Rabu, 04 September 2013

STUDI KASUS

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….1
BAB 1: Pendahuluan……………………………………………………………………2
BAB 2: Pembahasan
Pengertian Studi Kasus…………………………………………………………………3
Tujuan Studi Kasus……………………………………………………………………...3
Sasaran Studi Kasus…………………………………………………………………….3
Ciri-Ciri Studi Kasus……………………………………………………………………..4
Data yang Dikumpulkan Dalam Studi Kasus………………………………………...5
Langkah-Langkah Studi Kasus………………………………………………………...5
Bagian-Bagian Studi Kasus…………………………………………………………….7
BAB III: Penutup………………………………………………………………………….9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..10
BAB I
PENDAHULUAN

1.   Latar Belakang
            Pemahaman individu merupakan merupakan suatu cara untuk memahami, menilai, menaksir karakteristik potensi dan atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu. Pemahaman individu dapat berupa teknik tes maupun teknik non tes. Hakekat BK sendiri adalah mencapai kemandirian peserta didik. Strategi yang digunakan harusnya sesuai dengan keadaan individu yang dimaksud (karakteristik dan permasalah oleh klien). Data yang didapat digunakan untuk dasar pemberian layanan, sehingga hasil yang dicapai adalah perubahan tingkah laku konseli.
            Untuk mengetahui kondisi dan keadaan klien banyak metode dan pendekatan yang dapat digunakan, salah satu metode yang dapat digunakan yaitu Studi Kasus (Case Study). Dalam perkembangannya, oleh karena kompleksitas permasalahan yang dihadapi klien dan semakin majunya perkembangan tehnik-tehnik pendukung seperti analisis, tehnik identifikasi masalah, interpretasi, dan sebagainya, metode studi kasus juga terus diperbarui.


2.   Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.    Sebagai dasar untuk menentukan jenis bantuan yang diberikan.
2.    Untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum pemahaman individu teknik non tes.

3.   Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah:
1.    Diperoleh pemahaman yang mendalam tentang kepribadian dan permasalah klien.
2.    Dapat menjadi bahan acuan dalam mata kuliah praktikum pemahaman individu teknik non tes.


2
BAB II
PEMBAHASAN

1.   Pengertian Studi Kasus
            Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik (I. Djumhur, 1985). Studi kasus adalah suatu meode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik (WS. Winkel, 1995). Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integratif dan komprehensif. Integratif artinya menggunakan berbagai tehnik pendekatan dan bersifat komprehensif.artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap (Dewa Ktut Sukardi, 1983).
            Studi kasus merupakan tehnik yang paling tepat digunakan dalam layanan Bimbingan dan Konseling karena sifatnya yang komprehensif dan menyeluruh. Studi kasus menggunakan hasil dari bermacam-macam tehnik dan alat untuk mengenal siswa sebaik mungkin, merakit dan mengkoordinasikan data yang bermanfaat yang dikumpulkan melalui berbagai alat. Data itu meliputi studi yang hati-hati dan interpretasi data yang berhubungan dan bertalian dengan perkembangan dan problema serta rekomendasi yang tepat.

2.   Tujuan Studi Kasus
            Studi kasus diadakan untuk memahami siswa sebagai individu dalam keunikannya dan dalam keseluruhannya. Kemudian dari pemahaman dari siswa yang mendalam, konselor dapat membantu siswa agar mencapai penyesuaian yang lebih baik. Dengan penyesuaian yang baik pada diri sendiri serta lingkungannya, sehingga siswa dapat menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan dan kebahagiaan dari siswa tersebut.

3.   Sasaran Studi Kasus
            Sasaran studi kasus adalah individu yang menunjukkan gejala atau masalah yang serius, sehingga memerlukan bantuan yang serius pula. Yang biasanya dipilih menjadi sasaran bagi suatu studi kasus adalah murid yang menjadi suatu problem (problem case); jadi seorang murid membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan lebih baik, asal murid itu dalam keadaan sehat rohani/ tidak mengalami gangguan mental.

3
4.   Ciri-Ciri Studi Kasus
Metode studi kasus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)    Mengumpulkan data yang lengkap: studi kasus memerlukan data yang komprehensif dari setiap aspek kehidupan siswa. Data yang lengkap sangat menentukan identifikasi dan analisis masalah. Apabila data tidak lengkap dan terjadi kesalahan dalam identifikasi dan analisis masalah maka kemungkinan besar terjadi salah penanganan (treatment) dan bahkan dapat terjadi malpraktek.
2)    Bersifat rahasia: studi kasus tidak dapat dipisahkan dari BK, maka salah satu kode etik dalam konseling yaitu asas kerahasiaan. Asas kerahasiaan sangat penting untuk menjaga kepercayaan konseli. Disisi lain, sangat mungkin informasi yang diperoleh belum pasti apa adanya, maka sangat berbahaya apabila informasi tersebut tersebar dan timbul salah persepsi kepada individu dari berbagai pihak. Dan hendaknya hanya konselor yang menangani dan pihak-pihak yang dianggap perlu mengetahui keadaan konseli sebenarnya.
3)    Dilakukan secara terus-menerus (kontinyu): studi kasus juga merupakan proses memahami perkembangan siswa, maka perlu dilakukan pemahaman secara terus-menerus sehingga terbentuk gambaran individu yang obyektif dalam berbagai segi kehidupan individu yang berpengaruh pada masalah yang dihadapinya.
4)    Pengumpulan data dilakukan secara ilmiah: studi kasus harus bisa dipertanggung jawabkan secara rasional dan obyektif. Maka pengumpulan data juga harus dilakukan secara ilmiah dengan mengacu pada kaedah-kaedah yang rasional dan dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan validitasnya.
5)    Data yang diperoleh dari berbagai pihak: data yang dikumpulkan dalam studi kasus haruslah relevan dengan masalah yang duhadapi siswa. Pengumpulan data tentang siswa yang bermasalah didapatkan dari berbagai pihak yang berhubungan dengan siswa tersebut. Untuk memilih pihak sumber informasi perlu mengingat hubungan orang tersebut apakah dekat/ mempengaruhi dalam permasalahan siswa, mempunyai informasi yang dapat dipertanggung jawabkan yang bukan berdasarkan gossip, rumor atau kabar burung, mempunyai informasi yang relevan dengan permasalahan individu.
                        Dalam situasi konkrit di Indonesia, tidak mungkin menggunakan semua alat pengumpul data dan semua alat penyimpan data secara serentak, karena dikebanyakan sekolah pelayanan Bimbingan dan Konseling baru mulai dikembangkan, tidak mungkin dan tidak bijaksana untuk memulai menggunakan alat-alat itu sekaligus semua.

4
Maka perlu ditentukan urutan prioritas, yaitu:
1)    Angket, Wawancara informatif, Buku rapor.
2)    Home visit, Testing, Rating skale.
3)    Otobiografi, Sosiometri, Studi kasus.

5.   Data yang Dikumpulkan Dalam Studi Kasus
            Studi kasus merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh pemahaman diri klien yang dijadikan sebagai kasus. Dalam pelaksanaan studi kasus, konselor harus mencari data yang berkaitan dengan diri klien.
Data yang dikumpulkan dalam studi kasus antara lain:
1)    Identitas diri.
2)    Latar belakang keluarga.
3)    Lingkungan hidup (Sosial-Ekonomi).
4)    Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
5)    Riwayat kesehatan.
6)    Testing dalam berbagai bidang.
7)    Riwayat pendidikan sekolah.
8)    Pola kesusilaan dan keyakinan hidup.
9)    Riwayat pelanggaran hidup.
10) Penggunaan waktu luang.
11) Minat dan cita-cita hidup.
12) Pergaulan dengan teman-teman.

6.   Langkah-Langkah Studi kasus
            Pelaksanaan studi kasus oleh konselor harus berdasar pada prosedur atau langkah-langkah yang ada. Secara garis besar langkah-langkah studi kasus sebagai berikut: 
a)    Perencanaan. Dalam perencanaan terdapat langkah-langkah sebagai berikut, yaitu:
1)    Mengenali gejala. Pertama-tama mengamati adanya suatu gejala, gejala itu mungkin ditemukan atau diperoleh dengan beberapa cara:
a.    Guru pembimbing menemui sendiri gejala pada siswa yang memiliki masalah
b.    Guru mata pelajaran memberikan informasi

5
c.    Adanya siswa yang bermasalah kepada guru pembimbing
d.    Wali kelas meminta bantuan guru pembimbing untuk menangani seorang siswa yang bermasalah berdasarkan informasi yang diterimanya dari pihak lain, seperti siswa, para guru, ataupun pihak tata usaha.
2)    Membuat deskripsi kasus. Setelah gejala itu dipahami oleh guru pembimbing, kemudian dibuatkan suatu deskripsi kasusnya secara objektif, sederhana, tetapi cukup jelas.
3)    Setelah deskripsinya dibuat, dipelajari lebih lanjut aspek ataupun bidang-bidang masalah yang mungkin dapat ditemukan dalam deskripsi itu. Kemudian ditentukan jenis masalahnya, apakah menyangkut masalah pribadi, sosial, belajar atau karir.
4)    Jenis masalah yang telah dikelompokkan itu dijabarkan dengan cara mengembnagkan ide-ide atau konsep-konsep menjadi lebih rinci, agar lebih mudah memahami permasalahannya.
5)    Adanya jabaran masalah yang lebih terinci dapat membantu guru pembimbing untuk membuat perkiraan kemungkianan sumber penyebab masalah.
6)    Perkiraan kemungkinaan sumber penyebab membantu mengetahui jenis informasi yang dikumpulkan, sumber informasi yang perlu dikumpulkan, dan teknik atau alat yang digunakan dalam mengumpulkan informasi.
b)    Pengumpulan data. Terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih sering digunakan dalam studi kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Setelah data terkumpul konselor dapat mulai mengorgansasi dan mengklasifikasi data menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola.
c)    Penggunaan dan pengolahan data. Penggunaan dan pengolahan data merupakan usaha pengolahan data untuk merangkum, menggolongkan, dan menghubungkan data yang diperoleh dalam tahap pengumpulan data. Dengan demikian dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri anak, rumusan ini bersifat ringkas dan padat.
d)    Sintesa dan interpretasi data. Setelah mengolah data selanjutnya data studi kasus diinterpretasikan dengan case conference antara petugas yang melakukan studi kasus, dalam case conference terlibat beberapa petugas khusus yang mempelajari setipa kasus dari individu yang bermasalah. Rumusan ini dilakukan melalui pengambilan atau pengambilan kesimpulan yang logis.


e)    Membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan (treatment). Merupakan langkah yang ditempuh untuk menetapkan teknik atau bantuan yang diberikan kepada siswa yang bermasalah serta memprediksi kemungkinan yang akan timbul oleh siswa sehubungan dengan masalah yang sedang dialami. Berdasarkan hasil case conference disusun suatu rekomendasi yang berwujud saran-saran, treatment (perlakuan) yang perlu dilakukan dan selanjutnya secara terus menerus diikuti dan dicatat setiap perubahan atau perkembangan yang terjadi pada siswa yang bersangkutan.
f)     Evaluasi dan tindaklanjut (follow up). Kegiatan ini dilakukan setelah melakukan treatment atau membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan. Untuk tindak lanjut bisa dilakukan oleh pengajar sendiri, guru BK, ataupun dirujuk dan di alihtangankan kepada pihak lain yang lebih berkompeten maupun dari oarang tua siswa itu sendiri.
7.   Bagian-Bagian Studi Kasus
Studi kasus sebagai metode untuk mengadakan persiapan konseling dapat kita lihat adanya bermacam-macam bagian, yaitu:
1)    Data identitas (Data pengenal).
2)    Tanda-tanda atau gejala yang Nampak.
3)    Data-data sekitar klien:
a)    Latar belakang keluarga (family background), antara lain:
·         Lingkungan rumah.
·         Bagaimana hubungan antara anggota keluarga.
·         Disiplin dalam rumah.
·         Status perekonomian keluarga.
·         Bagaimana sikap orang tua terhadap anak, dan sebaliknya.
b)    Latar belakang jasmani dan kesehatan anak, antara lain:
·         Kesehatan anak pada umumnya.
·         Ciri-ciri jasmani.
·         Keadaan alat indera pada umumnya.
·         Keadaan physical defect (jika ada).
c)    Data mengenai segi pendidikannya:
·         Hasil belajar (record) di sekolah.
·         Kemajuan dan kemunduran di sekolah.
·         Kemampuan mengikuti pelajaran, dsb.
d)    Sosial Behavior dan minatnya:
·         Hobinya.
·         Hubungan sosialnya.
·         Kepercayaan pada diri sendiri.

7
·         Inisiatifnya, dsb.
e)    Data psycho test:
·         Perhatiannya.
·         Bakatnya.
·         Achievementnya, dsb

BAB III
PENUTUP

1.   Kesimpulan
            Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. Dalam makalah ini juga diterangkan Tujuan, Sasaran, Ciri-ciri, Data yang dikumpulkan, Langkah-langkah serta Bagian-bagian dalam studi kasus.       Penting bagi calon konselor untuk mempelajari materi studi kasus karena dalam melaksanakan layanan BK, konselor perlu memiliki data-data yang komprehensif dan konkrit untuk membantu klien. Untuk itu konselor harus memahami bagaimana cara memeproleh data-data tersebut. Dengan studi kasus merupakan salah satu metode yang paling tepat dalam layanan Bimbingan dan Konseling.

DAFTAR PUSTAKA


Hasyim, Moch. Yusuf. 2012. Pemahaman Individu. Yogyakarta: Teras

Prayitno, dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Agung Nugroho, Obed. 2008. “Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling” (online),(http://wimamadiun.com/obedan/wp-content/uploads/2008/03/STUDI%20KASUS.pdf, diakses tanggal :7Maret 2011)

0 komentar: