KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkah dan hidayahNya, kami
dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini. Penyusunan makalah ini, sebagai
salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Sosial Program S1
Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI
Yogyakarta.
Dalam penyusunan
makalah ini, kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun berkat
bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari beberapa pihak, akhirnya kami dapat
menyelesaikannya.Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan
hati, kami menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Kami juga berharap
makalah ini bisa memberi manfaat bagi pembaca.
Yogyakarta,
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL........................................................................................... i
KATA
PENGANTAR..........................................................................................
ii
DAFTAR
ISI........................................................................................................
iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah............................................................................. 1
B. Perumusan
Masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan
Penulisan......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Empati
......................................................................................................
3
B. Prilaku
Prososial
......................................................................................
7
C. Afisiasi
: Sumber Ketertarikan
................................................................ 8
D. Tahap
Perkembangan Hubungan
............................................................. 11
E. Persahabatan.............................................................................................
12
F. Cinta
Kasih...............................................................................................
12
G. Strategi
Layanan
BK................................................................................
15
H. Teknik
– Teknik
BK.................................................................................
20
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
….........................................................................................
. 22
B. Saran
…....................................................................................................
22
DAFTAR
PUSTAKA ......................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kami memilih judul “Empati, Perilaku
Prososial, Ketertarikan Antar Pribadi, Strategi Layanan dan Teknik – Teknik BK
Sosial” karena kami sebagai calon guru BK sangat penting mempelajari tentang
hal tersebut, dimana dalam BK mengutamakan adanya perasaan dan tingkah laku
yang terjadi di kehidupan sosial. Perasaaan tersebut adalah rasa empati yaitu
ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dengan rasa empati
menimbulkan suatu tindakan yang berkaitan dengan perilaku prososial. Perilaku prososial
adalah perilaku yang menguntungkan penerima bantuan tetapi tidak memiliki
keuntungan yang jelas bagi pemberi bantuan. Tujuannya yaitu untuk menambah
kesejahteraan orang lain dengan cara menolong, menyelamatkan, berkorban,
kerjasama, maupun persahabatan. Dengan mengerti dan memahami tentang empati dan
perilaku prososial maka guru BK dapat menerapkan pemahamannya tersebut dan
menimbulkan ketertarikan antar peribadi untuk menciptakan setrategi dan teknik
– teknik BK sosial.
B.
Perumusan
Masalah
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Mencangkup
apa saja empati itu?
2. Apa
saja yang di bahas dalam perilaku prososial?
3. Hal
– hal apa saja yang berkaitan dengan afiliasi : sumber ketertarikan?
4. Apa
saja tahap perkembangan hubungan?
5. Apa
pengertian persahabatan?
6. Apa
pengertian cinta kasih?
7. Apa
saja strategi layanan BK?
8. Apa
saja teknik – teknik BK?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui mencangkup apa saja empati itu.
2. Untuk
mengetahui apa saja yang di bahas dalam perilaku prososial.
3. Untuk
mengetahui hal – hal apa saja yang berkaitan dengan afiliasi : sumber
ketertarikan?
4. Untuk
mengetahui apa saja tahap perkembangan hubungan.
5. Untuk
mengetahui apa pengertian persahabatan.
6. Untuk
mengetahui apa pengertian cinta kasih.
7. Untuk
mengetahui apa saja strategi layanan BK.
8. Untuk
mengetahui apa saja teknik – teknik BK.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Empati
1.
Pengertian
Empati
Empati merupakan bagian penting social
competency ( kemampuan sosial). Empati juga merupakan salah satu dari
unsur-unsur kecerdasan sosial. Empati dasar yakni memiliki perasaan dengan orang
lain atau merasakan isyarat-isyarat emosi non verbal. Penyelarasan yakni dengan
mendengarkan dengan penuh
reseptivitas,
menyelaraskan dengan seseorang. Ketepatan empatik yakni memahami pikiran ,
perasaan dan maksud orang lain dan pengertian sosial yakni bagaimana dunia
bekerja (Goleman, Daniel, 2007;14)
Sementara itu, menurut KBBI, empati
adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi
dirinya dalm keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok
lain. Empati adalah kemampuan seseorang ikut merasakan atau menghayati perasaan
dan pengalaman orang lain.
Seseorang
tersebut tidak akan hanyut dalam suasana orang lain, tetapi memahami apa yang
dirasakan apa yang dirasakan orang lain. Secara lebih luas empati diartikan
sebagai keterampilan sosial tidak sekedar ikut merasakan pengalaman orang lain
(icarious affect response), tetapi juga mampu melakukan respon kepedulian
(concern) terhadap perasaan dan perilaku orang tersebut. Tidak heran jika latihan memberikan
sesuatu atau bersedekah, selain merupakan sarana ibadah, juga bisa melatih
empati anak pada orang lain yang memunculkan sifat berdema (filantropi) (
Frieda Mangungsong, 2010). Dengan demikian penekanan empati tersebut menyatakan
bahwa kemampuan menyelami perasaan oran
lain tersebut tidak membuat kita tenggelam dan larut dalam siuasi perasaannya
tetatpi kita mampu memahami perasaan negatif atau positif seolah-olah emosi itu
kita alami sendiri (resonansi perasaan).
3
2.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi empati
Beberapa
faktor psikologis maupun sosiologis yang mempengaruhi proses empati sebagai
berikut, antara lain ;
a. Sosialisasi.
Dengan adanya sosilalisasi memungkinkan seseorang dapat mengalami sejumlah
emosi, mengarahkan seseorang untuk melihat keadaan orang lain dan berpikir
tentang orang lain.
b. Perkembangan
kognitif. Empati dapt berkembang seiring dengan berkembangan kognitif yang bisa
dikatajan kematangan kognitif, sehingga dapat melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain (berbeda).
c. Mood
and feeling . situasi perasaan ketika berinteraksi dengan lingkungannya akan
mempengaruhi cara seseorang dalam memberikan respon terhadap perasaan dan
perilaku orang lain.
d. Situasi
dan tempat. Situasi dan tempat tertentu dapt memberikan pengaruh terhadap
proses.
e. Empati
seseorang . pada situasi tertertu seseorang dapat berempati lebih baik di
banding situasi lain.
f. Komunikasi.
Pengungkapan empati di pengaruhi oleh komunikasi (bahasa) yang digunakan seseorang. Perbedaan
bahasa dan ketidak pahaman tentang komunikasi yang terjadi akan mnjadi hambatan
pada proses empati.
3.
Teknik-teknik
mengasah empati
Ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan agar kemampuan empati kita terbentuk, antara lain:
1) Rekam
semua emosi pribadi. Cara mencatat atau merekamnya dapat berupa tulisan di buku
harian atau sekedar mengingat-ingat dalam alam sadar kita. Untuk menyempunakan
langkah di atas ,ada baiknya memperhatikan cara spesifik, sebagai berikut :
a. Membangkitkan
kesadaran dan perbendaharaan ungkapan emosi.
b. Meningkatkan
kepekaan terhadap perasaan orang lain.
c. Membantu
memahami perspektif orang lain dari sudut pandangnya sendiri (Borba , Michele,
2008:25)
4
2) Perhatikan
lingkungan luar (orang lain)
Memperhatikan lingkungan luar atau
orang lain akanmemberikan banyak informasi tentang kondisi orang di sekitar
kita. Memperhatikan orang di sekitar kita merupakan keterampilan tersendiri
yang tidah semua orang menyukainya . memperhatikan tidak sekedar melihat orang
per orang tetapi jga mencoba menghilangkan perasaan-perasaan subyektif kita
saat memperhatikan, sehingga akan muncul keinginan untuk mendalmi perasaan
orang yang kita lihat tersebut.
3) Dengarkan
curhat orang lain
Mendengarkan adalah
kemampuanpenting yang sering dibutuhkan untuk memahami masalah atau mendapatkan
pemahaman yang lebih jelas terhadap permasalahan yang sedang kita hadapi.
Syarat yang dibutuhkan untuk dapt mendengarkan adalah menghilangkan atau
meminimalkan perasaan negatif atau prasangka terhadap obyek yang menjadi
sasaran dengar. Di samping itu juga
perlu adanya kemauan untuk membuka diri kita untuk orang lain.
Bayangkan apa yang sedang dirasakan
orang lain dan akibatnya untuk diri kita sendiri. Refleksi keadaan orang lain
dapat membuat kita mersakan apa yang sedang dialami orang tersebut dan mampu
membangkitkan suasana emosional.
4) Lakukan
bantuan secepatnya
Memberikan bantuan atau pertolongan
kepada orang-orang yang membutuhkan dapat membangkitkan kemampuan empati. Respon
yang cepat terhadap situasi di lingkungan sekitar yang membutuhkan bantuan akan
melatih kemampuan kita untukberempati. Pertolongan yang kita berikan akan
menstimulus keadaaan emosi kita untuk melihatlebih jauh perasaan orang yang
kita beri pertolongan dan semakin sering kita memberikan respon dengan cepat
akan semakin mudah kita mengembangkan kemampuan empati kepada oranglain
4.
Manfaat
–manfaat Empati
Ada beberapa manfaat yang dapat kita
temukan dalam kehidupan pribadi dan sosial manaakala kita mempunyai kita
mempunyai kemampuan berempati, diantaranya :
5
1) Menghilangkan
sikap egois
Ketika kita dapat merasakan apa
yang sedang dialami orang lain,memasuki pola pikir orang lain dan memehami
perilaku orang tersebut. Maka kita tidak akan berbicara dan berperilaku hanya
untuk kepentingan diri kita tetapi kita akan berusaha berbicara, berpikir dan
berperilaku yang dapat diterima juga oleh orang lain srta mudah memberikan
pertolongan kepada orang lain.
2) Menghilangkan
kesombongan
Salah satu cara mengembangkan empati
dalah membayangkan apa yang sedang di rasakan orang lain jika itu terjadi pula
pada diri kita. Kita tidak akan merendahkan orang lain karena kita telah
mengetahui perasaandan memahami apa yang sebenarnya terjadi, sehingga orang
yang mempunyai kemampuan berempati akan
cenderung memilikijiwa rendah hati. Dan senan tiasa memahami kehidupan lebih
baik.
3) Mengembangkan
kemampuan evaluasi dan kontrol diri
Pada dasarnya empati adalah salah
satu usaha kitauntukmelakukan evaluasi diri sekaligus mengembangkan kontrol
diri. Kemampuan melihat diri orang lain merupakn bagian dari bagaimana kita
akan merefleksikan keadaan tersebut
dalamdiri kita.
5.
Memiliki
Karateristik kemampuan Empati
Akan bisa dikatakan memiliki
karateristik kemampuan empati, jika mengikuti beberapa syarat berikut :
a. Mellibatkan
proses pikir secara utuh, dengan segala macam risiko perbedaan.
b. Pendapat,
rasa, bahkan kemungkinn konflik. Memalui pengolahan terus-menerus.
c. Indivu
bisa mengenal ‘status’ perasaannya, lalu
kuat berempati dan kemudian memanfaatkan emosinya dalam kehidupan kerja (Eileen
Rachman & Sylvina Safitri,2009)
6
Karakter
empati muncul dalm tindakan-tindakan
seperti dinyatakan goleman
(1997), yaitu :
a. Mampu
menerima sudut pandang orang lain
b. Memiliki
kepekaan terhadap perasaan orang lain
c. Mampu
mendengarkan orang lain
B.
Perilaku
Prososial
1.
Pengertian
Perilaku Prososial
Perilaku prososial dapat dimengerti
sebagai perilaku yang menguntungkan penerima bantuan tetapi tidak memimilki
keuntungan yang jelas bagi pemberi bantuan. William membatasi perilaku prososial
lebih rinci sebagai prilaku yang memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik
(material), psikologis dan sosial penerimaan bantuan dari kurang baik menjadi lebih
baik. Perilaku prososial
mempunyai maksud untuk menyokong
kesejahteraan orang lain dengan cara menolong, menyelamatkan, berkorban,
bekerjasama maupun persahabatan. Ada 3 ciri seseorang dikatakan
Menunjukan sikap prososial, yaitu :
a. Tindakan
tersebut berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak pemberi.
b. Tindakan
tersebut di lahirkan secara suka rela
c. Tindakan
tersebut melahirkan kebaikan
2.
Cara
meningkatkan Perilaku Prososial
a. Menyebarluaskan
penayangan model perilaku prososial.
b. Memberikan
penekanan terhadap norma-norma prososial.
3.
Memberikan
Pemahaman tentang superordinate identity
Pandangan bahwa setiap orang merupakan
bagian dari kelompok manusia secara keseluruhan adalah hal penting yang perlu
dilakukan.
7
Manakala seseorang merasa menjadi bagian
dari suatu kelompok yang lebih besar, ia akan berusaha tetap berada di kelompok tersebut dan akan melakukan perbuatan
yang menuntun ia dapat diterima oleh anggota kelompok yang lain, salah satu
caranya adalah senantiasa berbuat baik untuk orang lain. Ia akan menghindarkan
diri dari perbuatan
yang tidak disenangi oleh kelompoknya, sehingga kondisi ini akan memberikan
dorongan untuk senantiasa berbuat baik.
C. AFILIASI
: SUMBER KETERTARIKAN
1. Pengertian
perilaku Alfiliasi
Menurut para tokoh:
1.
Menurut
Darley
Sejak lahir manusia sudah
bergantung pada kehadiran orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologisnya dan
ketergantungan tersebut bertahan cukup lama. Sebagian besar waktunya untuk
melakukan aktivitas aktivitas lain.
2.
Menurut
Baron
Kecenderungan manusia
untuk memenuhi keinginan berkelompok bersama orang lain agar mendapat
kebahagiaan, hiburan dan ketenangan.
3.
Menurut
Eysenck dan Arnold
Perilaku alfilasi
merupakan perilaku yang mengacu pada suatu keadaan bahwa individu harus berada
bersama- sama dengan individu lainnya dan merupakan bentuk kontak- kntak sosial
yang didorong oleh tidak adanya kepastian mengenai reaksi emosional, opini dan
ketrampilan.
4.
Murray
(dalam Lindzey)
Perilaku mendekatkan
diri, bekerjasama atau membalas ajakan orang lain yang bersekutu (orang lain
yang menyukai subyek), membuat senang, mencari afeksi dari obyek yang disukai
dan tetap setia dan patuh kepada seorang kawan.
5.
Mc
Clelland (dalam tokoh As’ad)
Bahwa alfiliasi adalah
perilaku dimana individu selalu berusaha mempertahankan hubungan dalam bergaul
dengan orang lain secara baik dan hangat dengan tujuan agar individu merasa
bahagia karena dapat diterima dalam kelompok sosial.
Dari pengertian-
pengertian tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku afiliasi merupakan
perilaku mendekatkan diri orang lain dan setia terhadap orang lain (teman atau
sahabat), saling menyayangi dan ramah dengan harapan supaya diterima oleh
lingkungan.
8
2. Dinamika
Perilaku Afiliasi
Faktor- faktor perilaku
berafiliasi:
1.
Teori
Pertukaran Sosial
Menyatakan bahwa
berafiliasi merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, individu
mempunyai tujuan yang hanya bisa dicapai dengan jalan berafiliasi dengan orang
lain. Sebagia contoh, seorang pecandu tenis membutuhkan paling tidak satu orang
untuk diajak bermain tenis atau mungkin memenuhi tujuannya. Teori penguatan,
menyatakan bahwa orang lain merupakan ganjaran bagi diri mereka menurut
pandangan teori ini, kebutuhan akan persetujuan dan perkembangan identitas
hanya dapat dipenuhi dengan kehadiran orang lain.
2.
Teori
Perbandingan Sosial
Menyatakan bahwa nilai
implisit dari berafiliasi adalah proses yang menawarkan sarana evaluasi diri.
Dengan membandingkan diri dengan orang lain, individu dapat menilai ketrampilan
dan keyakinan dirinya. Beberapa sifat dapat dinilai dengan mengacu pada orang
lain. Dijelaskan pula bahwa indiviu membutuhkan standar penilaian objektif atau
fisik untuk mengevluasi keyakinan dan kemampuan melalui perbandingan dengan
realitas sosial.
3.
Mc
Clelland ( dalam Sears dkk)
Menegaskan tingkah laku
individu yang di dorong oleh perilaku untuk bersahabat yang tinggi akan nampak
sebagai berikut:
a.
Kecenderungan
untuk selalu dekat dan bersahabat denagn orang lain. Manusia ingin selalu hidup
bersama- sama orang lain tanpa adanya pertimbangan baik atau buruk dan benar
atau salah. Sebagian besar waktu manusia dihabiskan dengan orang lain, orang
tua, teman sebaya, tetangga dan sebagainya.
b.
Keinginan
untuk menjalin kasih sayang dan cinta. Seseorang akan dapat mengalihkan
pikirannya dari permasalahan yang dihadapinya dengan brafiliasi. Sebab dengan
berafiliasi, orang akan mendapatkan kasih sayang dan dapat menjalin
persahabatan yang memberikan rasa aman dan tenang, rasa memiliki pada kelompok
dari kebersamaan dengan orang yang dicintainya.
c.
Berkemauan
baik. Keberadaan berafiliasi berkaitan dengan proses belajar dan mengikuti
aturan umum yang menentukan proses belajar setip perilaku.
9
d.
Menunjukkan
sikap sosial dan ramah. Menekankan pada kelangsungan hidup manusia. Manusia
tidak dapat hidup seorang diri tanpa orang lain. Seperti bayi, manusia adalah ciptaan
lemah yang membutuhkan perawatan, perlindungan, pemberian makan dan kehangatan.
4.
Keinginan
untuk bekerjasama dengan kelompok dan setia kepada teman. Manusia memiliki
suatu kebutuhan lain yang sangat penting yang diperlukan demi kelangsungan
hidup pribadinya.
Menurut Gilmer menyatakan adanya faktor lain, yaitu:
a.
Individu
cenderung berafiliasi pada orang lain yang dianggap sama dengan dirinya.
b.
Individu
cenderung berafiliasi bila hal tersebut dapat menaikkan gengsinya.
c.
Pengungkapan
cinta pada orang lain.
d.
Simpati
dan empati
e.
Individu
menentukan tingkat popularitas mereka sendiri
f.
Kehadiran
teman dapat mengurangi stres.
g.
Ketakutan
untuk sendirian.
h.
Kecenderungan
berafiliasi tidak lepas dari pengaruh kebudayaan dan nilai yang berlaku.
3. Penentu
Ketertarikan Antar Pribadi
a.
Efek
kedekatan
Ketertarikan tidak hanya
terjadi melalui kedekatan fisik saja tetapi juga kedekatan melalui suatu media
walau dengan jarak jauh misalnya saja melalui komputer. Hal ini terjadi karena
perjumpaan melalui internet mengembangkan ketertarikan melaui kualitas
percakapan sedangkan orang yang berkenalan secara langsung dengan tatap muka
ketertarikan lebih bergantung pada daya fisik.
b.
Kesamaan.
Ketertarikan
interpersonal juga akan muncul akibat adanya kesamaan baik kesamaan opini dan
kepribadian, kesamaan gaya interpersonal, kesamaan minat dan pengalaman dan
lainnya.
c.
Kesukaan
timbal balik.
Setiap orang tentu saja
senang jika disukai orang lain. Hal ini cukup menimbulkan ketertarikan tanpa
harus ada kesamaan. Biasanya hal ini terjadi adanya self- fulfilling prophecy yakni cara kita memperlakukan seseorang
mempengaruhi bagaimana orang tersebut berperilaku dan mempersepsikan diri.
10
4. Ketertarikan
Fisik dan Kesukaan.
Dari sebuah penelitian bahwa
perempuan yang ciri- ciri fisiknya menarik dan dianggap memiliki wajah yang
cantik digambarkan dengan mata besar, hidung mungil, dagu kecil, tulang pipi
menonjol, pipi sempit, alis tinggi, pupil mata besar dan senyum lebar.
Sedangkan laki- laki dapat disebutkan memiliki wajah yang tampan jika mata lebar,
tulang pipi menonjol, dagu besar dan senyum lebar.
Teori- teori tentang
ketertarikan antar pribai yaitu:
1. Social
Exchange Theory.
Social
Exchange Theory menyatakan
bahwa perasaan orang tentang suatu hubungan tergantung pada persepsinya
mengenai hal positif(rewards) an
ongkos (cost) hubungan. Konsep dari
teori ini adalah rewards (aspek
positif yang didapatkan dari hubungan), cost
( sisi lain dari rewards), outcomes
(perolehan) dan comparison level
(standar pembanding).
2.
Equity Theory.
Teori ini menyatakan
bahwa orang akan bahagia dengan hubungan yang dijalaninya bila rewards dan cost
dan kontribusi dari kedua belah pihak seimbang. Jadi, dalam teori ini lebih
mengutamakan keseimbangan rewards dan cost dan kontribusi dari kedua belah pihak
seimbang.
D. TAHAP
PERKEMBANGAN HUBUNGAN
a. Tahap kontak.
Dua individu mulai berkenalan. Saat pertemuan
pertama terdapat beberapa informasi atau kesadaran akan kontak (perceptual contact). Dari sini diketahui
gambaran fisik seperti jenis kelamin, usia rata- rata, berat dan lain- lain.
Padaa tahap kontak, penampilan fisik sangat penting karena lebih siap dilihat.
b.
Tahap
keterlibatan.
Pada tahap ini muncul rasa saling ketergantungan,
ingin melanjutkan hubungan dan berusaha mempelajari orang lain.
c.
Tahap
Keintiman.
Pada tahap ini seseorang brkomitmen berhubungan
lebih dalam denagn orang lain, mengukuhkan hubungan agar ia menjadi teman
terdekat, kekasih atau pasangan. Tahap keintiman terbagi menjadi dalam dua
fase, pertama komitmen antarpribadi dimana dua orang saling sepakat dalam suatu
cara khusus, dan kedua ikatan sosial dimana komitmen ditunjukkan kepada publik.
11
d.
Tahap
Penurunan.
Ditandai dengan munculnya ketidakpuasan intra
pribadi seseorang mulai mengalami ketidakpuasan interaksi sehari- hari dan
memandang masa depan bersama pasangan dengan negatif dan penurunan antarpribadi
seseorang mundur dan terus menjauh.
e.
Tahap
Perbaikan.
Ada dua fase perbaikan, yang pertama perbaikan intra
pribadi. Yaitu seseorng menganalisa kesalahan dan mempertimbangkan cara
memecahkan kesulitan hubungan. Dan yang kedua perbaikan antarpribadi, fase ini
adalah saat membicarakan keputusan memperbaiki hubungan dengan pasangan,
mencakup negoisasi kesepakatan dan perilaku baru.
E. PERSAHABATAN
Ciri- ciri persahabatan
atau elemen pokok yang terdapat dalam persahabatan :
1.
Mereka
menghargai satu sama lain.
2.
Persahabatan
sebagai suatu hubungan antar pribadi lebeih menekankan pada kualitas yang
objektif satu sama lain.
3.
Saling
bertukar barang- barang tanpa melihat nilai ekonomi.
4.
Mereka
saling bersahabat karena keunikan.
Ada tiga jenis
persahabatan, yakni:
1.
Persahabatan
atas dasar agama.
Berarti ruang lingkup sahabat yang terdiri dari
orang- orang yang mempunyai satu agama yang sama.
2.
Persahabatan
atas dasar satu iman.
Ruang lingkup persahabtannya terdiri dari orang-
orang yang mempunyai iman.
3.
Persahabatan
atas dasar kemanusiaan.
Persahabatan ini menonjolkan sisi kemanusiaan,
manusiawi dan komunis.
F. CINTA KASIH
Cinta kasih pada perasaan pada
ungkapan perasaan yang di dukung oleh unsur karsa, yang dapat berupa tingkah
laku dan pertimbangan dengan akal yang menimbulkan tanggug jawab. Dalam cinta
kasih tersimpul suatu rasa kasih sayang, kemesraan, belas kasihan, dan
pengabdian.
12
Macam bentuk cinta:
1.
Passionate love
Perasaan yang diiringi keinginan untuk senantiasa
bersama dan bersatu dengan orang yang dikasihi.
2.
Companionate love
Kasih
sayang yang dirasakan terhadap pasangan yang tinggal bersama karena adanya rasa
saling menyayangi yang begitu dalam.
Ciri umum cinta:
1.
Pengertian.
Saling pengertian ini, kadang- kadang menuntut
sebuah pengorbanan dan mengerti dalam hal- hal yang disenangi maupun yang tidak
di senangi pasangannya.
2.
Kepercayaan.
Untuk dapat dipercaya orang harus menunjukkan
kepercayaan dalam bentuk kata- kata maupun perbuatan.
3.
Kerjasama.
Suatu hasil akan lebih baik bila saling kerjasama di
bandingkan bekerja sendiri.
4.
Pernyataan
kasih sayang.
Dapat
ditunjukkan melalui kata- kata dan melalui perbuatan.
Unsur yang membangun:
1.
Intimasi.
Didefinisikan rasa kedekatan dan memiliki suatu
hubungan istimewa atau nyambung.
2.
Komitmen.
Komitmen yaitu suatu ikatan. Berkomitmen itu sendiri
dalam satu hubungan memutuskan untuk tetap bersama jangka panjang dan berbagai
rencana.
3.
Hasrat
(passion).
Suatu
perasaan yang (sebagian besarnya) mengarah ke romance, ketertarikan fisik, dan
berbagai keinginan seksual.
Definisi
macam cinta:
1.
Bukan
cinta : non love.
Tidak ada hubungan , lebih jelasnya tidak ada rasa
cinta.
13
2.
Persahabatan/
suka: Friendship/ Liking.
Bukan asal sahabat ataupun asal suka. Bila
persahabatan ini tumbuh hasrat atau komitmen, maka persahabatan ini bisa
berubah ke bentuk cinta.
3.
Cinta
hampa: Empty love.
Dapat diartikan sebagai cinta yang hampa/
kosong masih bisa di isi hingga berubah
ke cinta tingkat lain.
Cinta hampa juga menandakan awal, bukan akhir.
a.
Infatuasi:
Infatuated love.
Cinta hanya unsur hasrat saja, tidak ada intimasi,
sehingga perasaan yang ada untuk menjalin cinta tanpa mencari emotional
support.
b.
Asmara
: Romantic love.
Cinta ini memiliki dua komponen intimasi dan harat.
Cinta tipe ini pun sepertinya dapat di asosiasikan dengan feeling.
c.
Pendampingan:
companionate love.
Cinta jenis ini lebih kuat dari sekedar
persahabatan, karena ada komitmen yang mempertahankannya secara jangka panjang.
d.
Cinta
gegabah, fatuous love.
Cinta ini perginya sama cepat dengan datangnya,
krena tidak dalam tahapan jatuh cinta dengan orang. Komitmen datang dengan
terburu- buru sebagai akibat hasrat yang kuat untuk menjalin cinta, tanpa
intimasi yang butuh waktu untuk dikembangkan.
e.
Cinta
sempurna: consummate love.
Tidak
hanya dengan tiga komponen cinta yang menyebabkan cinta itu menjadi sempurna.
Tetapi juga melengkapi kedua orang yang memilikinya. Itulah cinta sempurna yang
didambakan orang, dimana pasangan yang bersangkutan berada dalam suatu
komitmen, di tambah dengan intimasi engan satu sama lain, dan tetap memiliki
ketertarikan fisik/ seksual.
Menurut Erich Fromm dalam
bukunyaseni mencintai :
1.
Cinta
persaudaraan.
Cinta persaudaraan tidak mengenal batas yang
berdasarkan suku bangsa atau agama.
2.
Cinta
keibuan.
Mempunyai rasa tanggung jawab terhadap anak yang
telah di milikinya.
14
3.
Cinta
erotis.
Cinta ini berasal dari ras birahinya. Jika cinta ini
di letakkan pada tempatnya justru akan sangat membahagiakan.
4.
Cinta
diri sendiri.
Cinta kepada diri sendiri adalah mengurus dirinya
sendiri sehingga kebutuhan rohani terpenuhi secara wajar.
5.
Cinta
terhadap Allah.
Cinta
ini sebagai tanda rasa penghormatan kepada sang pencipta dengan selalu berbuat
baik dan tidak henti- hentinya mengucap kalimat pujian.
Kedekatan
dalam menjalin hubungan, usahanya yaitu:
1.
Attachmen.
Yaitu adanya rasa kasih sayang yang di ungkapkan di
antara keduanya.
2.
Equity.
Sesuatu dari hasil hubungan itu adalah sesuatu yang
diharapkan atau sesuatu yang diperoleh sesuai dengan pengorbanan yang kita
berikan.
3.
Self-
disclosur.
Sikap saling terbuka sedalam- dalamnya ataupun sikap
saling jujur.
G.
STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Untuk
melaksanakan serangkaian aktifitas perubahan dan perbaikan di dalam masyarakat
yang mengalami masalah sosial perlu dipahami berbagai hal yang berkaitan dengan
seluk beluk permasalahannya. Dalam hal ini upaya pembangunan masyarakat akan
lebih dititik beratkan pada peningkatan kualitas manusiannya sehingga akan
dapat berfungsi lebih efektif dalam upaya peningkatan taraf hidupnya. Dari
dasar itulah teramat penting tentang adanya peran konselor dalam suatu
lembaga termasuk juga
lembaga sosial masyarakat. Yang termasuk jenis pertama adalah masalah
sosial yang berkaitan dengan perilaku
orang perorang sebagai anggota masyarakat seperti tindak kriminal, prostitusi,
kenakalan serta berbagai bentuk penyalahgunaan dan kecanduan obat, seperti
narkotika, alcohol beserta implikasinya seperti mabuk, teller dan kecanduan.
Sedangkan yang jenis kedua dapat berupa disintegrasisosial, masalah
kependudukan dan kurang berfungsinya berbagai bentuk aturan sosial.
15
Seorang konselor harus memahami berbagai aspek
dalam usaha mengarahkan penyelesaian masalah sosial. Ada beberapa strategi yang
bias digunakan konselor dalam usaha membantu penyelesaian dalam bimbingan dan konseling sosial,
diantaranya adalah :
1.
Konseling Individual
Konseling individual adalah proses pemberian bantuan
melalui hubungan khusus secara pribadi
dalam wawancara antara konselor dan konseli (klien).
Terbagi atas tiga tahapan
yaitu :
a.Tahap Awal Konseling
Tahap awal ini terjadi sejak
klien bertemu dengan konselor, adapun yang dilakukan oleh konselor dalam tahap
awal ini adalah :
1.
Membangun
hubungan konseling dengan melibatkan klien yang mengalami masalah
2.
Memperjelas
dan mengidentifikasi masalah
3.
Membuat
penjajakan alternatif
4.
Bantuan
untuk mengatasi masalah
5.
Menegosiasikan
kontrak
b.
Tahap
Pertengahan
Kegiatan selanjutnya memfokuskan pada :
·
Penjelajahan
masalah yang dialami klien
·
Bantuan
apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang dijelajahi
tentang masalah klien.
Adapun tujuan
pada tahapan ini adalah :
1)
Menjelajahi
dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian klien dan lingkungannya dalam
mengatasi masalah tersebut.
2)
Menjaga
agar konseling selalu terpelihara.
3)
Proses
konseling agar sesuai dengan kontrak.
c.
Tahap
Akhir Konseling
Pada tahap ini , konseling ditandai oleh beberapahal
berikut :
1)
Menurunnya
kecemasan klien
2)
Adanya
perubahan perilaku kearah yang lebih positif , sehat dan dinamik
16
3)
Adanya
tujuan hidup yang jelas dimasa yang akan datang dengan program yang jelas pula.
4)
Terjadinnya
perubahan sikap yang positif terhadap
masalah yang dialaminya, dapat mengkoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka
menyalahkan dunia luar.
5)
Tujuan
akhir pada tahapan ini memutuskan perubahan sikap dan prilaku yang tidak
bermasalah.
2.
Konseling Kelompok
Konseling
kelompok adalah suatu upaya pemberian bantuan kepada konseli dalam su
asana kelompok yang
bersifat penyembuhan dan pencegahan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam
rangka perkembangan dan pertumbuhan.
a.
Langkah
Awal
1)
Langkah
ini dimulai dengan menjelaskan tentang
adanya layanan bimbingan kelompok bagi para konseli, pengertian, tujuan
dan kegunaan konseling kelompok
2)
Perencanaan
kegiatan
3)
Perencanaan
kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan:
·
Materi layanan
·
Tujuan
yang ingin dicapai
·
Sarana
kegiatan
·
Bahan
atau sumber bahan untuk bimbingan kelompok
·
Rencana
penilaian
·
Waktu
dan tempat
·
Pelaksanaan kegiatan
4)
Kegiatan
yang telah direncanakan itu selanjutnya dilaksanakan melalui kegiatan sebagai
berikut :
·
Persiapan
menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan perlengkapannya )
·
Persiapan
bahan
·
Persiapan
keterampilan
·
Persiapan
administrasi
b.
Tahap
Pertengahan
selanjutnya
memfokuskan pada :
·
Penjelajahan
masalah yang dialami klien secara berkelompok
·
Bantuan
apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang di jelajahi
tentang masalah klien serta hasil dari dinamika kelompok.
Adapun
tujuan pada tahapan ini adalah :
1)
Menjelajahi
dan mengekplorasi masalah serta kepedulian seluruh klien dan lingkungannya
dalam mengatasi masalah tersebut.
2)
Menjaga
agar konseling selalu terpelihara.
3)
Proses
konseling agar sesuai dengan rencana.
c.
Tahap
Akhir Konseling
Konseling
ditandai oleh beberapa hal berikut :
·
Menurunnya
kecemasan klien
·
Adanya
perubahan pemahaman, perubahan perilaku kearah yang lebih positif, sehat dan
dinamik.
·
Adanya
tujuan hidup yang jelas dimasa yang akan datang dengan program yang jelas pula.
·
Terjadinya
perubahan sikap yang positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi
diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar.
·
Tujuan
akhir pada tahapan ini memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak
bermasalah.
d.
Penutup
Evaluasi kegiatan .
penilaian kepada konseling kelompok berorientasi pada perkembangan yaitu
mengenali kemajuan atau perkembangan.
3.
Bimbingan
Konseling
Bimbingan konseling
dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya
masalah atau kesulitan pada diri konseli (klien).
18
Adapun langkah-langkahnya
adalah :
a.
Langkah
Awal
Langkah awal dimulai dengan menjelaskan tentang
adanya layanan bimbingan konseling bagi konseli, pengertian, tujuan dan
kegunaan bimbingan.
1)
Perencanaan
kegiatan meliputi :
·
Materi
layanan
·
Tujuan
yang ingin dicapai
·
Sarana
kegiatan
·
Bahan
atau sumber bahan untuk bimbingan konseling
·
Rencana
penilaian
·
Waktu
dan tempat
·
Pelaksanaan
kegiatan
2)
Kegiatan
yang telah direncanakan itu selanjutnya dilaksanakan melalui kegiatan sebagai
berikut :
·
Persiapan
menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengkapannya)
·
Persiapan
bahan
·
Persiapan
administrasi
3)
Pelaksanaan
seluruh kegiatan
4)
Penutup
5)
Evaluasi
kegiatan
6)
Penilaian
kepada bimbingan konseling berorintasi pada perkembangan yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan
positif yang terjadi pada konseli.
4.
Bimbingan
konseling kelompok (Group Guidance Counseling)
Teknik ini dipergunakan dalam
membantu pemberian informasi kepada sekelompok konseli agar mampu mengenali
dirinya dan potensinya.
Teknik ini membawa
keuntungan pada konseli , diantaranya ;
·
Menghemat
waktu dan tenaga
·
Menciptakan
kesempatan bagi semua klien untuk berinteraksi dengan konselor
·
Menyadarkan
klien bahwa kenyataan yang sama juga dihadapi oleh teman-temannya atau
kelompoknya.
19
Beberapa bentuk khusus
teknik bimbingan dan konseling kelompok :
a.
Home
room program
Yaitu suatu program
kagiatan yang dilakukan dengan tujuan agar konselor dapat mengenal konseli
lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien.
b.
Karyawisata
(field trip)
Selain berfungsi sebagai
kegiatan rekreasi atau metode belajar, dapat pula berfungsi sebagai salah
satuteknik dalam bimbingan konseling kelompok.
c.
Diskusi
Kelompok
Diskusi kelompok
merupakan suatu cara dimana konseli akan mendapat kesempatan untuk membahas
masalah bersama-sama.
Masalah yang mungkin dapat
didiskusikan antara lain :
1)pembagian kerja dalam
suatu kegiatan kelompok
2)perencanaan suatu
kegiatan
3)masalah sosial dll
d. Kegiatan kelompok
kegiatan kelompok
merupakan teknik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok memberikan
kesempatan kepada konseli untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya.
e. Keorganisasian
keorganisasian baik dalam
lingkungan pendidikan maupun dilingkungan masyarakat.
f.Sosiodrama
sosiodrama
dipergunakan sebagai suatu teknik didalam menyampaikan informasi maupun memecahkan
masalah-masalah sosial dengan melalui kegiatan bermain peranan.
H.
TEKNIK – TEKNIK BIMBINGAN DAN KONSELING
1)
Teknik
Direktif
Konseling direktif yang
karena proses dan dinamika pengentasan masalahnya mirip “penyembuhan penyakit” , pernah juga disebut
“konseling klinis” (clinical counseling). Pendekatan ini dipelopori oleh E.G.
Williamson dan J.G.Darley yang berasumsi
dasar bahwa klien tidak mampu mengatasi
sendiri masalah yang dihadapinya.
20
2)
Teknik
Non-Direktif
Konseling non direktif sering
juga disebut “clien contered terapi
“ pendekatan ini diperoleh dari Carl Rogers dari Universitas Wisconsin di
Amerika Serikat. Konseling non direktif merupakan upaya bantuan pemecahan
masalah yang berpusat pada klien.
3)
Teknik
Behaviorisme
Manusia merupakan makhluk
reaktif yang tingkah lakunnya dikontrol atau dipengaruhi oleh faktor-faktor
dari luar.
Tingkah laku dipelajari
ketika individu beriteraksi dengan lingkungan, melalui hokum-hukum belajar :
1)pembiasaan klasik
2)pembiasaan operan
3)peniruan
Memahami kepribadian
manusia, mempelajari dan memahami bagaimana terbentuknya suatu tingkah laku.
Karakteristik konseling behavioral :
a.
Berfokus
pada tingkah laku yang tampak
b.
Cermat
dan operasional dalam merumuskan tujuan konseling
c.
Mengembangkan
prosedur perlakuan spesifik
d.
Penilaian obyektif terhadap tujuan konseling
Asumsi tingkah laku
bermasalah :
a.
Tingkah
laku bermasalah
b.
Tingkah
laku yang salah hakikatnya
c.
Manusia
bermasalah
d.
Tingkah
laku maladaptif
Seluruh tingkah laku
manusia didapat dengan cara belajar dan juga dapat diubah dengan menggunakan
prinsip-prinsip belajar.
Macam-macam teknik
behavioralistik :
1)
Reinforcement
Tenik untuk mendorong
klien kea rah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan
memberikan pujian verbal (reward)
ataupun hukuman (punishment).
2)
Sosial modeling
Teknik untuk membentuk
tingkah laku – tingkah laku baru pada klien.
21
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas tentang
makalah yang berjudul “Empati, Perilaku Prososial, Ketertarikan Antar Pribadi,
Strategi Layanan dan Teknik – Teknik BK Sosial” yang di dalamnya membahas
mengenai Mencangkup apa saja empati, Apa saja yang di bahas dalam perilaku prososial,
Hal – hal apa saja yang berkaitan dengan afiliasi : sumber ketertarikan, Apa saja
tahap perkembangan hubungan, Apa pengertian persahabatan, Apa pengertian cinta
kasih, Apa saja strategi layanan BK, Apa saja teknik – teknik BK. Maka dapat
disimpulkan bahwa empati merupakan merasakan apa yang dirasakan oleh orang
lain. Dengan rasa empati menimbulkan suatu tindakan yang berkaitan dengan
perilaku prososial. Perilaku prososial adalah perilaku yang menguntungkan
penerima bantuan tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pemberi
bantuan. Tujuannya yaitu untuk menambah kesejahteraan orang lain dengan cara
menolong, menyelamatkan, berkorban, kerjasama, maupun persahabatan. Dengan
mengerti dan memahami tentang empati dan perilaku prososial maka guru BK dapat
menerapkan pemahamannya tersebut dan menimbulkan ketertarikan antar peribadi
untuk menciptakan setrategi dan teknik – teknik BK sosial.
B.
Saran
Berdasarkan makalah ini, kami menyampaikan
saran bagi pembaca khususnya calon guru BK harus lebih memahami tentang materi
tersebut agar ketika terjun dalam kerja lebih mudah menghadapi konseli.
0 komentar:
Posting Komentar