DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….1
BAB I : Pendahuluan…………………………………………………………………….2
BAB II : Pembahasan
Perencanaan
Individual…………………………………………………………4
Dukungan
Sistem………………………………………………………………...7
BAB III : Penutup………………………………………………………………………...11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...12
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Bimbingan
merupakan proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno dan Erman Amti, 2004:
99). Sedangkan Konseling adalah hubungan
pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor
melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya,
menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri
sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat
ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk
kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar
bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang
akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
Dari uraian diatas dapat dirumuskan
pengertian Bimbingan dan Konseling ialah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut
konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut
konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta
dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga
individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai
perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang
lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Bimbingan konseling adalah
salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem.
Proses pendidikan adalah proses interaksi antara masukan alat dan masukan
mentah. Masukan mentah adalah peserta didik, sedangkan masukan alat adalah
tujuan pendidikan, kerangka, tujuan dan materi kurikulum, fasilitas dan media
pendidikan, sistem administrasi dan supervisi pendidikan, sistem penyampaian,
tenaga pengajar, sistem evaluasi serta bimbingan konseling.
2
Bantuan konselor
sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke
arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan
khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh
tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.
Dalam
konteks pemberian Layanan Bimbingan dan Konseling, ada 4 macam komponen program
layanan Bimbingan dan Konseling. Namun, dalam makalah ini akan dibahas lebih
lanjut 2 Komponen program Bimbingan dan Konseling yang berpengaruh dalam
layanan.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dapat diambil beberapa rumusan masalah, yaitu:
1) Apa Pengertian dan Tujuan dari Perencanaan Individual?
2) Apa Pengertian dan Tujuan dari Dukungan
Sistem?
3.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1) Sebagai calon konselor diharapkan
memahami layanan yang harus diberikan kepada konseli.
2) Sebagai media pembelajaran dalam
mata kuliah manajemen BK.
4.
Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari makalah
ini adalah:
1) Menambah referensi pengetahuan
khususnya dalam manajemen BK.
2) Bagi
konselor, dapat menyusun program bimbingan yang berlandaskan pada kerangka
acuan layanan dasar bimbingan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Perencanaan Individual
A. Pengertian
Perencanaan individual diartikan
sebagai proses bantuan kepada peserta didik agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan
berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman
akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
Dalam
perencanaan individual, konselor sekolah mengkoordinasikan kegiatan secara
sistemik dan berkelanjutan serta dirancang untuk membantu siswa secara
individual dalam menetapkan tujuan pribadi dan mengembangkan rencana mereka di
masa depan. Konselor sekolah mengkoordinasikan kegiatan bantuan bagi seluruh
rencana siswa, mengawasi dan menangani proses belajar siswa termasuk menemukan
kompetensi dalam area akademis, karir dan perkembangan pribadi-sosialnya. Dalam
komponen ini siswa mengevaluasi tujuan edukasional, okupasional dan tujuan
personal mereka. Konselor sekolah membantu siswa membuat pilihan dari sekolah
ke sekolah, sekolah ke pekerjaan maupun sekolah ke pendidikan tinggi atau karir
setelah mereka lulus dari suatu sekolah.
B. Tujuan
Layanan perencanaan individual
bertujuan untuk membantu siswa agar (1). Memiliki pemahaman tentang diri dan
lingkungannya (2). Mampu merumuskan tujuan, perencanaan atau pengelolaan
terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar
dan karir
(3).
Dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah
dirumuskannya (Syamsu Yusuf, 2010:85)
Tujuan perencanaan individual ini
dapat juga dirumuskan sebagai upaya memfasilitasi konseli untuk merencanakan,
memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial‐pribadi oleh dirinya sendiri. Isi
layanan perencanaan individual adalah hal‐hal
yang menjadi kebutuhan konseli untuk memahami secara khusus tentang
perkembangan dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun perencanaan individual
ditujukan untuk memandu seluruh konseli, pelayanan yang diberikan lebih
bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan
yang ditentukan oleh masing‐masing
konseli.
C. Strategi
Perencanaan
individual bagi siswa diimplementasikan melalui beberapa strategi sebagai
berikut (Uman Suherman : 2009) :
1) Penilaian
individual / kelompok kecil
Konselor sekolah mengadakan analisis
dan evaluasi terhadap kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi siswa. Uji
informasi dan data lainnya sering digunakan sebagai dasar bagi pemberian
bantuan pada siswa dalam mengembangkan rencana jangka pendek dan jangka panjang
mereka.
2) Pemberian
saran pada individual / kelompok kecil
Konselor sekolah member saran pada
siswa dengan menggunakan informasi pribadi / sosial karir dan pasar tenaga
kerja dalam perencanaan tujuan pribadi, edukasional dan okupasional siswa.
D. Fokus
Pengembangan
Fokus
pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek
akademik, karier, dan social-pribadi. Secara rinci, cakupan focus tersebut
antara lain mencakup pengembangan aspek: 1). Akademik. Meliputi memanfaatkan
keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau pendidikan
jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai
belajar sepanjang hayat. 2). Karir. Meliputi mengeksplorasi peluang-peluang
karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk
kebiasaan bekerja yang positif, da 3). Sosial-Pribadi. Meliputi pengembangan
konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan social yang efektif.
E. Contoh
Topik
·
Review skor tes,
interpretasi dan analisis.
·
Promosi dan retensi
informasi.
·
Kesadaran karir.
·
Survei dan interview
dengan siswa senior dan alumni.
·
Seleksi persoalan
tahunan.
·
Bantuan financial.
·
Perangkat pengungkap
minat.
·
Keterampilan social.
·
Strategi penguasaan
tes.
·
Seleksi perguruan
tinggi.
·
Bayangan pekerjaan.
·
Penetapan
rencana bagi siswa senior.
·
Review
terhadap rencana-rencana yang berkaitan dengan tingkah laku.
2.
Dukungan
Sistem
A. Pengertian
Ketiga komponen di atas, merupakan
pemberian layanan bimbingan dan konseling secara langsung kepada peserta didik.
Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen,
tata kerja infra struktur, dan pengembangan kemampuan profesional konselor
secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada
peserta didik atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik
Dukungan
sistem terdiri atas aktivitas manajemen yang membentuk, memelihara dan
meningkatkan efektivitas serta efisiensi bimbingan dan konseling sekolah secara
keseluruhan. Konselor sekolah menggunakan keterampilan kepemimpinan serta
advokasi mereka untuk mempromosikan perubahan yang sistemik dengan cara
berkontribusi dalam aspek-aspek seperti dibawah ini:
1.
Pengembangan profesional: konselor sekolah terlibat
secara rutin dalam memperbaharui dan membagi pengetahuan serta keterampilan
profesional mereka melalui :
a)
Pelatihan in-servis : konselor sekolah menghadiri
pelatihan in-servis sekolah untuk menjamin keterampilan mereka akan
diperbaharui di bidang pengembangan kurikulum, teknologi dan analisis data.
Mereka juga diberikan pengajaran in-servis yang ada dalam kurikulum bimbingan
dan konseling sekolah serta bidang-bidang lainnya yang berkaitan dengan sekolah
dan masyarakat.
b) Keanggotaan asosiasi profesional:
seiring dengan konsep dan orientasi bimbingan dan konseling sekolah yang terus
berubah dan berkembang, konselor sekolah dapat meningkatkan kompetensi
mereka dengan cara mengikuti konferensi dan pertemuan- pertemuan asosiasi
profesional.
c) Pendidikan pasca kelulusan:
sejalan dengan penyelesaian rangkaian pekerjaan di sekolah, konselor sekolah
hendaknya menambah wawasan dan kemampuan dengan mengikuti pendidikan lanjutan
yang berkontribusi terhadap kualitas profesinya.
2. Konsultasi, kolaborasi dan
pembentukan kelompok: melalui konsultasi, pembentukan partner, kolaborasi dan
pembentukan kelompok, konselor sekolah memberikan kontribusi penting bagi
sistem sekolah.
a) Konsultasi: konselor hendaknya
berkonsultasi dengan guru, staf sekolah dan orangtua/wali siswa secara rutin
dengan tujuan untuk memperoleh informasi, memberi dukungan pada komunitas
sekolah dan untuk menerima umpan balik atas kebutuhan siswa.
b) Pembentukan partner dengan staf,
orangtua/wali serta masyarakat terkait: hal ini melibatkan orientasi staf,
orangtua/wali, dunia bisnis dan industri, organisasi sosial serta anggota
masyarakat dalam program konseling sekolah yang komprehensif melalui aktivitas
seperti partnership, media lokal, surat kabar, dan presentasi.
c) Pengembangan jaringan: aktivitas
yang termasuk dalam area ini dirancang untuk membantu konselor agar mendapat
pengetahuan tentang sumber daya dalam masyarakat, agen referral, situs-situs,
kesempatan kerja dan informasi tentang bursa kerja lokal. Hal ini bisa juga
mencakup kunjungan konselor ke lembaga bisnis-bisnis lokal, industri dan agen
atas dasar kebiasaan.
d) Badan penasehat: konselor sekolah
aktif dalam pelayanan di badan-badan penasehat, komite masyarakat dan
sebagainya dengan cara mendukung program-program lain di dalam sekolah dan
masyarakat, maka konselor sekolah akan mendapatkan dukungan bagi program
bimbingan dan konseling sekolah.
B. Strategi
1. Pengembangan
Professional
Konselor
secara terus menerus berusaha untuk “meng-update” pengetahuan dan
keterampilannya melalui (1) in-service training, (2) aktif dalam organisasi
profesi, (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop
(lokakarya), atau (4) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi
(Pascasarjana).
2. Pemberian
Konsultasi dan Berkolaborasi
Konselor
perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf sekolah
lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah (pemerintah, dan swasta) untuk
memperoleh informasi, dan umpan balik tentang layanan bantuan yang telah
diberikannya kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif
bagi perkembangan siswa, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program
bimbingan dan konseling. Dengan kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya
sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang
relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini
seperti dengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3)
organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia),
(4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater,
dokter, dan orang tua siswa, (5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan
Konseling), dan (6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan
pekerjaan).
9
3. Manajemen
Program
Suatu
program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan terselenggara, dan
tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu,
dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Mengenai arti
manajemen itu sendiri Stoner (1981) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: “Management is the process of planning,
organizing, leading and controlling the efforts of organizing members and of
using all other organizational resources to achieve stated organizational
goals”.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan Individual dan Dukungan Sistem merupakan dua
dari empat program layanan bimbingan dan konseling komprehensif. Perencanaan
Individual dan dukungan system merupakan hal yang penting dalam kegiatan Bimbingan dan
Konseling. Namun, pengelolaan layanan
bimbingan dan konseling harus merujuk pada konsep dasar dan fungsi-fungsi
manajemen agar layanan bimbingan dan konseling tertata dan berjalan dengan rapi
demi mencapai suatu tujuan yaitu mengoptimalkan peserta didik agar dapat
mengarahkan, mengatur, serta mengerti akan dirinya sendiri juga dapat mengambil
keputusan secara mandiri namun terarah dan tepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Yusuf, Syamsu dan Juntika N. (2005).
Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
0 komentar:
Posting Komentar