah musibah namun lebih memandangnya sebagai jalan terbaik yang diberikan tuhan untuk kehidupannya. Memiliki kekurangan tentu saja memiliki kelebihan, langkah terbaik adalah memaksimalkan dan mengembangkan kelebihan yang dimiliki.

3.      Membayangkan kesuksesan
            Optimis, adalah kata kuncinya. Setiap orang haruslah memiliki mimpi dalam hidupnya. Dengan memiliki mimpi maka seseoarang akan berusaha lebih giat untuk mewujudkan mimpinya tersebut. Mimpi disini bukanlah khayalan namun lebih cenderung pada sebuah cita-cita.

4.      Mempertajam Kepekaan.
            Konselor selalu dituntut untuk peka terhadap apa yang terjadi disekitarnya. Terlebih pada dewasa ini konselor harus peka dalam menggali keterangan dari konseli. Karena tidak jarang konseli yang sulit atau bahkan tidak mau jujur terhadap permasalahan yang dihadapi. Konselor juga harus selalu belajar dan berusaha merasakan apa yang sebenarnya sedang dirasakan konseli sehingga konselor dapat memberikan pencerahan dan konseli dapat menemukan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi.

5.      Menjadi pribadi yang sederhana.
            Pribadi sederhana adalah pribadi yang terlihat simpel namun tetap terpancar kelebihan yang ada dalam dirinya. Tidak terlalu menyombongkan  apa yang dimiliki dan tidak mengumbar kelebihan dan mempertontonkannya didepan orang lain.

6.      Tunjukkan peran terbaik
            Berusaha untuk selalu menjadi yang terbaik adalah sebuah moto hidup yang harus ada dalam pribadi setiap orang. Sebagai seorang konselor peren terbaik yang bisa dilakukan adalah menjadi pendengar bila konseli sedang mengungkapkan permasalahannya dan menjadi motivator agar konseli dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi.


7.      Kenali kelebihan anda
            Memaksimalkan potensi diri adalah maksud utamanya. Namun sebelum memaksimalkan potensi yang kita miliki tentunya kita harus mengenali potensi apa yang kita miliki sehingga kita dapat menemukan cara untuk memaksimalkan potensi kita tersebut.

8.      Tahu berterimakasih
            Apabila konselor menerima bantuan dari orang lain hendaknya selalu mengucapkan terimakasih. Terdengan sepele namun kalimat tersebut sangat besar maknanya. Namun bukan hanyan sekedar mengucapkan terimaksih, mengahargai bantuan orang lain itu juga bisa menunjukkan terimaksih kita terhadap orang tersebut.

9.      Membuka diri terhadap kritik
            Sesorang tidaklah bisa menjadi sempurna, pasti ada kekurangan dalam dirinya. Membuka diri untuk menerima kritikan dan saran adalah cara terbaik untuk membangun dan mengatasi kekurangan tersebut.

10.  Lancar berkomunikasi
            Seorang konselor harus mampu berkomunikasi dengan siapapun. Dengan komunikasi itulah proses konseling dapat berjalan. Komunikasi adalah faktor terpenting dalam pelaksanaan proses konseling karena dalam komunikasi inilah pemecahan masalah dapat terwujud.
BAB III
SIMPULAN
            Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya.
            Jujur bisa diartikan sebagai perilaku yang tidak memutar balikan fakta, bertindak sesuai hati nurani, mengatakan benar bila itu benar dan mengatakan salah bila itu salah. Integritas adalah sebuah konsep konsistensi tindakan, nilai-nilai, metode, langkah-langkah, prinsip, harapan, dan hasil. Dalam etika, integritas dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran yang merupakan kata kerja atau akurasi dari tindakan seseorang.
                Karekteristik konselor jujur dan berintegritas adalah, memiliki sikap toleran, mengantisipasi berbagai tekanan, melakukan coping, berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten, empati, dan emosi yang stabil. Memperkuat agama dan keimanan merupakan cara yang paling “ampuh” dan tepat untuk menumbuhkan kejujuran dan integritas dalam diri. Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi konselor menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif, di samping faktor pengetahuan tentang dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik atau konseling. Sikap keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untuk menjalin hubungan psikologis yang lebih dekat satu sama lainnya di dalam proses konseling. Konselor yang menutup atau menyembunyikan bagian-bagian dirinya terhadap klien dapat menghalangi terjadinya relasi yang lebih dekat. Kedekatan hubungan psikologis sangat penting dalam konseling, sebab dapat menimbulkan hubungan yang langsung dan terbuka antara konselor dengan klien. Apabila terjadi ketertutupan dalam konseling dapat menyebabkan merintangi perkembangan klien. Kejujuran memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif kepada klien

DAFTAR PUSTAKA
http://kamusbahasaindonesia.org/jujur/mirip. diunduh pada selas, 26 semptember 2012 pukul 18 : 42 wib.
http://www.artikata.com/arti-330870-integritas.html. Diunduh pada selasa, 26 september 2012 pukul 18 : 56
Sunar, Dwi dan Tim (Ed). (2011). Membaca Kepribadian Orang. Yogyakarta : Think
Thohari Musnamar dan Tim (Ed.). (1992). Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami. Yogyakarta : UII Press.

0 komentar: