DAFTAR
ISI
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………….1
BAB 1: Pendahuluan……………………………………………………………………2
BAB 2: Pembahasan
Pengertian Studi
Kasus…………………………………………………………………3
Tujuan Studi
Kasus……………………………………………………………………...3
Sasaran Studi
Kasus…………………………………………………………………….3
Ciri-Ciri Studi
Kasus……………………………………………………………………..4
Data yang Dikumpulkan Dalam
Studi Kasus………………………………………...5
Langkah-Langkah Studi
Kasus………………………………………………………...5
Bagian-Bagian Studi
Kasus…………………………………………………………….7
BAB III:
Penutup………………………………………………………………………….9
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………..10
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pemahaman individu merupakan
merupakan suatu cara untuk memahami, menilai, menaksir karakteristik potensi
dan atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok
individu. Pemahaman individu dapat berupa teknik tes maupun teknik non tes.
Hakekat BK sendiri adalah mencapai kemandirian peserta didik. Strategi yang
digunakan harusnya sesuai dengan keadaan individu yang dimaksud (karakteristik
dan permasalah oleh klien). Data yang didapat digunakan untuk dasar pemberian
layanan, sehingga hasil yang dicapai adalah perubahan tingkah laku konseli.
Untuk mengetahui kondisi dan keadaan
klien banyak metode dan pendekatan yang dapat digunakan, salah satu metode yang
dapat digunakan yaitu Studi Kasus (Case Study). Dalam perkembangannya, oleh
karena kompleksitas permasalahan yang dihadapi klien dan semakin majunya
perkembangan tehnik-tehnik pendukung seperti analisis, tehnik identifikasi
masalah, interpretasi, dan sebagainya, metode studi kasus juga terus
diperbarui.
2. Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Sebagai
dasar untuk menentukan jenis bantuan yang diberikan.
2. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah praktikum pemahaman individu teknik non tes.
3. Manfaat
Manfaat
yang dapat diambil dari makalah ini adalah:
1. Diperoleh
pemahaman yang mendalam tentang kepribadian dan permasalah klien.
2. Dapat
menjadi bahan acuan dalam mata kuliah praktikum pemahaman individu teknik non
tes.
2
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Studi Kasus
Studi kasus adalah suatu teknik
mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh
penyesuaian diri yang lebih baik (I. Djumhur, 1985). Studi kasus adalah suatu
meode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid untuk mencapai
penyesuaian diri yang lebih baik (WS. Winkel, 1995). Studi kasus adalah metode
pengumpulan data yang bersifat integratif dan komprehensif. Integratif artinya
menggunakan berbagai tehnik pendekatan dan bersifat komprehensif.artinya data
yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap (Dewa
Ktut Sukardi, 1983).
Studi
kasus merupakan tehnik yang paling tepat digunakan dalam layanan Bimbingan dan
Konseling karena sifatnya yang komprehensif dan menyeluruh. Studi kasus
menggunakan hasil dari bermacam-macam tehnik dan alat untuk mengenal siswa
sebaik mungkin, merakit dan mengkoordinasikan data yang bermanfaat yang
dikumpulkan melalui berbagai alat. Data itu meliputi studi yang hati-hati dan
interpretasi data yang berhubungan dan bertalian dengan perkembangan dan
problema serta rekomendasi yang tepat.
2. Tujuan Studi Kasus
Studi kasus diadakan untuk memahami
siswa sebagai individu dalam keunikannya dan dalam keseluruhannya. Kemudian
dari pemahaman dari siswa yang mendalam, konselor dapat membantu siswa agar
mencapai penyesuaian yang lebih baik. Dengan penyesuaian yang baik pada diri
sendiri serta lingkungannya, sehingga siswa dapat menghadapi permasalahan dan
hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan dan kebahagiaan dari siswa
tersebut.
3. Sasaran Studi Kasus
Sasaran studi kasus adalah individu
yang menunjukkan gejala atau masalah yang serius, sehingga memerlukan bantuan
yang serius pula. Yang biasanya dipilih menjadi sasaran bagi suatu studi kasus
adalah murid yang menjadi suatu problem (problem case); jadi seorang murid membutuhkan
bantuan untuk menyesuaikan diri dengan lebih baik, asal murid itu dalam keadaan
sehat rohani/ tidak mengalami gangguan mental.
3
4. Ciri-Ciri Studi Kasus
Metode
studi kasus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mengumpulkan
data yang lengkap: studi kasus memerlukan data yang komprehensif dari setiap
aspek kehidupan siswa. Data yang lengkap sangat menentukan identifikasi dan
analisis masalah. Apabila data tidak lengkap dan terjadi kesalahan dalam
identifikasi dan analisis masalah maka kemungkinan besar terjadi salah
penanganan (treatment) dan bahkan dapat terjadi malpraktek.
2) Bersifat
rahasia: studi kasus tidak dapat dipisahkan dari BK, maka salah satu kode etik
dalam konseling yaitu asas kerahasiaan. Asas kerahasiaan sangat penting untuk
menjaga kepercayaan konseli. Disisi lain, sangat mungkin informasi yang
diperoleh belum pasti apa adanya, maka sangat berbahaya apabila informasi
tersebut tersebar dan timbul salah persepsi kepada individu dari berbagai
pihak. Dan hendaknya hanya konselor yang menangani dan pihak-pihak yang
dianggap perlu mengetahui keadaan konseli sebenarnya.
3) Dilakukan
secara terus-menerus (kontinyu): studi kasus juga merupakan proses memahami
perkembangan siswa, maka perlu dilakukan pemahaman secara terus-menerus
sehingga terbentuk gambaran individu yang obyektif dalam berbagai segi
kehidupan individu yang berpengaruh pada masalah yang dihadapinya.
4) Pengumpulan
data dilakukan secara ilmiah: studi kasus harus bisa dipertanggung jawabkan
secara rasional dan obyektif. Maka pengumpulan data juga harus dilakukan secara
ilmiah dengan mengacu pada kaedah-kaedah yang rasional dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenaran dan validitasnya.
5) Data
yang diperoleh dari berbagai pihak: data yang dikumpulkan dalam studi kasus
haruslah relevan dengan masalah yang duhadapi siswa. Pengumpulan data tentang
siswa yang bermasalah didapatkan dari berbagai pihak yang berhubungan dengan
siswa tersebut. Untuk memilih pihak sumber informasi perlu mengingat hubungan
orang tersebut apakah dekat/ mempengaruhi dalam permasalahan siswa, mempunyai
informasi yang dapat dipertanggung jawabkan yang bukan berdasarkan gossip,
rumor atau kabar burung, mempunyai informasi yang relevan dengan permasalahan
individu.
Dalam situasi konkrit di
Indonesia, tidak mungkin menggunakan semua alat pengumpul data dan semua alat
penyimpan data secara serentak, karena dikebanyakan sekolah pelayanan Bimbingan
dan Konseling baru mulai dikembangkan, tidak mungkin dan tidak bijaksana untuk
memulai menggunakan alat-alat itu sekaligus semua.
4
Maka
perlu ditentukan urutan prioritas, yaitu:
1) Angket,
Wawancara informatif, Buku rapor.
2) Home
visit, Testing, Rating skale.
3) Otobiografi,
Sosiometri, Studi kasus.
5. Data yang Dikumpulkan Dalam Studi Kasus
Studi kasus merupakan teknik yang
digunakan untuk memperoleh pemahaman diri klien yang dijadikan sebagai kasus.
Dalam pelaksanaan studi kasus, konselor harus mencari data yang berkaitan
dengan diri klien.
Data
yang dikumpulkan dalam studi kasus antara lain:
1) Identitas
diri.
2) Latar
belakang keluarga.
3) Lingkungan
hidup (Sosial-Ekonomi).
4) Riwayat
pertumbuhan dan perkembangan.
5) Riwayat
kesehatan.
6) Testing
dalam berbagai bidang.
7) Riwayat
pendidikan sekolah.
8) Pola
kesusilaan dan keyakinan hidup.
9) Riwayat
pelanggaran hidup.
10) Penggunaan
waktu luang.
11) Minat
dan cita-cita hidup.
12) Pergaulan
dengan teman-teman.
6. Langkah-Langkah Studi kasus
Pelaksanaan studi kasus oleh
konselor harus berdasar pada prosedur atau langkah-langkah yang ada. Secara
garis besar langkah-langkah studi kasus sebagai berikut:
a)
Perencanaan.
Dalam perencanaan terdapat langkah-langkah sebagai berikut, yaitu:
1)
Mengenali
gejala. Pertama-tama mengamati adanya suatu gejala, gejala itu mungkin
ditemukan atau diperoleh dengan beberapa cara:
a.
Guru
pembimbing menemui sendiri gejala pada siswa yang memiliki masalah
b.
Guru
mata pelajaran memberikan informasi
5
c.
Adanya
siswa yang bermasalah kepada guru pembimbing
d.
Wali
kelas meminta bantuan guru pembimbing untuk menangani seorang siswa yang
bermasalah berdasarkan informasi yang diterimanya dari pihak lain, seperti
siswa, para guru, ataupun pihak tata usaha.
2)
Membuat
deskripsi kasus. Setelah gejala itu dipahami oleh guru pembimbing, kemudian
dibuatkan suatu deskripsi kasusnya secara objektif, sederhana, tetapi cukup
jelas.
3)
Setelah
deskripsinya dibuat, dipelajari lebih lanjut aspek ataupun bidang-bidang
masalah yang mungkin dapat ditemukan dalam deskripsi itu. Kemudian ditentukan
jenis masalahnya, apakah menyangkut masalah pribadi, sosial, belajar atau
karir.
4)
Jenis
masalah yang telah dikelompokkan itu dijabarkan dengan cara mengembnagkan ide-ide
atau konsep-konsep menjadi lebih rinci, agar lebih mudah memahami
permasalahannya.
5)
Adanya
jabaran masalah yang lebih terinci dapat membantu guru pembimbing untuk membuat
perkiraan kemungkianan sumber penyebab masalah.
6)
Perkiraan
kemungkinaan sumber penyebab membantu mengetahui jenis informasi yang
dikumpulkan, sumber informasi yang perlu dikumpulkan, dan teknik atau alat yang
digunakan dalam mengumpulkan informasi.
b)
Pengumpulan
data. Terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih sering
digunakan dalam studi kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis
dokumentasi. Setelah data terkumpul konselor dapat mulai mengorgansasi dan
mengklasifikasi data menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola.
c)
Penggunaan
dan pengolahan data. Penggunaan dan pengolahan data merupakan usaha pengolahan
data untuk merangkum, menggolongkan, dan menghubungkan data yang diperoleh
dalam tahap pengumpulan data. Dengan demikian dapat menunjukkan keseluruhan
gambaran tentang diri anak, rumusan ini bersifat ringkas dan padat.
d)
Sintesa
dan interpretasi data. Setelah mengolah data selanjutnya data studi kasus
diinterpretasikan dengan case conference antara petugas yang melakukan studi
kasus, dalam case conference terlibat beberapa petugas khusus yang mempelajari
setipa kasus dari individu yang bermasalah. Rumusan ini dilakukan melalui
pengambilan atau pengambilan kesimpulan yang logis.
e)
Membuat
perencanaan pelaksanaan pertolongan (treatment). Merupakan langkah yang
ditempuh untuk menetapkan teknik atau bantuan yang diberikan kepada siswa yang
bermasalah serta memprediksi kemungkinan yang akan timbul oleh siswa sehubungan
dengan masalah yang sedang dialami. Berdasarkan hasil case conference disusun
suatu rekomendasi yang berwujud saran-saran, treatment (perlakuan) yang perlu
dilakukan dan selanjutnya secara terus menerus diikuti dan dicatat setiap
perubahan atau perkembangan yang terjadi pada siswa yang bersangkutan.
f)
Evaluasi
dan tindaklanjut (follow up). Kegiatan ini dilakukan setelah melakukan
treatment atau membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan. Untuk tindak lanjut
bisa dilakukan oleh pengajar sendiri, guru BK, ataupun dirujuk dan di
alihtangankan kepada pihak lain yang lebih berkompeten maupun dari oarang tua
siswa itu sendiri.
7. Bagian-Bagian Studi Kasus
Studi
kasus sebagai metode untuk mengadakan persiapan konseling dapat kita lihat
adanya bermacam-macam bagian, yaitu:
1) Data
identitas (Data pengenal).
2) Tanda-tanda
atau gejala yang Nampak.
3) Data-data
sekitar klien:
a) Latar
belakang keluarga (family background),
antara lain:
·
Lingkungan rumah.
·
Bagaimana hubungan antara anggota keluarga.
·
Disiplin dalam rumah.
·
Status perekonomian keluarga.
·
Bagaimana sikap orang tua terhadap anak, dan
sebaliknya.
b) Latar
belakang jasmani dan kesehatan anak, antara lain:
·
Kesehatan anak pada umumnya.
·
Ciri-ciri jasmani.
·
Keadaan alat indera pada umumnya.
·
Keadaan physical
defect (jika ada).
c) Data
mengenai segi pendidikannya:
·
Hasil belajar (record) di sekolah.
·
Kemajuan dan kemunduran di sekolah.
·
Kemampuan mengikuti pelajaran, dsb.
d) Sosial
Behavior dan minatnya:
·
Hobinya.
·
Hubungan sosialnya.
·
Kepercayaan pada diri sendiri.
7
·
Inisiatifnya, dsb.
e) Data
psycho test:
·
Perhatiannya.
·
Bakatnya.
·
Achievementnya,
dsb
BAB
III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa pengertian dari Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seseorang
individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih
baik. Dalam makalah ini juga diterangkan Tujuan, Sasaran, Ciri-ciri, Data yang
dikumpulkan, Langkah-langkah serta Bagian-bagian dalam studi kasus. Penting bagi calon konselor untuk
mempelajari materi studi kasus karena dalam melaksanakan layanan BK, konselor
perlu memiliki data-data yang komprehensif dan konkrit untuk membantu klien.
Untuk itu konselor harus memahami bagaimana cara memeproleh data-data tersebut.
Dengan studi kasus merupakan salah satu metode yang paling tepat dalam layanan
Bimbingan dan Konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Hasyim, Moch. Yusuf. 2012. Pemahaman Individu. Yogyakarta: Teras
Prayitno, dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Agung Nugroho, Obed. 2008. “Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling” (online),(http://wimamadiun.com/obedan/wp-content/uploads/2008/03/STUDI%20KASUS.pdf,
diakses tanggal :7Maret 2011)
0 komentar:
Posting Komentar