KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT,
karena berkah dan hikmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga mampu
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PENGEMBANGAN
PRIBADI KONSELOR JUJUR DAN BERINTEGRITAS “.
Makalah
ini ditulis dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Pribadi Konselor yang diampu oleh dosen Anisa Maimunah, M.Psi.
pada Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas PGRI Yogyakarta. Berkat bimbingan dari berbagai pihak, maka
akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam
penulisan maupun dalam penyusunannya, mengingat kemampuan yang masih terbatas
serta sempitnya pengetahuan. Oleh karena itu, penulis juga mengharapkan saran
dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis
berharap semoga makalah ini dapat diambil manfaatnya bagi kita semua. Amin.
Yogyakarta, September
Penulis
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Kepribadian................................................................ 3
2. Pengertian Jujur............................................................................ 4
3. Pengertian Integritas ................................................................... 5
4. Karakteristik Konselor Jujur dan Berintegritas............................ 6
5. Cara Mengembangkan Kepribadian Jujur dan Berintegritas........ 12
6. Pentingnya Konselor Berkepribadian Jujur dan Berintegritas......14
BAB III SIMPULAN
Kesimpulan........................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 20
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Aktivitas bimbingan dan konseling,
pada dasarnya, merupakan interaksi timbal-balik, yang di dalamnya terjadi hubungan
saling mempengaruhi antara konselor sebagai pihak yang membantu dan klien sebagai
pihak yang dibantu. Hanya saja, mengingat konselor diasumsikan sebagai pribadi
yang akan membimbing konseli dalam mencapai tujuan tertentu, maka dalam relasi
ini sangat dibutuhkan adanya kapasitas tertentu yang harus dimiliki oleh seorang
konselor. Kapasitas tertentu inilah yang menentukan kualitas konselor.
Kualitas konselor adalah semua
kriteria keunggulan termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan
nila-inilai yang dimiliki konselor, yang akan menentukan keberhasilan
(efektivitas) proses bimbingan dan konseling. Salah satu kualitas yang kurang
dibicarakan adalah kualitas pribadi konselor, yang menyangkut segala aspek
kepribadian yang amat penting dan menentukan efektivitas konseling.
2. Rumusan
Masalah
·
Apa pengertian
kepribadian?
·
Apa pengertian jujur?
·
Apa pengertian
integritas?
·
Apa karakteristik konselor jujur dan
berintegritas?
·
Bagaimana cara
mengembangkan pribadi jujur dan berintegritas?
·
Kenapa konselor harus
memiliki kepribadian jujur dan berintegritas?
3. Tujuan
·
Mengetahui pengertian
kepribadian.
·
Mengetahui pengertian
jujur.
·
Mengetahui pengertian
integritas.
·
Mengetahui
karakteristik konselor jujur dan berintegritas.
·
Mengetahui cara
mengembangkan pribadi jujur dan berintegritas.
·
Mengetahui pentingnya
konselor memiliki kepribadian jujur dan berintegritas.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN
KEPRIBADIAN
Banyak para ahli yang mendefinisikan
kepribadian. Salah satu yang paling penting menurut Gordon W.Allport.
Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik
indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas.
Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia. Maksud
dinamis pada pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja berubah-ubah
melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman-pengalaman, reward, punishment, pendidikan dsb.
Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang
terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri
terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan
kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas pada seseorang.
Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu
masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan
keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya (Depkes,
1992).
Dari dua definisi diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa kepribadian
adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik indvidu yang
menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas dan kebiasaan
individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta
menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam.
Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu
masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan
keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya.
2.
PENGERTIAN
JUJUR
Jujur adalah
sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah
mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur
tersebut. Dengan memahami makna kata jujur ini
maka mereka akan dapat menyikapinya. Namun masih banyak yang tidak tahu
sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara samar-samar. Indikator
kearah itu sangat mudah ditemukan yakni
masih saja banyak orang belum jujur
jika dibandingkan dengan orang
yang telah jujur.
Kata jujur adalah kata
yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Jika ada seseorang berhadapan
dengan sesuatu atau fenomena maka orang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu
atau fenomena tersebut. Jika
orang itu menceritakan informasi tentang gambaran
tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan” (sesuai dengan
realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur. Dalam
penjabarannya jujur bisa diartikan sebagai perilaku yang tidak memutar balikan
fakta, bertindak sesuai hati nurani, mengatakan benar bila itu benar dan
mengatakan salah bila itu salah. (artikata.com : 2012)
3.
PENGERTIAN
INTEGRITAS
Integritas
adalah sebuah konsep konsistensi tindakan, nilai-nilai, metode,
langkah-langkah, prinsip, harapan, dan hasil. Dalam etika, integritas dianggap
sebagai kejujuran dan kebenaran yang merupakan kata kerja atau akurasi dari
tindakan seseorang. Integritas dapat dianggap sebagai kebalikan dari
kemunafikan, dalam yang menganggap
konsistensi internal sebagai suatu kebajikan, dan menyarankan bahwa pihak-pihak
yang memegang nilai-nilai yang tampaknya bertentangan harus account untuk
perbedaan atau mengubah keyakinan mereka.
Kata “integritas” berasal dari kata
sifat Latin integer (utuh, lengkap) Dalam konteks ini, integritas adalah rasa
batin “keutuhan” yang berasal dari kualitas seperti kejujuran dan konsistensi
karakter.. Dengan demikian, seseorang dapat menghakimi bahwa orang lain
“memiliki integritas” sejauh bahwa mereka bertindak sesuai dengan, nilai dan
prinsip keyakinan mereka yakini. Integritas
pada hakekatnya bermakna mempunyai kepribadian utuh tak tergoyahkan, yang
terwujud pada sikap setia dan tangguh berpegang pada nilai-nilai atau
norma-norma yang berlaku dalam melaksanakan tugas. (IndoLibrary.com : 2011)
Integritas akan
mendorong terbentuknya pribadi yang berani menolak godaan dan segala bentuk
intervensi, dengan mengedepankan tuntutan hati nurani untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan, dan selalu berusaha melakukan tugas dengan segala cara-cara
terbaik untuk mencapai tujuan terbaik.
4.
KARAKTERISTIK
KONSELOR JUJUR DAN BERINTEGRITAS
·
Memiliki sikap Toleran
Masalah-masalah
seperti stres yang dimiliki oleh konselinya hendaknya mampu konselor atasi
dengan baik dan ia memiliki kemampuan untuk menghadapi hal-hal yang kurang
menentu tersebut tanpa terganggu profesinya dan aspek kehidupan pribadinya. Contoh, bu Andya pada suatu
hari menerima klien yang sedang stres berat karena ia menjadi korban penindasan
yang dilakukan teman-teman sekelasnya. Penindasan ini tidak sekedar hanya di
mai-maki atau di suruh-suruh, namun juga sampai melakukan tindak kekerasan.
Klien ini menceritakan semua kekesalan yang ia rasakan kepada bu andya. Bahwa
meskipun ia tidak mau disuruh-suruh namun ia tidak mempunyai cukup keberanian
untuk mengungkapkannya dan selalu pasrah menerima penindasanpenindasan yang
dilakukan teman-teman sekelasnya.
Dalam
masalah ini, bu Andya mentolerir stres yang dihadapi oleh si klien dengan tidak
memprotes terhadap apa yang dirasakan kliennya. Namun ia justru memberi
semangat dan motivasi agar supaya kliennya menjadi lebih berani mengungkapkan
pendapatnya dan dapat menyelesaikan problemanya dengan teman-teman kelasnya itu
dengan baik.
·
Mengantisipasi berbagai tekanan yang menimpa diri
Sebagai seorang yang memiliki
keutuhan atau integritas kepribadian yang kuat, wajar bila seorang konselor
mampu melakukan antisipasi terhadap tekanan-tekanan yang menimpa diri konselor
sendiri. Tekanan-tekanan ini bisa jadi disebabkan oleh hal yang diluar dugaan
dan bisa datang kapan saja tanpa pemberitahuan, oleh karenanya seorang konselor
harus mampu melakukan antisipasi diri terhadap tekanan yang muncul. Bila
tekanan yang seperti ini sudah muncul dan konselor kurang mampu mengatasinya,
maka bila dibawa pada konseling akan mengganggu mekanisme konseling dikarenakan
ketidaksiapan pribadi konselor dalam melaksanakan tuganya.
Contoh, pak Joko adalah
seorang konselor di SMP garuda di semarang, sebagai seorang tidak jarang juga
mempunyai masalah-masalah yang dapat menekan dirinya. Pada suatu ketika ia di
jadikan sebagai petugas penghukum siswa yang telat masuk sekolah maupun yang
melanggar peraturan sekolah. Dalam hal ini pak Joko tau bahwa tugas tersebut
bukanlah wewenang pak joko sebagai konselor. Merasa mendapat tekanan dari
kepala sekolah lalu ia memutuskan untuk mendengarkan musik guna menenangkan
suasana hatinya, karena ia tau bahwa pikirannya yang tidak tenang tersebut akan
mengganggu tugasnya sebagai konselor sekolah.
·
Melakukan coping terhadap berbagai tekanan yang menimpa diri
Coping merupakan salah satu upaya
atau metode yan dilakukan konselor agar konselor mampu menyesuaikan dan
mengatasi berbagai macam permasalahan sesuai dengan keadaan dan situasi yang
terjadi. Hendaknya konseling ini menerapkan metode coping pada saat ia
berhadapan dengan klien dan bisa juga diterapkan konselor pada keadaan yang
menimpa dirinya sendiri. Metode ini sangat berguna bagi konselor pada saat ia
menjalankan tugasnya karena ia mampu mengatasi berbagai macam keadaan yang ia hadapi.
Contoh, Septi sering sekali
terlambat masuk sekolah, hampir setiap hari ia terlambat sekolah. Ia sering
menerima hukuman dari petugas kedisiplinan karena keterlambatannya tersebut.
Karena masalahnya tesebut, ia lalu dipanggil guru BK guna menanyai sebab
penyebab yan menjadikannya sering terlambat sekolah. Setelah dijelaskan oleh
septi, lalu konselor tahu alasan mengapa septi sering terlambat masuk sekolah,
ternyata angkutan yang biasanya mengantarkan ia dari kampungnya ke terminal
sekarang sudah tidan beroperasi lagi, sehingga ia harus berjalan kaki pergi
keterminal. Dalam kasus ini, konselor telah tepat menggunakan coping dalam
menghadapi permasalahan kliennya.
·
Berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten.
Kepribadian konselor merupakan titik tumpu yang berfungsi
sebagai penyeimbang antara pengetahuan mengenai dinamika perilaku dan
keterampilan terapeutik. Ketika titik tumpu ini kuat, pengetahuan dan
keterampilan bekerja secara seimbang dengan kepribadian yang berpengaruh pada
perubahan perilaku positif dalam konseling. Menampilkan kepribadian yang
mencerminkan sifat-sifat berbudi dan luhur ini hendaknya bisa konselor terapkan
dalam tugasnya saat proses konseling, saat berada di lingkungan kerja, maupun
di kehidupan sehari-hari konselor itu sendiri. Dengan demikian konselor akan
dikatakan mampu membangun keutuhan kepribadian konselor yang sesungguhnya.
Konselor yang jujur memiliki ciri seperti, bersikap kongruen, artinya
sifat-sifat dirinya yang dipersepsi oleh dirinya sendiri (real self) sama sebangun
dengan yang dipersepsi oleh orang lain (public self). Memiliki pemahaman yang
jelas tentang makna kejujuran (Thohari Musnamar : 1992).
Contoh,
Riska adalah seorang siswa SMA raflesia kelas X, ia mempunyai
perangai yang temperamen dan emosional. Saat berkonseling ia terlihat
tergesa-gesa dan bersikap menantang kepada konselornya mengenai permasalahan
tempat bimbingan belajar yang bagus dan berkualitas. Dalam keadaan demikian,
pak Topo selaku konselor sekolah dengan sabar dan ramah menghadapi riska tanpa
melawan riska dengan perangai yang serupa. Pak Topo juga bisa menampilkan
kewibawaan dan kejujurannya kepada riska dengan mengatakan informasi-informasi
yang ditanyakan Riska kepadanya.
·
Menampilkan kepribadian dan perilaku emosi yang stabil
Konselor
juga perlu membangun kehidupan emosional yang sehat. Artinya, konselor
mempunyai relasi yang baik dengan orang lain, konselor belajar untuk
menyelesaikan masalah-masalah konselor sendiri. Kalau emosi konselor tidak
sehat, bisa-bisa klien jadi sasaran. Bagaimana membangun emosi yang sehat?
Syarat utamanya adalah seorang konselor sudah lebih dahulu dikonseling.
Konselor dikonseling selama bertahun-tahun, supaya konselor siap. Kalau tidak
sehat secara emosi, konselor bisa collaps. Akhirnya proses konseling
merupakan campur-adukan emosi, antara emosi klien dan emosi konselor. konselor
harus memilah antara emosi klien dan emosi konselor. Kemarahan klien bisa-bisa
menjadi kemarahan konselor. Selain pernah dikonseling, konselor juga perlu
membangun kebutuhan fisiknya. Hal ini perlu supaya konselor bisa konsentrasi,
dan tidak mengantuk. Konselor juga diwajibkan mampu mengontrol emosi bila
sedang berhadapan dengan konselinya. Tidak seharusnya seorang konselor akan
merasa terprovokasi mendengarkan pendapat dan ocehan konselinya, oleh karenanya
seorang konselor harus berlatih mengontrol emosi demi keprofesionalitas dalam
pekerjaannya.
Contoh,
pada saat jam kebersihan di sekolah SMA mukoharjo semarang, Amelia datang
ketempat konselor untuk mengungkapkan kecemasannya terhadap hasil ujian masuk
perguruan tinggi. Dalam keadaan cemas tersebut. Namun ia masih sempat
mengata-ngatai teman-teman yang mengikuti ujian yang sama dengan petra. Ia
mengatakan bahwa ia lebih pintar dari teman-temannya, namun ia masih kurang
percaya diri akan hasil ujiannya nanti. Kendati demikian, ia masih saja suka
mencela temanya dengan mengatai mereka bodoh, goblok, dan tolol. Dalam kasus
tersebut, konselor sama sekali tidak terpicu emosinya dengan omongan pedas
petra, ia masih bisa mengontrol emosinya sendiri sehingga tidak mudah
terpancing dan tersulut, sehingga ia mampu menghadapi petra yang demikian, dan
memberikan petra penguatan bahwa ia tidak perlu cemas terhadap hasil ujian
nanti.
·
Menampilkan kepribadian dan perilaku empati.
Empati adalah kemampuan sesorang
untuk merasakan secara tepat apa yang dirasakan dan dialami oleh orang lain dan
mengkomunikasikan persepsinya. Orang yang memiliki tingkat empati tinggi akan
menampakkan sifat bantuannya yang nyata dan berarti dalam hubungannya dengan
orang lain, sementara mereka yang rendah tingkat empatinya menunjukkan sifat
yang secara nyata dan berarti merusak hubungan antarpribadi. Merespon konseli
yang sedang menunjukkan atau meluapkan emosinya ketika konseling, konselor bisa
menggunakan empati. Dalam menggunakan empati sebagai respon kepada konseli,
hendaknya tidak berlebihan, dan diunjukkan dengan porsi yang tepat sesuai
kebutuhan, agar jalannya proses konseling tidak terganggu.
Contoh, bu Ineke selaku guru BK di
SMA negeri 1 subah, tiba-tiba kedatangan konseli yang datang dengan senyum yang
tersemat di wajahnya. Priska namanya, ia terlihat begitu gembira karena baru
saja mendapat hadiah kado ulang tahun berupa gaun mahal dari perancis. Ia
begitu antusias bercerita tentang kegembiraannya tersebut kepada bu ineke. Bu
ineke pun ikut merasa bahagia terhadap priska, namun ia tidak kelewatan batas
dalam menampilkan empati kegembiraannya tersebut dengan tertawa terbahak-bahak
atau terlalu kencang dalam menjerit. Ia menampilkan empati seperlunya.
5.
CARA
MENGEMBANGKAN PRIBADI JUJUR DAN BERINTEGRITAS
Kenyataan
menunjukkan bahwa suatu sistem, metode, atau teknik, betatapun ilmiah dan
canggihnya, tidak akan berdaya-guna selama tidak dijalankan oleh manusia atau
pribadi yang berkualitas. Ungkapan the
man behind the system (orang di balik system) atau the man behind the gun (orang di balik senjata) menggambarkan bahwa
penentu proses pendidikan adalah manusia juga (setelah Tuhan). Hal ini berlaku
pula bagi kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan demikian, jelaslah bahwa
pendidikan pribadi konselor seharusnya diarahkan untuk meraih kualitas Insan
Paripurna, yang otaknya sarat dengan ilmu yang bermanfaat, hatinya dipenuhi
dengan keiman pada tuhan, sikap dan perilakunya merealisasikan nilai-nilai yang
mantap dan teguh, wataknya terpuji, dan bimbingannya kepada orang lain
(konseli) membuahkan keimanan, kemandirian, semangat kerja tinggi, kedamaian,
dan kasih sayang. Sungguh tipe ideal konselor yang kualitasnya cukup sulit
untuk dicapai, tetapi dapat didekati.
Kejujuran dan Integritas
merupkan satu kiesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan seharusnya ada pada
diri setiap konselor. Karena dengan kejujuran dan integritas kualitas konseling
akan sangat ditentukan. Mengembangkan
kejujuran dan integritas syarat utamanya adalah keimanan. Tugas seorang
konselor memang sangat erat kaitannya dengan spiritual, untuk itu setiap
konselor penting dan harus memperkuat keimanannya. Dengan agama dan keimanan
yang kuat maka kejujuran dan integritas akan muncul dalam diri konselor.
Bastaman memberi
beberapa tips (cara) buat para konselor agar meraih kualitas ideal tersebut.
Dia menyebut cara ini dengan istilah pelatihan pengembangan pribadi yang
bercorak psiko-edukasi. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan aspek
psiko-sosial yang positif dan mengurangi aspek-apek yang negatif. Dengan model
pelatihan ini, para konselor diharapkan dapat lebih sadar diri, mampu
menyesuaikan diri, menemukan arti, dan tujuan hidupnya, serta menyadari serta menghayati
intensitas ibadah.Dengan pelatihan semacam ini, ungkapan the man behind the system ditingkatkan “menjadi”, yang berarti adanya
peningkatan mental-spiritual pada manusia (konselor) sebagai penerap sistem
(bimbingan dan konseling).
Cara lain untuk
meningkatkan kualitas pribadi dalam rangka mencapai citra konselor ideal adalah
dengan pelatihan disiplin diri yang lebih berorientasi spiritual-religius,
yakni membenahi kehidupan pribadi sesuai tuntutan agama (syari’at). Salah satu
bentuknya adalah mengintesifkan dan meningkatkan kualitas ibadah, misalnya
dalam hal dzikir dan shalat. Ultimate goalnya, agar ungkapan the spirit of the man behind the system
dapat ditingkatkan menjadi the divine guidance
in the spirit of the man behind the system. Artinya, dengan meningkatkan
kedekatan kepada Allah (spiritual) sang Konselor akan mendapat bimbingan-Nya dalam
membimbing para kliennya. (KOMUNIKA : 2009)
6.
PENTINGNYA
KONSELOR BERKEPRIBADIAN JUJUR DAN BERINTEGRITAS
Kualitas
pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi konselor menjadi faktor
penentu bagi pencapaian konseling yang efektif, di samping faktor pengetahuan
tentang dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik atau konseling.
Dalam kenyataan di
lapangan, tidak sedikit para siswa yang tidak mau datang ke ruang bimbingan dan
konseling, bukan karena guru pembimbingnya yang kurang keilmuannya dalam bidang
bimbingan, tetapi karena mereka memiliki kesan bahwa pembimbing tersebut
bersifat judes atau kurang ramah. Sikap jujur harus dimiliki konselor dalam
menjalankan tugasnya/dalam proses konseling. Yang dimaksud jujur disini adalah
bahwa konselor itu bersikap transparan (terbuka), autentik, dan asli (genuine).
Sikap keterbukaan
memungkinkan konselor dan klien untuk menjalin hubungan psikologis yang lebih
dekat satu sama lainnya di dalam proses konseling. Konselor yang menutup atau
menyembunyikan bagian-bagian dirinya terhadap klien dapat menghalangi
terjadinya relasi yang lebih dekat. Kedekatan hubungan psikologis sangat
penting dalam konseling, sebab dapat menimbulkan hubungan yang langsung dan
terbuka antara konselor dengan klien. Apabila terjadi ketertutupan dalam
konseling dapat menyebabkan merintangi perkembangan klien. Kejujuran
memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif kepada klien
(Thohari Musnamar : 1992).
Cara lain untuk
mengembangkan kejujuran dan integritas adalah dengan cara :
1. Menamamkan budaya malu
Dalam
hal ini seorang konselor harus memiliki budaya malu apabila melakukan sebuah
kebohongan atau ketidak jujuran. Namun, konselor juga harus menerapkan asas
kerahasiaan dalam menjalankan tugasnya. Budaya malu untuk berbohong dapat
menjadikan konselor bertindak jujur dalam segala kegiatannya.
2. Menjadi diri sendiri
Artinya
seseorang atau seorang konselor haruslah menghargai dan bangga terhadap dirinya
sendiri, tidak memandang kekuaranagn yang dimiliki sebagai sebuah musibah namun
lebih memandangnya sebagai jalan terbaik yang diberikan tuhan untuk
kehidupannya. Memiliki kekurangan tentu saja memiliki kelebihan, langkah
terbaik adalah memaksimalkan dan mengembangkan kelebihan yang dimiliki.
3. Membayangkan kesuksesan
Optimis,
adalah kata kuncinya. Setiap orang haruslah memiliki mimpi dalam hidupnya.
Dengan memiliki mimpi maka seseoarang akan berusaha lebih giat untuk mewujudkan
mimpinya tersebut. Mimpi disini bukanlah khayalan namun lebih cenderung pada
sebuah cita-cita.
4. Mempertajam Kepekaan.
Konselor
selalu dituntut untuk peka terhadap apa yang terjadi disekitarnya. Terlebih
pada dewasa ini konselor harus peka dalam menggali keterangan dari konseli.
Karena tidak jarang konseli yang sulit atau bahkan tidak mau jujur terhadap
permasalahan yang dihadapi. Konselor juga harus selalu belajar dan berusaha
merasakan apa yang sebenarnya sedang dirasakan konseli sehingga konselor dapat
memberikan pencerahan dan konseli dapat menemukan pemecahan terhadap masalah
yang dihadapi.
5. Menjadi pribadi yang sederhana.
Pribadi
sederhana adalah pribadi yang terlihat simpel namun tetap terpancar kelebihan
yang ada dalam dirinya. Tidak terlalu menyombongkan apa yang dimiliki dan tidak mengumbar
kelebihan dan mempertontonkannya didepan orang lain.
6. Tunjukkan peran terbaik
Berusaha
untuk selalu menjadi yang terbaik adalah sebuah moto hidup yang harus ada dalam
pribadi setiap orang. Sebagai seorang konselor peren terbaik yang bisa dilakukan
adalah menjadi pendengar bila konseli sedang mengungkapkan permasalahannya dan
menjadi motivator agar konseli dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi.
7. Kenali kelebihan anda
Memaksimalkan
potensi diri adalah maksud utamanya. Namun sebelum memaksimalkan potensi yang
kita miliki tentunya kita harus mengenali potensi apa yang kita miliki sehingga
kita dapat menemukan cara untuk memaksimalkan potensi kita tersebut.
8. Tahu berterimakasih
Apabila
konselor menerima bantuan dari orang lain hendaknya selalu mengucapkan
terimakasih. Terdengan sepele namun kalimat tersebut sangat besar maknanya.
Namun bukan hanyan sekedar mengucapkan terimaksih, mengahargai bantuan orang
lain itu juga bisa menunjukkan terimaksih kita terhadap orang tersebut.
9. Membuka diri terhadap kritik
Sesorang
tidaklah bisa menjadi sempurna, pasti ada kekurangan dalam dirinya. Membuka
diri untuk menerima kritikan dan saran adalah cara terbaik untuk membangun dan
mengatasi kekurangan tersebut.
10. Lancar berkomunikasi
Seorang
konselor harus mampu berkomunikasi dengan siapapun. Dengan komunikasi itulah
proses konseling dapat berjalan. Komunikasi adalah faktor terpenting dalam
pelaksanaan proses konseling karena dalam komunikasi inilah pemecahan masalah
dapat terwujud.
BAB
III
SIMPULAN
Kepribadian adalah suatu organisasi
yang dinamis dari sistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan
pemikiran indvidu secara khas dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam
dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala
rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Perkembangan kepribadian tersebut
bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan
mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin
matang dan mantap kepribadiannya.
Jujur
bisa diartikan sebagai perilaku yang tidak memutar balikan fakta, bertindak
sesuai hati nurani, mengatakan benar bila itu benar dan mengatakan salah bila
itu salah. Integritas adalah sebuah konsep konsistensi tindakan, nilai-nilai, metode,
langkah-langkah, prinsip, harapan, dan hasil. Dalam etika, integritas dianggap
sebagai kejujuran dan kebenaran yang merupakan kata kerja atau akurasi dari
tindakan seseorang.
Karekteristik
konselor jujur dan berintegritas adalah, memiliki sikap toleran, mengantisipasi
berbagai tekanan, melakukan coping, berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten, empati, dan
emosi yang stabil. Memperkuat agama dan keimanan merupakan cara yang paling
“ampuh” dan tepat untuk menumbuhkan kejujuran dan integritas dalam diri. Kualitas
pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi konselor menjadi faktor
penentu bagi pencapaian konseling yang efektif, di samping faktor pengetahuan
tentang dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik atau konseling. Sikap
keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untuk menjalin hubungan psikologis
yang lebih dekat satu sama lainnya di dalam proses konseling. Konselor yang
menutup atau menyembunyikan bagian-bagian dirinya terhadap klien dapat
menghalangi terjadinya relasi yang lebih dekat. Kedekatan hubungan psikologis
sangat penting dalam konseling, sebab dapat menimbulkan hubungan yang langsung
dan terbuka antara konselor dengan klien. Apabila terjadi ketertutupan dalam
konseling dapat menyebabkan merintangi perkembangan klien. Kejujuran
memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif kepada klien
DAFTAR
PUSTAKA
http://kamusbahasaindonesia.org/jujur/mirip.
diunduh pada selas, 26 semptember 2012 pukul 18 : 42 wib.
http://www.artikata.com/arti-330870-integritas.html.
Diunduh pada selasa, 26 september 2012 pukul 18 : 56
Sunar,
Dwi dan Tim (Ed). (2011). Membaca Kepribadian Orang. Yogyakarta : Think
Thohari
Musnamar dan Tim (Ed.). (1992). Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling
Islami. Yogyakarta : UII Press.
0 komentar:
Posting Komentar